Al-Raghib al-Asfahani, merupakan sebuah nama panggilan yang paling masyhur dari seseorang yang bernama asli al-Husain. Nama asli ini adalah yang paling populer. Beberapa riwayat menyebutkan nama-nama lain. Di antaranya: al-Husain bin Muhammad bin Mufaddal, al-Husain bin Mufaddal bin Muhammad, al-Husain bin Fadal, dan Mufaddal bin Muhammad. Singkatnya, nama asli ini dikenal dengan sebutan al-Husain, atau populer dengan sebutan al-Asfahani.
Nama al-Asfahani merupakan nisbah kepada tempat asalnya, kota Asfahan. Namun, ia hidup di kota Baghdad, Irak. Tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti, kapan dan di mana. Ia merupakan pemikir yang hidup pada abad pertengahan dan wafat sekitar tahun 502 H/1108 M.
Baca juga: Gelar dari Allah Swt. kepada Nabi Musa: Kalimullah
Selain sebagai pegiat sejarah dan budaya, al-Asfahani merupakan sosok ahli bidang bahasa dan cabang-cabangnya. Ia memiliki tingkat ketelitian tinggi, berbudi pekerti yang baik, memiliki kemampuan menghafal yang tinggi, penyampaian bahasanya yang lihai, mampu menundukkan orang-orang yang melanggar hukum maupun syariat, dan memiliki pemikiran yang cemerlang. Karakter ini mencerminkan bahwa ia dikenal sebagai sosok yang arif dan bijak.
Mazhab al-Asfahani
Terdapat perbedaan riwayat terkait akidah al-Asfahani. Ada yang mengatakan Mu’tazilah, Syi’ah, dan sebagian besar lain menyebutkan bahwa ia Ahlu as-Sunnah wa al-Jamā’ah. Namun, pernyataan yang paling kuat ialah ia berasal dari Ahlu as-Sunnah wa al-Jamā’ah. Adapun mazhab fikih yang dianutnya, berdasarkan tulisan-tulisannya, ia tidak memiliki kecenderungan taklid pada salah satu empat mazhab. Sebagian menyebutnya penganut mazhab Syafi’i, sebab ia banyak mengutip pandangan-pandangan Syafi’iyyah.
Guru dan Murid al-Asfahani
Berdasarkan penggalian informasi oleh Sofwan Adnan al-Dawudi (muhaqqiq kitab Mufradāt fī Gharīb al-Qur’ān) dari kitab-kitabnya, tidak ditemukan al-Asfahani menyebutkan siapa guru dan muridnya. Namun, terdapat sumber yang mengatakan bahwa ia pernah membacakan teks sastra Arabnya (baca: berguru) kepada Abi Mansur al-Jabban, atau bernama asli Muhammad bin Ali bin Umar.
Baca juga: Eufemisme dalam Al-Qur’an: Pendekatan Sosiolinguistik Terhadap Al-Qur’an
Al-Jabban dikenal oleh sejumlah ulama sebagai seorang yang berbudi luhur, fasih dalam berbahasa, ahli dalam ilmu sastra, bahkan dikenal dengan sebutan filolog Arab. Dugaan bergurunya al-Asfahani kepada al-Jabban ini diperkuat dengan kehidupan mereka yang sezaman, dan pernah ditemukan penyebutan sumber dari al-Jabban dalam kitabnya, al-Mufradāt.
Karya-Karya al-Asfahani
Al-Asfahani mewariskan banyak sekali karya tulisan. Ia hidup pada abad keempat Hijriah, yang mana merupakan abad kemakmuran ilmu pengetahuan. Di antara karyanya ialah: al-Mufradāt fī Gharīb al-Qur’ān; Tafsīr al-Qur’ān al-Karīm atau Jāmi’ al-Tafsīr; Durrah al-Ta’wīl fī Mutasyābih al-Tanzīl; Taḥqīq al-Bayān fī Ta’wīl al-Qur’ān; Iḥtijāj al-Qurrā’; al-Ma’āni al-Akbar; al-Risālah al-Munabbihah ‘alā Fawāid al-Qur’ān; Muḥāḍirāt al-Udabā’ wa Muḥāwarāt al-Bulaghā’ wa al-Syu’arā’; Majma’ al-Balāghah; Adab al-Syaṭranj; Mukhtaṣar Iṣlāḥ al-Manṭiq; Risālah fī Adāb Mukhālaṭah al-Nās; Risālah fī al-I’tiqād; al-Żarī’ah ilā Makārim al-Syarī’ah; al-Īmān wa al-Kufr; Risālah fī Marātib al-‘Ulūm; dan masih banyak lagi.
Baca juga: Unsur Keindahan Linguistik Ayat-Ayat dalam Surah Attakwir
Karya-karya yang telah disebutkan di atas, mayoritas berisi tentang syair-syair, puisi, dan membahas tentang ilmu bahasa dan segala cabangnya, atau linguistik. Kecondongannya dalam bidang bahasa dan sastra inilah, mampu melahirkan karya penafsiran Alquran, seperti kitab Mu’jam Mufradāt Alfāz al-Qur’ān, al-Mufradāt fī Gharīb al-Qur’ān, dan lainnya.
Kepiawaiannya dalam bidang bahasa dibuktikan dengan kemampuannya dalam menguraikan kosa kata lafaz-lafaz dan beragam pengertian yang ditunjukkannya menurut letak kata-kata dalam rangkaian kalimat. Fokus kajian dalam berbagai produk tafsir Alquran membedah hakikat Alquran dan wataknya sebagai teks bahasa. Inilah bukti mukjizat Alquran yang telah diupayakan pemaparannya oleh al-Asfahani. Keahlian dalam bidang bahasa inilah yang kemudian membuatnya disebut-sebut sebagai ‘Ulama Linguistik Alquran’.