BerandaTafsir Al QuranMengulik Terjemah dan Ragam Penafsiran Al-Quran: Tafsir Surat Yusuf Ayat 18-20

Mengulik Terjemah dan Ragam Penafsiran Al-Quran: Tafsir Surat Yusuf Ayat 18-20

Perlu dipahami bahwa salah satu kekurangan dari Al-Quran terjemah adalah ia tidak dapat menyuguhkan berbagai ragam penafsiran dalam suatu ayat. Kadang menyinggung suatu makna pun masih bersifat ambigu, sehingga pembaca yang tidak berhati-hati akan terjebak dalam penafsiran sepihak, juga terjebak pada penafsiran pribadi yang tidak berdasar atas ayat Al-Quran, melainkan pada terjemahan Al-Quran yang ia baca.

Bisa dibayangkan bila ada seorang muslim yang sedang semangat berbicara tentang Al-Quran, lalu karena keterbatasan kemampuan bahasa Arab membuat ia amat bergantung pada Al-Quran terjemah, lalu terjebak pada ambiguitas terjemah Al-Quran. Tentu keadaan seperti ini bila tidak diantisipasi akan melahirkan seorang muslim yang tidak peduli terhadap adanya ragam penafsiran Al-Quran.

Contoh Terjemah Yang Terkesan Ambigu

Dalam Surat Yusuf ayat 19-20 dapat disimak kisah tentang bagaimana Nabi Yusuf, diselamatkan oleh para pedagang dari dalam sumur. Berikut kami sertakan terjemahan Al-Quran dari terjemah Al-Quran cetakan Menara Kudus (Terjemah Al-Quran Kudus Ayat Pojok/1/237).

Allah berfirman:

وَجَاۤءُوْ عَلٰى قَمِيْصِهٖ بِدَمٍ كَذِبٍۗ قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ اَنْفُسُكُمْ اَمْرًاۗ فَصَبْرٌ جَمِيْلٌ ۗوَاللّٰهُ الْمُسْتَعَانُ عَلٰى مَا تَصِفُوْنَ وَجَاۤءَتْ سَيَّارَةٌ فَاَرْسَلُوْا وَارِدَهُمْ فَاَدْلٰى دَلْوَهٗ ۗقَالَ يٰبُشْرٰى هٰذَا غُلٰمٌ ۗوَاَسَرُّوْهُ بِضَاعَةً ۗوَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢبِمَا يَعْمَلُوْنَ وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍۢ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُوْدَةٍ ۚوَكَانُوْا فِيْهِ مِنَ الزّٰهِدِيْنَ ࣖ

Dan mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Di (Ya’qub) berkata: “Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk itu. Maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.” Dan datanglah kelompok musafir, mereka menyuruh seorang pengambil air. lalu dia menurunkan timbanya, dia berkata: “Oh, senangnya. ini ada seorang anak muda!” Kemudian mereka menyembunyikannya sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan. Dan mereka menjualnya (Yusuf) dengan harga rendah, Yaitu beberapa dirham saja, sebab mereka tidak tertarik kepadanya (Q.S. Yusuf [12]: 18-20)

Baca juga: Problem Status Terjemah dan Tafsir Al-Quran

Sekarang kita akan mengulas dua pertanyaan. Siapakah yang dimaksud kata ganti “mereka” dalam kalimat “Kemudian mereka menyembunyikannya sebagai barang dagangan” dan kalimat “mereka menjualnya (Yusuf) dengan harga rendah”?

Sekilas bila melihat dari rentetan cerita, tentu saja berdasar terjemah di atas, nampak kedua kata ganti tersebut kembali kepada para musafir. Sehingga jalan ceritanya adalah, para saudara Nabi Yusuf menjatuhkan Nabi Yusuf ke sumur. Lalu datanglah para musafir yang singgah ke sekitar sumur, lalu sebagian dari mereka hendak mengambil air dari sumur. Mereka lalu mengetahui keberadaan Nabi Yusuf, mengangkatnya dari sumur, menyembunyikan keberadaannya dari orang-orang mungkin berhak atas dirinya, mengambilnya sebagai budak yang hendak diperjual belikan, lalu menjualnya dengan harga yang murah.

Namun, apakah ada bukti kuat kata ganti tersebut sudah pasti kembali kepada para musafir? Atau jangan-jangan, kata ganti tersebut kembali kepada para saudara`-saudara Nabi Yusuf? Darimana kita bisa tahu bahwa saudara-saudara Nabi Yusuf tidak memergoki para musafir yang mengeluarkan Nabi Yusuf dari dalam sumur?

Ragam Penafsiran

Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya menyatakan bahwa kata ganti “mereka” dalam kalimat “Kemudian mereka menyembunyikannya sebagai barang dagangan” kembali kepada “para musafir”. Sehingga benar yang menyembunyikan Nabi Yusuf dari orang lain yang mungkin mengenalnya dirinya, serta menjadikannya sebagai budak yang diperjualbelikan adalah para musafir. Penafsiran ini diriwayatkan dari Imam Mujahid, As-Sadi dan Ibn Jarir. Namun Ibn Katsir menyatakan bahwa ini hanyalah salah satu dari beberapa pendapat saja (Tafsir Ibn Katsir/4/376).

Baca juga: Robert of Ketton dan Dinamika Penerjemahan Al-Quran, Menjawab Kesimpulan Keliru Soal Kontribusi Orientalis dalam Studi Al-Quran

Ibn Katsir mengutip riwayat dari Ibn ‘Abbas bahwa kata ganti “mereka” dalam kalimat “Kemudian mereka menyembunyikannya sebagai barang dagangan” kembali kepada para saudara-saudara Nabi Yusuf. Sehingga jalan ceritanya adalah, saat para musafir memergoki keberadaan Nabi Yusuf di sumur, para saudara-saudara Nabi Yusuf pun menyadarinya tapi tidak mengatakan kepada pada para musafir bahwa Nabi Yusuf adalah saudara mereka. Bahkan mereka mengatakan bahwa Nabi Yusuf adalah budak mereka. Dan mereka kemudian menjual Nabi Yusuf kepada para musafir dengan harga yang murah.

Perbedaan pendapat juga terjadi pada siapakah yang dimaksud kata ganti “mereka” dalam kalimat “mereka menjualnya (Yusuf) dengan harga rendah”? Imam Mujahid, Ad-Dhahak dan Ibn ‘Abbas menyatakan kata ganti tersebut kembali kepada para saudara-saudara Nabi Yusuf. Imam Qatadah menyatakan bahwa kata ganti tersebut kembali kepada para musafir. Ibn katsir sendiri melihat bahwa pendapat yang pertama adalah yang lebih kuat (Tafsir Ibn Katsir/4/377).

Melihat beragam penafsiran di atas, apakah kita masih berani menyatakan bahwa pemahaman kita terhadap terjemahan Al-Quran di atas sudah pasti benar? Atau, pendapat yang berbeda dengan pemahaman kita juga mungkin benar? Wallahu A’lam.

Muhammad Nasif
Muhammad Nasif
Alumnus Pon. Pes. Lirboyo dan Jurusan Tafsir Hadis UIN Sunan Kalijaga tahun 2016. Menulis buku-buku keislaman, terjemah, artikel tentang pesantren dan Islam, serta Cerpen.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU