BerandaUlumul QuranMengenal Mushaf Pra-Utsmani (2): Mushaf Ubay ibn Ka’ab

Mengenal Mushaf Pra-Utsmani (2): Mushaf Ubay ibn Ka’ab

Setelah memahami tentang sejarah awal mula penulisan mushaf dan klasifikasinya. Maka, pada kesempatan kali ini penulis ingin melengkapi artikel sebelumnya dengan pembahasan terkait produk-produk mushaf pra-utsmani yang ditulis oleh beberapa sahabat Nabi. Dalam hal ini, penulis mengawali pembahasan tersebut dengan kajian singkat terkait mushaf Ubay ibn Ka’ab.

Biografi Ubay ibn Ka’ab

Sahabat yang memiliki nama lengkap Ubay ibn Ka’ab al-Anshariy al-Mu’awiy al-Madaniy al-Badriy ini dilahirkan dari seorang ayah yang bernama Ka’ab ibn Qais, dan Ibu yang bernama Shuhailah bint al-Aswad. Jika ditelusuri lebih jauh, maka silsilah nasab ayah maupun ibunya sama-sama bermuara pada satu titik nasab yang sama yaitu ‘Umar ibn Malik ibn al-Najjar. Keluarga Ubay sendiri berasal dari suku Khazraj.

Selain nama tersebut, beliau juga memiliki kunyah (nama panggilan) dengan nama Abu al-Mundzir dan Abu al-Thufail. Sahabat Ubay ibn Ka’ab ini termasuk orang yang masuk Islam pada periode yang cukup awal. Beliau juga turut serta membantu Nabi dalam beberapa pertempuran besar, seperti perang Badr, dan perang Uhud.

Tidak diketahui secara pasti kapan Ubay ibn Ka’ab mulai mengumpulkan salinan-salinan wahyu ke dalam mushafnya. Namun, bisa dipastikan bahwa awal mula Ubay menulis wahyu adalah ketika Nabi telah berhijrah ke Madinah. Karena pada saat itu, Nabi mulai menunjuk beberapa sahabat untuk menjadi penulis wahyu, dan salah satu sahabat yang ditunjuk tersebut adalah Ubay ibn Ka’ab.

Baca Juga: Mengenal Mushaf Pra-Utsmani (1): Sejarah Awal Mula Penulisan Mushaf dan Klasifikasinya

Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa Ubay ibn Ka’ab termasuk penulis wahyu yang sangat dipercaya oleh Nabi. Hal ini disebabkan karena Nabi lebih mendahulukan mendiktekan wahyu kepada Ubay dari pada kepada Zaid ibn Tsabit. Kepercayaan tersebut menjadikan Ubay ibn Ka’ab sebagai sahabat yang ahli dalam hal-hal yang berkaitan dengan Al-Qur’an, baik dari aspek qira’ah, asbab al-nuzul, tafsir, dan makki-madani.

Keahlihan tersebut dapat dibuktikan dalam sebuah riwayat yang menceritakan bahwa suatu ketika Ibnu Abbas bertanya kepada Ubay terkait jumlah surah yang diturunkan di Madinah. Maka, Ubay pun menjawab bahwa jumlah surah madaniyah terdapat sebanyak 27 surah, sedangkan sisanya adalah surah makkiyah.

Kepakaranya dalam bidang Al-Qur’an tersebut, mengakibatkan ia mendapatkan berbagai julukan, seperti Sayyid al-Qurra’ (pemimpin para pembaca/penghafal Al-Qur’an), Aqra’ al-Ummah dan Sayyid al-Muslimin. Selain itu, beliau juga diberi otoritas oleh Nabi untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada umat Islam saat itu. Sebagaimana diriwayatkan oleh ‘Abdullah ibn ‘Amr, dalam sebuah sabda Nabi, yaitu:

اسْتَقْرِئُوْا القُرْآنَ مِنْ أَرْبَعَةٍ: مِنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ وَسَالِمٍ مَوْلَى أَبِيْ حُذَيْفَةَ وَأُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ وَمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ

Carilah bacaan Al-Qur’an dari empat orang: Abdullah ibn Mas’ud, Salim maula Abu Hudzaifah, Ubay ibn Ka’ab dan Mu’adz ibn Jabal” (H.R. Bukhari no. 3806)

Terkait tahun kematianya, sulit untuk memastikan kapan beliau wafat. Hal ini dikarenakan terdapat ragam riwayat sumber literatur Islam klasik yang menyebutkan bahwa Ubay ibn Ka’ab wafat pada 19 H, 20 H,dan 22 H. Intinya menurut Schwally, sahabat Ubay sudah wafat sebelum dibentuknya komite pengumpulan Al-Qur’an masa khilafah Utsman ibn ‘Affan. Sehingga jika menggunakan pendapat ini, dapat dipastikan bahwa Ubay ibn Ka’ab tidak ikut berkontribusi dalam proses kodifikasi teks Al-Qur’an yang kemudian menghasilkan mushaf utsmani.

