BerandaTafsir TematikMengenal Tiga Istilah Manusia dalam Alquran: Nas, Insan, dan Basyar

Mengenal Tiga Istilah Manusia dalam Alquran: Nas, Insan, dan Basyar

Alquran diturunkan dengan tujuan sebagai petunjuk hidup bagi manusia. Ada berbagai tema pembahasan yang disinggung dalam Alquran, baik itu secara global hingga yang cukup rinci. Di antara sekian banyak tema tersebut, pembahasan mengenai manusia itu sendiri merupakan pembahasan yang cukup sering muncul dalam Alquran. Tema ini penting dibahas untuk menilik kembali bagaimana hakikat manusia dari kaca mata Alquran.

Dalam Alquran, setidaknya terdapat tiga istilah untuk merujuk kepada manusia; nas, insan, dan basyar. Ketiga istilah tersebut mengisyaratkan hakikat manusia sebagai ciptaan Allah Swt. yang berperan sebagai makhluk sosiologis (nas), makhluk psikologis (insan), dan makhluk biologis-teologis (basyar). Berikut penjelasannya.

Kata Nas

Kata al-nas itu disebutkan sebanyak 240 kali yang tersebar dalam 53 surah dalam Alquran. al-Raghib al-Asfahani menyimpulkan bahwa kata al-nas menunjukkan eksistensi manusia sebagai makhluk sosial secara totalitas tanpa melihat status keimanannya. Jadi, kata al-nas itu menunjukkan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial secara keseluruhan, baik beriman ataupun kafir. Fungsi manusia sebagai makhluk sosial ini tentunya melibatkan masyarakat di sekitarnya.

Selain itu, kata al-nas di dalam Alquran juga digunakan untuk menunjukkan bahwa karakteristik manusia itu senantiasa berada dalam keadaan labil. Maksudnya adalah meskipun manusia diberikan banyak potensi untuk mendekatkan diri serta menaati perintah Allah Swt., tetapi sebagian mereka malah tidak memanfaatkan potensi tersebut dan menyalahgunakannya. Sehingga manusia yang seperti itu dapat dikatakan sebagai makhluk yang mulia sekaligus tercela. Mereka ini yang dimaksud Q.S. Albaqarah [2]: 8:

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلْيَوْمِ ٱلْاخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ

Di antara manusia ada yang mengatakan, “Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.

Istilah al-nas yang digunakan untuk menyebut manusia dalam Alquran merupakan yang paling umum daripada dua istilah lainnya. Oleh sebab itu, penyebutan term al-nas dalam Alquran adalah yang paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan penggunaan basyar dan insan.

Kata Insan

Dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li al-Alfaz al-Qur’an al-Karim, Muhammad Fu’ad menyebutkan bahwa kata al-insan itu disebutkan sebanyak 73 kali dalam 43 surah dalam Alquran. Kata al-insan berasal dari kata al-ins yang berarti jinak, harmonis, dan tampak.

Musa al-Asy’ari mengatakan bahwa kata Insan tersebut berasal dari tiga kata; anasa yang berarti melihat, meminta izin, dan mengetahui; nasiya yang berarti lupa; dan al-uns yang berarti jinak. Menurut M. Quraish Shihab, makna jinak, harmonis, dan tampak adalah yang paling tepat untuk mendefinisikan kata al-Insan.

Jika ditinjau lebih mendalam, penggunaan kata al-insan mengandung dua dimensi; dimensi tubuh (dengan berbagai unsurnya) dan dimensi spiritual (yang ditiupkan ruh-Nya). Kata insan ini mempertegas bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi lengkap, meskipun tetap tidak sempurna. Namun, dia layak menyandang amanah sebagai khalifah di muka bumi ini. Ketidaksempurnaan tersebut di antaranya seperti tergesa-gesa (Q.S. Alisra [21]: 11), lemah (Q.S. Annisa [4]: 28), kikir (Q.S. Al-Ma’arij [70]: 9), resah dan gelisah (Q.S. Alahzab [33]: 72), dan masih banyak lagi.

Baca juga: Memaknai Istilah-istilah Manusia dalam Alquran Perspektif Bintu Syathi

Kata Basyar

Basyar secara etimologis itu dapat diartikan dengan basyarah yang bermakna permukaan kulit kepala, wajah, ataupun tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Menurut M. Quraish Shihab, kata basyar terambil dari kata yang bermakna penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Kata basyar dalam Alquran disebut sebanyak 36 kali yang tersebar dalam 26 surah.

Penggunaan istilah basyar selalu mengacu kepada manusia dari aspek biologisnya, seperti mempunyai bentuk tubuh, berkebutuhan seks, makan, dan minum, serta mengalami penuaan dan mati. Penggunaan kata basyar juga mengindikasikan bahwa proses kejadian manusia itu melalui beberapa tahapan hingga mencapai tahap kedewasaan.

Kata basyar ditujukan kepada seluruh manusia tanpa terkecuali, termasuk para nabi dan rasul juga memiliki dimensi basyar dalam dirinya. Hal ini dikarenakan nabi dan rasul juga memiliki sifat-sifat kemanusiaan pada umumnya, seperti makan dan minum. Hanya saja, nabi dan rasul diberikan keistimewaan oleh Allah Swt. yang tidak dimiliki oleh manusia biasa. Misalnya, mereka diberikan mukjizat dan wahyu. Oleh sebab itu, penggunaan term basyar juga digunakan Alquran untuk menyebut Rasulullah saw dalam Q.S. Alkahfi [18]: 110:

……….قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ

Katakanlah (Muhammad): “Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu. Hanya saja diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang maha Esa.”

Dari uraian di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa Allah Swt. menciptakan manusia itu sebagai makhluk yang paling sempurna. Manusia diberikan oleh Allah Swt. potensi-potensi istimewa yang dapat menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk yang lain. Oleh sebab itu, manusia dipercaya Allah Swt. untuk mengemban tugas sebagai khalifah di bumi. Meskipun di satu sisi manusia memiliki kekurangan maupun keburukan dalam dirinya, tetapi sebagai seorang muslim kita harus selalu berusaha untuk menjauhi keburukan tersebut dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Baca juga: Terminologi al-Basyar dalam Alquran: Manusia sebagai Makhluk Biologis

Fatihatid Dzirooatin Nuril Ulya
Fatihatid Dzirooatin Nuril Ulya
Mahasiswa S1 Ilmu Alquran dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Peminat kajian tafsir tematik.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

penamaan surah Alquran

Penamaan Surah Alquran: Proses Penamaan Nonarbitrer

0
Penamaan merupakan proses yang selalu terjadi dalam masyarakat. Dalam buku berjudul “Names in focus: an introduction to Finnish onomastics” Sjöblom dkk (2012) menegaskan, nama...