BerandaKhazanah Al-QuranMengenal Rashad Khalifa, Pelopor Teori Keajaiban Angka 19 dalam Al-Qur’an

Mengenal Rashad Khalifa, Pelopor Teori Keajaiban Angka 19 dalam Al-Qur’an

Pada tahun 1980-an muncul sebuah “temuan” yang cukup menarik perhatian umat Islam, yaitu “kode 19”.  Kode 19 atau lebih dikenal dengan kelipatan 19 dianggap sebagai partisi dalam hitung-hitungan jumlah huruf, kata, ataupun ayat tertentu di dalam Quran.  Penemu kode 19 ini adalah Rashad Khalifa.  Seorang doktor biokimia sekaligus imam masjid Tucson, Arizona, Amerika Serikat.

Biografi Singkat

Rashad Khalifa adalah seorang ahli kimia Muslim asal Mesir yang menetap di Amerika, dia lahir pada tanggal 19 November 1935. Khalifa menyelesaikan pendidikan sarjananya pada tahun 1957 pada jurusan pertanian di Universitas Ain Shams, Mesir, dua tahun kemudian ia berhasil  meraih gelar masternya dalam bidang biokimia di Arizona State University dan gelar doktornya diraih di University of California pada tahun 1984. Ia menikah dengan seorang wanita Amerika yang beragama Islam.

Baca juga: Mohamed Talbi: Penggagas Hermeneutika Historis Humanistik

Sebagai orang yang ahli dalam bidang kimia, Khalifa pernah menduduki jabatan-jabatan penting dalam bidang industri, antara lain: penasihat bidang science untuk pemerintah Libya, staff senior di Arizona State Office of Chemistry, dan dia juga ikut berkecimpung dalam Pembangunan dan Industri miliki PBB. Tidak hanya aktif dalam bidang industri, Khalifa juga ikut aktif dalam bidang agama, dia adalah seorang imam di Islamic Mosque of Tucson, Amerika Serikat, sekaligus pendiri organisasi keagamaan bernama United Submitters Internasional (USI). Mohammad Sondan Arfando, Misteri Angka di Balik Al-Qur’an, h. 9

Keajaiban Angka 19 dalam Al-Qur’an Menurut Rashad Khalifa

Keajaiban angka 19 dalam Al-Qur’an pertama kali diungkap oleh Rashad Khalifa, dia mulia meneliti komposisi matematika dari Al-Qur’an sejak tahun 1968, kemudian memasukkan Al-Qur’an ke dalam sistem komputer pada tahun 1969 . Dan tepat pada bulan Januari tahun 1974. Dia menemukan bahwa bilangan 19 adalah kode rahasia Al-Qur’an yang disebut dengan common denominator yang disandarkan pada surat al-Mudasir ayat 30:

عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَۗ – ٣٠

  1. Dan di atasnya ada sembilan belas

Para mufassir menafsirkan 19 sebagai jumlah malaikat penjaga neraka Saqar. Namun, menurut Khalifa penafsiran tersebut tidak tepat karena asbabu al-Nuzul ayat ini berkenaan tentang kaum Yahudi yang bertanya kepada nabi Muhammad tentang penjaga Neraka. Khalifa berasumsi bagaimana mungkin jumlah malaikat dapat dijadikan ujian bagi orang kafir, untuk meyakinkan Yahudi dan Nasrani, dan menghilangkan keragu-raguan. Jadi, tepatnya menurut Khalifa bilangan 19 merupakan keajaiban yang besar dalam Al-Qur’an. Rashad Khalifa, Quran: Visual Presentatoin of The Miracle, h. 7

Awalnya hasil penelitian Khalifa tidak banyak mendapatkan perhatian, bahkan saat pertama kali karyanya diterbitkan di harian Scientific America, Martin Gardner seorang ahli Matematika berpengahruh pada abad ke-20 mengatakan: “Itu merupakan studi yang tidak jenius  terhadap Al-Qur’an, tetapi hal ini dapat lebih impresif jika Khalifa terlebih dahulu mengkonsultasikan penelitiannya kepadaku:” Mohammad Sondan Arfando, Misteri Angka di Balik Al-Qur’an, h. 10

 Baca juga: Paradigma Tafsir Maudhu’i dalam Pandangan Musthafa Muslim

Namun tiga tahun kemudian Canadian Council bidang studi agama memeberitakan bahwa hasil penelitian Khalifa terbukti kebenarannya, sehingga  mendapat apresiasi yang cukup besar dari publik. Sejak tahun 1983 banyak majalah dan koran populer dari berbagai negara mempublikasikan penemuannya. Mohammad Sondan Arfando, Misteri Angka di Balik Al-Qur’an, h. 10

Dalam menerapkan teori keajaiban angka 19 Khalifa membuktikannya den gan berbagai fakta dan perhitungan terhadap huruf-huruf hijayyah, kata-kata tertentu, ayat dan surat dalam Al-Qur’an. Dalam bukunya, Qur’an: Visual Presentation of Miracle secara garis besar perhitungan rumus-rumus angka 19 diklasikfikasikan ke dalam beberapa bentuk, antara lain:

  1. Kalimat Basmalah terdiri dari 19 huruf
  2. Al-Qur’an terdiri dari 114 surat, 6 × 19 = 114
  3. Wahyu pertama turun (al-‘alaq) terdiri dari 19 ayat
  4. Wahyu pertama turun (al-‘alaq) terdiri dari 340 huruf, 16 ×19 = 340
  5. Surat al-Baqarah diawali dengan الم, dan total kemunculan huruf-huruf tersebut dalam surat al-Baqarah adalah 9899, 521 × 19 = 9899
  6. Surat Yasin diawali dengan inisial يس, dan total kemunculan dari kedua huruf ini dalam surat tersebut adalah 285, 15 × 19 = 285
  7. Ayat pertama dari surat terakhir turun terdiri dari 19 huruf
  8. Wahyu ke dua (al-Qalam) terdiri dari 38 ayat, 2 × 19 = 38
  9. Wahyu ke tiga (al-Muzammil) terdiri dari 57 kata, 3 × 19 = 57
  10. Surat as-Syu’ara diawali dengan inisial عسق, dan total kemunculan huruf ini dalam suarat tersebut adalah 209, 11× 19 = 209

Paparan di atas hanya sebagian kecil dari keajaiban angka 19 dalam Al-Qur’an menurut Rashad Khalifa, seluruh teorinya secara lengkap dapat diakses di website resmi di sini.

Karya-Karya Rashad Khalifa dan Kritik terhadap Teorinya

Selama hidupnya Khalifa telah menulis beberapa buku, antara lain: Miracle  of the Quran: Significance of the Mysterious Alphabets (1973), The Computer Speaks: God’s Message to  the World  (1981), Qur’an: Visual Presentation of the Miracle (1982), Qur’an, Hadith and Islam, Islamic (1982), Qur’an: The Final Testament (1989).

Menurut tulisan Muhammad Akrom Adabi, Al-Qur’an Dan Rahasia Angka:  Kajian Kitab Tafsir Karya Abu Zahra Al-Najdi, bahwa Rashad Khalifa cukup konsisten dalam mengkaji rahasia angka-angka dalam Al-Qur’an dan untuk mendukung penemuannya ini ia mendirikan sekte dengan nama submission. Karena penemuannya ini Khalifa dianggap wali Allah oleh Syekh Ahmed Deebat dalam bukunya Al-Qur’an: The Ultimate Miracle. Bahkan para pengikutnya (submitters) menganggap Khalifa adalah seorang nabi, Mohammad Sondan Arfando, Misteri Angka di Balik Al-Qur’an, h. 17.

Baca juga: Pro Kontra Tafsir Ilmi dan Cara Menyikapinya (1): Ulama yang Pro

Namun, di sisi lain teorinya dikritik habis-habisan baik dari intelektual muslim maupun non-muslim seperti, Abduraahman Lomax, Edip Yuksei dan Abu Ameenah Bilal Philips. Abu Ameenah Bilal Philips adalah yang paling getol dalam mengkritik, dia menilai bahwa Khalifa telah banyak melakukan kesalahan perhitungan, kecurangan dan manipulasi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, seluruh hasil kritikannya ditulis dalam buku The Qur’an Numerical Miaracle: Hoax and Heresy.

Kritikan terhadap dirinya  terus bertambah tak kala Khalifa mengklaim bahwa surat al-Taubah ayat 128-129 bukan bagian dari Al-Qur’an dan juga secara terang-terangan menyatakan anti hadis, keyakinan ini dipegang teguh sampai akhir hayatnya, Abah Salam Alif Sampayya, Keseimbangan  Matematika dalam Al-Qur’an, 59.  Khalifa dibunuh pada tahun 1990 di masjid Tucson, Amerika. Dilaporkan bahwa pembunuhan ini terjadi karena ekstrimis muslim yang benci terhadap ajaran Khalifa. Wallahu ‘Alam

 

 

 

 

Isyatul Luthfi
Isyatul Luthfi
Alumni Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir IAIN Langsa. Minat pada kajian tafsir tematik, tafsir tahlili, hermeneutika dan tafsir Nusantara
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...