Baca Juga: Abu Aswad Ad-Du’ali dan Kisah Pemberian Tanda Baca dalam Mushaf Al-Quran

Struktur Sistematika Mushaf Ubay ibn Ka’ab

Dalam kitab al-Itqan fi Ulum al-Qur’an karya Jalaluddin al-Suyuthi, beliau menyebutkan bahwa jumlah surah pada mushaf Ubay ibn Ka’ab terdapat sebanyak 116 surah. Namun karena terdapat penggabungan surah, antara surah [105] dengan [106] atau surah [93] dengan [94], maka totalnya menjadi 115 surah. Walaupun demikian, dalam proses perincianya, al-Suyuthi tidak memasukkan delapan surah yaitu surah [74], [25], [32], [35], [68], [76], [85], dan [111]. Skema perincian tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut:

No. Nama Surah No. Nama Surah No. Nama Surah
1 al-Fatihah 37 al-Fath 73 al-Alaq
2 al-Baqarah 38 al-Qital* 74 al-Hujurat
3 al-Nisa’ 39 al-Dzihar* 75 al-Munafiqun
4 Ali ‘Imran 40 al-Mulk 76 al-Jumu’ah
5 al-An’am 41 al-Sajdah 77 al-Tahrim
6 al-A’raf 42 Inna Arsalna Nuh 78 al-Fajr
7 al-Ma’idah 43 al-Ahqaf 79 al-Balad
8 Yunus 44 Qaf 80 al-Lail
9 al-Anfal 45 al-Rahman 81 al-Infithar
10 al-Taubah 46 al-Waqi’ah 82 al-Syams
11 Hud 47 al-Jin 83 al-Thariq
12 Maryam 48 al-Najm 84 al-A’la
13 al-Syu’ara 49 al-Ma’arij 85 al-Ghasyiyah
14 al-Hajj 50 al-Muzzammil 86 al-Shaff
15 al-Kahfi 51 al-Muddatstsir 87 al-Bayyinah
16 al-Nahl 52 al-Qamar 88 al-Dhuha
17 al-Ahzab 53 al-Dukhan 89 al-Insyirah
18 al-Isra’ 54 Luqman 90 al-Qari’ah
19 al-Zumar 55 al-Jatsiyah 91 al-Takatsur
20 Thaha 56 al-Thur 92 al-’Ashr
21 al-Anbiya’ 57 al-Dzariyat 93 al-Khal’**
22 al-Nur 58 Nun 94 al-Hafd**
23 al-Mu’minun 59 al-Haqqah 95 al-Humazah
24 Saba’ 60 al-Hasyr 96 al-Zalzalah
25 al-Ankabut 61 al-Mumtahanah 97 al-’Adiyat
26 al-Mu’min 62 al-Mursalat 98 al-Fil
27 al-Ra’d 63 al-Naba’ 99 al-Quraisy
28 al-Qashash 64 al-Qiyamah 100 al-Ma’un
29 al-Naml 65 al-Takwir 101 al-Kautsar
30 al-Shaffat 66 al-Thalaq 102 al-Qadr
31 Shad 67 al-Nazi’at 103 al-Kafirun
32 Yasin 68 al-Taghabun 104 al-Nashr
33 al-Hijr 69 ‘Abasa 105 al-Lahab
34 al-Syura 70 al-Muthaffifin 106 al-Ikhlas
35 al-Rum 71 al-Insyiqaq 107 al-Falaq
36 al-Hadid 72 al-Tin 108 al-Nas

Dalam tabel tersebut terdapat dua surah yang bertanda (*), dalam mushaf utsmani dua surah tersebut adalah surah Muhammad dan surah al-Mujadilah. Sedangkan, dua surah yang bertanda (**), merupakan dua surah tambahan dalam mushaf Ubay ibn Ka’ab, yaitu surah al-Hafd dan surah al-Khal’. Khaulah ‘Abid Khalf al-Dulaimiy dalam karyanya yang berjudul Qira’ah Ubay ibn Ka’ab Dirasah Nahwiyyah wa Lughawiyyah, menjelaskan redaksi dua surah tambahan tersebut yaitu, pertama, surah al-Hafd yang didalamnya tertulis:

اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نُصَلِّي وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ, نَخْشَى عَذَابَكَ وَنَرْجُوْ رَحْمَتَكَ إِنَّ عَذَابَكَ بِالكُفَّارِ مُحِيْقٌ

Sedangkan, yang dimaksud dengan surah tambahan kedua, yaitu surah al-Khal’ adalah sebuah do’a yang memilki redaksi sebagaimana berikut:

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ وَنُثْنِي عَلَيْكَ الخَيْرَ وَلَا نَكْفُرُكَ وَنُؤْمِنُ بِكَ وَنخلع وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ

Dalam salinan mushaf Ubay ibn Ka’ab ditemukan perbedaan ortografis dengan mushaf yang dikenal saat ini. Misalnya kata للرجال (li al-rijali) dalam mushaf saat ini ditulis dengan huruf alif, teteapi di mushaf Ubay ditulis dengan huruf ya. Sehingga berubah menjadi للرجيل (li al-rijaili). Selain itu, terdapat juga bacaan yang berbeda dalam mushaf Ubay ibn Ka’ab dengan bacaan resmi dalam mushaf resmi utsmani, baik dari segi vokalisasi, kerangka konsonantal, penambahan atau pengurangan terhadap kata dan ayat, serta masih banyak lainya.

Baca Juga: Sejarah Jual-Beli Mushaf Al-Quran di Era Awal Islam

Mushaf Ubay ibn Ka’ab ini termasuk mushaf pra-utsmani yang cukup berpengaruh luas dalam masyarakat Arab saat itu, khususnya di daerah Syiria. Namun, pada saat proses standardisasi teks Al-Qur’an pada masa Utsman, mushaf Ubay termasuk mushaf yang dibakar guna mewujudkan unifikasi mushaf. Walaupun demikian, riwayat qira’ah dari Ubay ibn Ka’ab tetap berkembang dan digunakan hingga saat ini. Hal ini dikarenakan tujuh sanad qira’at yang berkembang saat ini, semuanya bermuara pada sanad Ubay ibn Ka’ab. Wallahu A’lam

Moch Rafly Try Ramadhani
Moch Rafly Try Ramadhani
Mahasiswa Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir UIN Sunan Ampel Surabaya
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU