BerandaTafsir TematikMatahari Sebagai Pusat Tata Surya dan Keseimbangan Alam Menurut Al-Quran

Matahari Sebagai Pusat Tata Surya dan Keseimbangan Alam Menurut Al-Quran

Matahari berperan penting dalam kehidupan manusia. Tanpa sinar matahari tidak ada kehidupan di muka bumi ini. Matahari sebagai pusat tata surya telah menjaga keberlangsungkan alam semesta ini. Nicolaus Copernicus (1473-1543), seorang pakar matematika dan astronom, yang dikutip oleh Profesor Robert S. Westman, mengatakan bahwa matahari diam di pusat alam semesta (center of the universe) dan bumi berputar mengelilinginya.

Hal ini menegaskan posisi matahari sebagai pusat tata surya, bergerak sesuai garis edarnya sehingga mampu menjaga keseimbangan alam sebagaimana difirmankan-Nya dalam Q.S. al-Anbiya [21]: 33),

وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَۗ كُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ

Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya. (Q.S. al-Anbiya’ [21]: 33)

Baca juga: 3 Hal yang Menjadikan Hermeneutika Al-Qur’an Penting Digunakan menurut Fahruddin Faiz

Tafsir Tentang Energi Matahari

Al-Tabari dalam Jami’ al-Bayan menafsirkan ayat di atas dengan menukil riwayat sahabat, yaitu telah menceritakan kepada Kami Qasim, dari al-Husain, Hujaj, dari Ibn Juraih, dari Mujahid, bahwa,

والله الذي خـلق لكم أيها الناس اللـيـل والنهار، نعمة منه علـيكم وحجة ودلالة علـى عظيـم سلطانه وأن الألوهة له دون كلّ ما سواه فهما يختلفـان علـيكم لصلاح معايشكم وأمور دنـياكم وآخرتكم، وخـلق الشمس والقمر أيضا

“Demi Allah yang telah menciptakan manusia, siang dan malam, dan berbagai kenikmatan sebagai hujjah dan dalil (bukti empirik) atas kekuasan-Nya. Sesungguhnya tidak ada sesuatu yang lain yang dapat menyamai-Nya. Semua ciptaan Allah tidak lain bertujuan untuk memberi kemaslahatan bagi kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat (li shalahi ma’ayisyakum wa umuri dunyakum wa akhiratikum) termasuk dalam hal ini penciptaaan matahari dan bulan”

Sedangkan al-Razi dalam Mafatih al-Ghaib mengulas panjang lebar matahari sebagai pusat tata surya dan garis edar planet. Ia menjelaskan bahwasannya,

وتقريره أن نقول قد ثبت بالأرصاد أن للكواكب حركات مختلفة فمنها حركة تشملها بأسرها آخذة من المشرق إلى المغرب وهي حركة الشمس اليومية

“Kami mengamati bahwa planet-planet memiliki pergerakan yang berbeda-beda (harakat mukhtalifah), beberapa di antaranya mencakup secara keseluruhan, bergerak dari ufuk timur ke Barat yang merupakan pergerakan harian matahari”.

Lebih jauh, mayoritas ahli filsafat dan ahli planet (jumhur al-falasifah wa ashab al-haiah) mengatakan justru memiliki pergerakan lain seperti dari Barat ke Timur. Mereka kemudian menyimpulkan bahwa ternyata ada planet yang bergerak lebih cepat melebihi planet lainnya. Begitupula ada yang lambat dari yang lain. Ketika planet itu bergerak ke arah timur, maka terlihat lah bulan karena muncul satu atau dua hari setelahnya.

Baca juga: Berikut Tips Beristikamah dari Tafsir Ayat tentang Istikamah

Termasuk juga bertambahnya siang dan malam karena diakibatkan pergerakan planet-planet tersebut. Para ilmuwan, demikian kata al-Razi, juga menemukan bahwa planet-planet itu tetap bergerak perlahan sesuai garis orbitnya. Tidak jauh berbeda dengan al-Razi, Tantawi Jauhari dalam Tafsir al-Wasith, menafsirkannya bahwa pergerakan matahari dan bulan yang sesuai dengan garis edarnya merupakan bentuk sujudnya kepada Allah (ra-aituhum li sajidin).

