BerandaKisah Al QuranMencontoh Spirit dan Doa Nabi Sulaiman dalam Mensyukuri Nikmat

Mencontoh Spirit dan Doa Nabi Sulaiman dalam Mensyukuri Nikmat

Nafsu manusia memang tidak pernah puas terhadap apa yang telah dimilikinya, berapa pun besarnya nikmat yang telah Allah berikan kepadanya. Sifat manusia yang tidak mensyukuri nikmat tersebut seringkali menjadikannya terjerumus ke dalam jurang kesalahan. Banyak manusia yang mengalami depresi karena terus merasa kekurangan. Banyak pula yang syok dan darah tinggi sebab kecewa karena keinginannya tidak terpenuhi.

Hal yang sangat jauh dari seorang mukmin yang mempunyai Allah sebagai sandaran. Padahal Allah sendiri telah berjanji dalam surah Ibrahim ayat 7 bahwa Allah akan menambah nikmat seorang hamba apabila ia bersyukur, dan akan mengadzab hamba-Nya yang tidak bersyukur.

Islam menuntun kita untuk selalu menjadi hamba yang bersyukur. Dalam Al-Quran kita bisa meneladani Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman adalah salah satu nabi yang pandai bersyukur. Beliau dianugerahi Allah kerajaan dan kekayaan luar biasa, namun tidak pernah terbesit kufur nikmat sedikitpun dalam hatinya. Beliau gunakan seluruh nikmat yang tersebut sebagai sarana ibadah, karena beliau sadar bahwa pada hakikatnya semua itu milik-Nya, atas pemberian-Nya, dan akan kembali kepada-Nya. Sebagai seorang muslim, spirit Nabi Sulaiman ini perlu kita tiru, dan doa beliau bisa kita contoh.

Baca juga: Tafsir Surat Ibrahim Ayat 7: Hikmah dan Cara Mensyukuri Nikmat Allah

Meniru spirit Nabi Sulaiman

Dalam Tafsir al-Mishbah, Quraish Shihab menjelaskan, Nabi Sulaiman adalah seorang pewaris kerajaan dari ayahnya, Nabi Daud. Kerajaan yang dikuasainya tidak hanya meliputi manusia saja, melainkan dari golongan hewan dan juga golongan jin. Tidak ada seorang manusia sesudah beliau yang mampu menyamai besarnya kerajaaan yang beliau miliki. Hal ini seperti pinta beliau yang terekam dalam surah Shad ayat 35:

 قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لأحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

 “Ya Tuhanku, ampunilah segala apa yang telah aku lakukan dan berikanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi lagi banyak karunia-Nya”

Kerajaan yang Nabi Sulaiman dapatkan berkenaan dengan pembuatan Masjid Baitul Maqdis. Menurut penjelasan Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Quran al-‘Adzim, berdasarkan hadis riwayat Imam Ibnu Majah dan Imam Nasai, ketika Nabi Sulaiman telah menyelesikan pembuatan Baitullah tersebut, Allah memberikan hadiah kepada Nabi Sulaiman berupa permintaan yang akan dikabulkan-Nya.

Baca juga: Kisah Nabi Sulaiman Dalam Al-Quran: Kepribadiannya Sebelum Menjadi Raja

Nabi Sulaiman pun akhirnya meminta tiga perkara. Permintaan pertama yaitu meminta ilmu kebijaksanaan yang sesuai dengan kebijaksanaan Allah. Permintaan kedua adalah meminta kerajaaan yang tidak dimiliki seseorang sesudahnya. Dan yang ketiga adalah meminta seseorang yang datang ke masjid tersebut dengan niat untuk shalat di dalamnya, maka bersihlah dosa-dosanya sebagaimana ketika ia dilahirkan ibunya.

Sebagai umat Islam, spirit Nabi Sulaiman tersebut dapat kita teladani. Nabi Sulaiman tidak lantas mendapatkan nikmat secara instan. Tetapi, terlebih dahulu ia menunaikan tugas dari Allah dengan perasaan gembira. Dan ketika diberi hadiah Allah berupa permintaan, yang beliau minta tidaklah hanya berupa materi kerajaan semata. Namun juga ilmu kebijaksanaan dan yang paling penting adalah nilai spiritual agar manusia selalu beribadah kepada Allah.

Berdoa agar dijadikan hamba yang senantiasa bersyukur

Meskipun dianugerahi kenikmatan melimpah dan kerajaan yang tidak ada yang menandingi, Nabi Sulaiman tidak merasa sombong dan congkak. Beliau justru meminta agar Allah menjadikannya seorang hamba yang selalu bersyukur. Berikut doa beliau yang perlu kita contoh dan amalkan dalam Surat An-Naml ayat 19:

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

“Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang (ibu dan ayahku) dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”

Sifat hewani manusia memang tidak pernah puas terhadap apapun yang dimilikinya. Seperti yang telah disabdakan Rasulullah SAW “andaikan manusia diberi dua lembah yang penuh harta, tentu ia masih menginginkan lembah yang ketiga. Yang bisa memenuhi perut manusia hanyalah tanah” (HR. Bukhari).

Baca juga: Kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis Dalam Al-Quran

Namun, sifat hewani tersebut dapat dihindari dengan meminta perlindungan kepada Allah melalui doa dan ikhtiar. Karena seorang manusia juga mempunyai sifat-sifat ilahiyah dan akan hadir tatkala ia membersihkan diri dan mendekatkan diri kepada Allah. Sifat mengeluh dan tamak akibat kurang syukur pun bisa dibuang jika manusia mau. Tentunya, diri kita akan merasa bahagia jika kita senantiasa merasa syukur dan cukup dengan segala nikmat yang telah diberikan-Nya. Wallahu a’lam[]

Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Peminat Literatur Islam Klasik dan Kontemporer
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...