BerandaTafsir TematikMerancang Resolusi Tahun 2021 Berbasis Al-Quran

Merancang Resolusi Tahun 2021 Berbasis Al-Quran

Desember 2020 sebentar lagi berakhir. Dunia akan memasuki awal tahun 2021. Umumnya kita sering membuat resolusi untuk menyambut tahun yang akan datang dengan sederet daftar list agenda ke depan. Pada tahun lalu pun mungkin kita juga telah membuat resolusi dengan matang-matang. Namun sayangnya hal tak terduga membuat rencana yang telah dibangun dengan rapi tersebut meleset dengan adanya musibah pandemik yang berlangsung hampir selama satu tahun ini. Tapi kawan, Allah menyuruh kita untuk tetap optimis dan tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Banyak hikmah yang bisa diambil dari jeda pademi ini. Kita bisa belajar lebih jernih lagi dalam membuat perencanaan yang salah satunya berbasis landasan Al-Quran. Lalu, bagaimanakah merancang resolusi tahun 2021 dengan berbasiskan Al-Quran? Simak penjelasan berikut!

Memulai resolusi dengan introspeksi

Ada satu ayat Al-Quran yang sangat relevan dengan situasi manusia saat ini dan dapat diambil hikmah dalam rangka mengawali resolusi tahun baru. Ayat tersebut adalah surah At-Taubah ayat 126:

أَوَلَا يَرَوْنَ أَنَّهُمْ يُفْتَنُونَ فِى كُلِّ عَامٍ مَّرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لَا يَتُوبُونَ وَلَا هُمْ يَذَّكَّرُونَ

“Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?”

Konteks ayat tersebut menurut At-Thabari dalam Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an sebetulnya ditujukan kepada orang-orang munafik sebagai sebuah sindiran keras. Orang-orang munafik selalu ditimpa fitnah sekali maupun dua kali dalam setiap tahun, tapi tetap saja mereka tidak mau bertaubat dan memetik hikmah. At-Thabari menuturkan bahwa fitnah yang dimaksud bisa berupa krisis ekonomi bencana alam maupun musibah besar. Fitnah yang semakin menyudutkan munafiqun tersebut memang dimaksudkan Allah untuk memberi pelajaran agar bertaubat dan kembali berislam tanpa kemunafikan.

Baca juga: Tinggalkan Rebahan, Mari Produktif di Tengah Pandemi: Tafsir Surat Al-Asr Ayat 1-3

Meskipun konteks ayat tersebut pada mulanya ditujukan kepada orang munafiq namun ia juga tidak keliru untuk dijadikan pegangan bagi setiap orang yang mengalami fitnah. Apalagi sepanjang tahun 2020 ini dunia terkena musibah non alam yaitu pandemik covid-19. Bisa dikatakan ini sebagai ujian kolektif dari Allah karena dampaknya memang dirasakan setiap manusia di seluruh dunia tanpa terkecuali.

Merujuk ayat tersebut, musibah pandemi kali ini justru menjadi momentum yang sangat pas untuk introspeksi diri. Brangkali kita terlalu ambisius dalam mengerjakan sesuatu hingga kurang syukur, hingga diturunkannya pandemi sebagai waktu jeda. Barangkali kita masih belum maksimal dalam ikhtiar, masih sering malas dan menunda-nunda pekerjaan hingga diberikan waktu pandemic untuk berfikir ulang dan mengasah keahlian lebih maksimal. Dan untuk merancang resolusi 2021 baru memang harus dimulai dengan introspeksi dan muhasabah diri.