Selain itu, Tantawi juga menuturkan hendaknya manusia meniru sikap matahari dan bulan yang patuh berjalan sesuai relnya tanpa harus ingin mendahului dan didahului sebab semuanya pasti binasa. Hal ini dikatakan Tantawi dalam rangka menyitir orang musyrik dan sifat manusia yang selalu serakah. Dalam tafsir yang lain, Fathul Qadir karya al-Syaukani, misalnya, bahwa ayat ini memberi warning bagi kepada mereka yang suka melalaikan kenikmatan-Nya (haadza tadzkir lahum bini’matin ukhra mimma an’ama bihi ‘aaihim).

Dia menciptakan siang dan malam, demikian kata al-Syaukani, untuk manusia tinggali. Dia juga menciptakan matahari dan bulan sebagai kehidupan bagi mereka. Terkait pergerakan matahari dan bulan yang sesuai garis orbitnya, penafsiran al-Syaukani relatif sama dengan beberapa penafsir di atasnya, hanya saja ia mengistilahkan kata yasbahun seperti berenang di dalam air (ka al-sabih fil ma’).

Adapun al-Suyuti dalam al-Dur al-Mantsur menafsirkan ayat di atas dengan menukil riwayat sahabat di bawah ini,

وأخرج ابن جرير وابن أبي حاتم وأبو الشيخ في العظمة، عن ابن عباس رضي الله عنهما في قوله: { كل في فلك } قال: فلكة كفلكة المغزل { يسبحون } قال: يدورون في أبواب السماء ما تدور الفلكة في المغزل

“Diriwayatkan Ibn Jarir dan Ibn Hatim, dan Syekh yang agung Ibn Abbas r.a. bahwasannya firman Allah (kullun fi falakin) bermakna masing-masing beredar sesuai porosnya. Dan kata yasbahun bermakna mereka berputar di pintu-pintu langit sesuai porosnya”.

Matahari sebagai Pusat Tata Surya dan Keseimbangan Alam

Ayat di atas menginformasikan kepada kita bahwa Allah swt telah menjadikan malam dan siang serta matahari dan bulan untuk melayani manusia dan seluruh alam. NASA dalam lamannya solarsystemnasa.gov, menyatakan bukti empiris bahwa matahari adalah objek terbesar (the largest object) dalam tata surya kita, terdiri dari 99,8% massa sistem. Matahari terletak di pusat tata surya (the center of our solar system) kita, dan Bumi mengorbit 93 juta mil jauhnya darinya.

Radiasi dan medan magnet matahari menyebar ke seluruh tata surya melalui angin matahari. Masih tetap laporan NASA, matahari merupakan jantung tata surya kita (the heart of our solar system) yang berisi bola panas dan gas-gas yang bercahaya. Gravitasinya menyatukan tata surya, menjaga segala sesuatu mulai dari planet terbesar hingga partikel puing terkecil di orbitnya. Arus listrik di Matahari mampu menghasilkan medan magnet yang dibawa melalui tata surya oleh angin matahari — aliran gas bermuatan listrik (a stream of electrically charged gas) yang bertiup keluar dari Matahari ke segala arah.

Baca juga: Proyek Tafsir Al-Mishbah: Menggapai Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an ala M. Quraish Shihab

Medan magnet ini kemudian menarik segala planet dan menjaga keseimbangan di dalamnya sehingga dapat mengatur musim, cuaca, iklim dan segala hal lainnya. Hal senada juga disampaikan Markus J.Aschwanden dalam The Sun dan Eugene F. Milone dalam The Core of the Solar System: The Sun bahwa matahari adalah bintang terdekat kita (our nearest star) sekaligus pusat gravitasi dan sumber energi tata surya kita (the gravity center and ultimate energy source for many processes in our solar system).

Sungguh takjub betapa Allah swt menciptakan matahari beserta energi yang ditimbulkannya hanya untuk kehidupan manusia dan menjaga keseimbangan alam seisinya. Semoga kita mampu menjaga dan memanfaatnya dengan baik. Wallahu A’lam.

Senata Adi Prasetia
Senata Adi Prasetia
Redaktur tafsiralquran.id, Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Istidraj: Jebakan Nikmat bagi Mereka yang Tak Taat

Istidraj: Jebakan Nikmat bagi Mereka yang Tak Taat

0
Allah tidak hanya menguji manusia dengan kesulitan, tetapi juga dengan kemudahan. Kemudahan hidup, kekayaan, kesenangan, dan kemewahan yang terus-menerus dialami seseorang bisa jadi merupakan...