Salah satu karya Thanthawi Jauhari dalam bidang tafsir adalah Tafsir Al-Jawahir Fi Tafsir Al-Quran Al-Karim. Tafsir ini ditulis sebagai bentuk kecintaan dan kepeduliannya terhadap ilmu tafsir. Tafsir ini mempunyai stressing (penekanan) pada tafsir ‘ilmi (kajian sains atau ilmu pengetahuan). Memang jika ditilik pada biografi Thanthawi, ia mempunyai minat di bidang sains sehingga karya tafsir yang dihasilkannya sarat akan nuansa saintis, kajian alam semesta, dan ilmiah.
Sejarah Penulisan Tafsir Jawahir
Hal yang melandasi Syekh Thanthawi dalam menyusun tafsir ini adalah pemahaman beliau terhadap umat Islam kala itu belum terlalu terampil dalam masalan-masalah keilmuan baik yang menyangkut ilmu pengetahuan alam atau sains maupun teknologi. Sehingga hal inilah yang mendorong beliau untuk tampil dan menyerukan bahwa Islam juga mampu untuk unjuk gigi dalam perkembangan sains. Karena kegigihannya dalam menciptakan gerakan pembaharuan untuk membangkitkan ghirah umat Islam terhadap ilmu pengetahuan, beliau dijuluki sebagai “Mufasir Ilmu” disebabkan penguasaan keilmuan yang sangat ekstensif dan komprehensif.
Sayyid Muhammad Ali Iyazi dalam al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum menjelaskan bahwa Thantawi memulai penulisan Tafsir Jawahir tatkala beliau masih mengajar di Darul Ulum dan menerangkan tafsir tersebut kepada para muridnya di sana. Di samping itu, beliau juga mengirimkan tafsirnya ke sebuah majalah sebagaimana Tafsir Al Manar karya Muhammad Abduh di majalah Al-Malaji’ Al-Abbasiyah. Selepas itu, beliau pun mulai merampungkan tafsirnya hingga khatam.
Sebagaimanan dipaparkan dalam kitab tafsirnya juga, bahwa Thantawi sejak awal memang sering mengamati kejadian-kejadian alam, mengagumi akan keindahannya, baik di langit maupun di bumi. Begitu juga dengan gerhana matahari dan bulan, gerak rotasi bulan terhadap matahari dan sebaliknya, awan yang bergerak, gelegar petir yang menyambar, tumbuhan yang merambat, awan pelangi pasca hujan, ombak laut yang menggulung dan fenomena alam lainnya. Pelbagai hal tersebut diamatinya secara cermat lalu dituangkan dalam kitab tafsirnya sehingga menghasilkan penafsiran Al-Quran yang bercorak ‘ilmi (ilmu pengetahuan).
Baca juga: Ragam Corak Tafsir Al-Quran
Beliau juga tercatat memiliki karya serupa selain Tafsir Jawahir yang membahas kejadian atau fenomena alam, di antaranya Nidzamul ‘Alam wal Umam (tata dunia dan umat manusia), Jawahirul ‘Ulum (mutiara-mutiara ilmu), Jamalul ‘Alam (keindahan alam), dan sebagainya. Karenanya, beliau meyakini bahwa sejatinya masih teramat banyak kejadian atau fenomena alam yang terdapat di Al-Quran yang belum dikupas dan diulas secara menyeluruh.
Spesifikasi Tafsir Jawahir
Tafsir Jawahir ini terdiri atas 13 jilid atau 26 juz. Di dalam tafsirnya, Thantawi concern pada ilmu-ilmu kealaman (al-‘ulum al-kauniyat atau natural sciences) dan keajaiban-keajaiban makhluk. Beliau menyatakan bahwa di dalam Al-Quran amat banyak ayat-ayat yang berbicara tentang ilmu pengetahuan, yang jumlahnya lebih dari 750 ayat. Beliau juga menganjurkan umat Islam untuk mengkaji dan mengamalkan kandungan ilmu tersebut. Dan untuk masa kini, harus juga memperhatikan ayat-ayat yang lain, bahkan dari kewajiban agama sekalipun.
Melaui karyanya, beliau berharap agar Allah swt memberikan kelapangan hati bagi umat Islam dan memberikan petunjuk-Nya agar mereka lebih terbuka (open minded) terhadap perkembangan ilmu pengetahuan (saintis) dan dapat menguasai ilmu tersebut dengan baik. Di sisi lain, beliau berharap agar karya tafsirnya dapat dipelajari, dikaji secara mendalam oleh seluruh umat Islam dan mampu meneguk samudera keilmuan ayat-ayat Al-Quran.
Baca juga: Mengenal Corak Tafsir Fiqhi dan Kitab-kitabnya
Jenis, Metode, dan Corak Tafsir Jawahir
Jenis penafsiran Tafsir Jawahir adalah Tafsir bi al-Ra’yi, tafsir menggunakan melalui pemikiran rasio/ akal atau ijtihad. Bentuk tafsir ini banyak berkembang pesat dan muncul di kalangan ulama khalaf (kontemporer), seperti Tafsir Al Manar dan Tafsir Al Jawahir. Berbeda dengan penafsiran Al-Quran dengan bentuk Tafsir bi al-Ma’tsur, karena jenis tafsir ini sangat bergantung dengan riwayat.
Thantawi dalam menafsirkan Al-Quran, ia menyuguhkan dan memberi keterangan berupa gambar-gambar dan penjelasan yang berkorelasi dengan ilmu pengetahuan. Selain itu, dalam menafsirkan suatu ayat, Thantawi murni menggunakan rasionya sesuai kompetensi keilmuan yang dimilikinya, kecuali hanya sedikit mengutip pendapat para ulama. Di samping sebagai mufasir, ia juga expert dalam ilmu pengetahuan, fisika dan biologi.
Adapun cara penafsirannya mengikuti urutan surat dan ayat, kemudian dijelaskan secara terperinci. Dengan demikian, Thantawi menggunakan metode tahlili (analitis). Ia juga mengemukakan munasabah (korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat tersebut dengan ayat yang lain.
Baca juga: Menilik Kehadiran Tafsir Ilmi
Maka dapat disimpulkan bahwa Thanthawi dalam tafsirnya ini menggunakan metode tahlili (analitis), yang menyusun tafsir berdasarkan urutan mushaf secara luas. Ia juga mengemukakan munasabah (korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain.
Jika ditilik dari isinya, Tafsir Jawahir ini tergolong tafsir ‘ilmy karena di dalam tafsir ini banyak menguraikan pembahasan tentang ayat-ayat sains menggunakan teori ilmu pengetahuan modern dan hasil riset ilmiah untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Quran serta memadukan tafsir Al-Quran dengan penjelasan ilmu sains. Wallahu A’lam.