Baca juga: Sertifikasi Da’i dan Pentingnya Muhasabah Diri

Merancang dengan matang proyeksi setahun ke depan

Setelah muhasabah diri selesai, langkah kedua untuk resolusi adalah merakit proyeksi dengan perencanaan yang maksimal. Kita bisa mengulik dalil dalam Al-Quran surah Al-Hasyar ayat 18 untuk memantapkan hal tersebut. Adapun bunyi ayatnya adalah sebagai berikut;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Sebagaimana tersebut dalam lafadz “waltandzur ma qaddamat lighad’ adalah perintah Allah kepada manusia untuk memperhatikan amalan yang akan dilakukan untuk hari esok. Dalam Tafsir al-Misbah, Quraish Shihab tidak menerangkan secara rinci makna hari esok, ini artinya pengertiannya bisa menjadi dua kemungkinan. Jika menurut Al-Mahalli dan As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalayn hari esok dimaknai sebagai hari akhirat kelak, sedang Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Quran al’Adhim menjelaskan hari esok dengan mengumpamakan aktivitas yang berhubungan dengan amaliyah di dunia.

Adanya perbedaan pendapat tersebut tentunya bukanlah suatu penghalang bagi kita untuk mengambil esensi dan esensi ayatnya, yaitu untuk selalu merencanakan yang terbaik bagi hidup kita ke depan. Bahkan akan lebih sempurna jika kita mengambil kedua pendapat tersebut yakni untuk urusan duniawi dan ukhrawi. Merencanakan dengan baik proyeksi dan agenda untuk kesuksesan hidup kita di dunia, seperti meruntut agenda dan target apa saja yang harus dilakukan selama satu ke depan. Kemudian juga mendaftar amaliyah apa saja yang bisa kita lakukan dengan orientasi akhirat seperti target berkurban, sedekah, atau ritual ibadah sunnah. Karena sebagai umat Rasulullah kita selalu diajarkan untuk menjadi umat yang sukses baik di dunia maupun di akhirat.

Baca juga: Istighfar Seperti Apa yang Dimaksud Dalam Dua Ayat Ini? Tafsir Surat An-Nisa Ayat 110 dan 64

Libatkan Allah dalam setiap rencanamu

Jika target dan agenda untuk resolusi tahun depan telah kita rencanakan dengan apik, hal terakhir yang wajib kita lakukan adalah melibatkan Allah di dalamnya. Kita minta Allah untuk meridhoi, menyertai, menjamin harapan-harapan itu. Hendaknya kita juga meminta Allah sebagai penolong dari setiap urusan kita, sebagaimana firman-Nya dalam surah Ali Imran ayat 60:

إِن يَنصُرْكُمُ ٱللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ ۖ وَإِن يَخْذُلْكُمْ فَمَن ذَا ٱلَّذِى يَنصُرُكُم مِّنۢ بَعْدِهِۦ ۗ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ

“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.”

Dalam ayat tersebut Allah secara tegas memberitahu kepada orang-orang mukmin bahwa hanya Dialah satu-satunya yang dapat menjadi penolong segala urusan. Sebagaimana yang diterangkan Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah segala macam urusan orang-orang mukmin hanya dapat disandarkan pada Allah semata. Karena Allah-lah Sang Maha Penolong.

Baca juga: 3 Macam Sikap Sabar yang Digambarkan dalam Al-Quran

Begitu pentingnya melibatkan Allah dalam setiap rencana dan urusan kita. Jika Allah meridhoi, apapun bisa terjadi. Jika Allah menyertai, apapun akan diberi jalan terang. Jika Allah telah menolong, maka setiap rencana yang terasa sulit dan amat berat akan menjadi sangat mudah. Dan jika Allah telah menjamin, maka apabila suatu ketika rencana itu berjalan tidak semestinya pasti Allah tidak akan membiarkannya begitu saja. Ia akan menggantinya dengan lebih indah dan sempurna, karena Allah adalah sebaik-baik perancang dan perencana.

Wallahu a’lam.

Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Peminat Literatur Islam Klasik dan Kontemporer
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian I)

0
Diksi warna pada frasa tinta warna tidak dimaksudkan untuk mencakup warna hitam. Hal tersebut karena kelaziman dari tinta yang digunakan untuk menulis-bahkan tidak hanya...