Momentum Maulid: Meneladani Akhlak Rasul dalam Cahaya Q.S. al-Qalam:4

0
18

Bulan maulid bukan hanya tentang perayaan hari lahir Nabi Muhammad Saw, melainkan juga tentang bagaimana seorang muslim mampu meneladani akhlak Nabi Muhammad Saw dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang merayakan maulid Nabi Saw dengan perayaan lahiriah seperti salawatan, ceramah, bahkan perayaan besar, namun tak sedikit orang yang melupakan esensi dari perayaan tersebut.

Baca Juga: Dalil Maulid Nabi dalam Al-Quran (1): Surah Yunus Ayat 58

Tradisi perayaan maulid harusnya bisa menjadi titik tolak untuk bermuhasabah, sudahkah meneladani kejujuran, kesabaran, kasih sayang, dan keadilan yang Nabi ajarkan?

Momentum maulid Nabi Saw sebenarnya adalah kesempatan untuk merefleksikan akhlak Nabi. Dalam Alquran juga telah disebutkan pada Q.S. al-Qalam:4,

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Ayat ini adalah pujian langsung dari Allah, sebuah pengakuan bahwa akhlak Rasulullah merupakan puncak dari keindahan moral. Menariknya, para ulama tafsir sepakat bahwa akhlak Nabi berakar pada Alquran.

Penafsiran Q.S al-Qalam ayat 4

Menurut Tafsir Ibn Katsir, ayat ini merupakan pujian langsung dari Allah atas kesempurnaan akhlak Nabi, Al-Tabari menegaskan bahwa akhlak Nabi berakar pada Alquran, yakni segala tindakannya adalah pengejawantahan dari wahyu. (Tafsir al-Tabari, hlm. 529) Dalam kitab Tafsir al-Mukhtashar ditafsirkan “Dan sesungguhnya kamu berada di atas akhlak yang agung yang dibawa oleh Alquran, dan engkau berakhlak dengan nilai-nilai Alquran secara sempurna”. (Tafsir al-Mukhtasar, hlm. 703)

Selain itu, dikutip sebuah hadis dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir dari Aisyah bahwa ia pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah, maka ia menjawab, “Akhlaknya adalah akhlak Alquran”. Artinya, apa yang kita baca dalam mushaf, sudah diwujudkan Nabi dalam sikap sehari-hari. (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 8/hlm. 188)

Baca Juga: Maulid Nabi Muhammad SAW dan Pengangkatan Martabat Perempuan

Maulid sebagai Momentum Refleksi

Perayaan maulid bukan hanya mengenang kelahiran Nabi Saw secara historis, tapi juga menghidupkan kembali nilai akhlak beliau dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, perayaan maulid kadang berhenti pada seremoni. Umat Islam ramai-ramai mengenang kelahiran beliau, tapi lupa meneladani akhlaknya. Padahal, justru inilah esensi Maulid itu sendiri, bagaimana kelahiran Nabi menginspirasi seorang muslim untuk bermuhasabah dan memperbaiki diri.

Contoh kecilnya ketika Nabi Saw dikenal jujur (al-Amin), maka di zaman sekarang sebagai seorang muslim ditantang untuk melawan hoaks dan menjaga integritas, ketika Nabi Saw sabar menghadapi caci-maki, maka seharusnya seorang muslim dapat bijak bersosial media dan tidak mudah terpancing emosi, terakhir, ketika Nabi Saw peduli pada orang miskin dan anak yatim piatu, maka sebagai seorang muslim diharuskan untuk menumbuhkan empati sosial di tengah gaya hidup individualis.

Dengan begitu, perayaan maulid bukan hanya sekadar perayaan tahunan, tetapi ajakan untuk membawa akhlak Nabi hidup kembali di tengah masyarakat muslim saat ini. Menghidupkan akhlak Nabi berarti menyesuaikannya dengan tantangan zaman. Misalnya:

Kejujuran (ṣidq), kejujuran ini sangat penting di tengah budaya instan dan manipulasi digital sedang marak-maraknya.

Keadilan, yang tentunya menjadi pegangan dalam menghadapi kesenjangan sosial di Tengah masyarakat.

Kasih sayang, hal ini juga sangat dibutuhkan selain dalam menghadapi isu kemanusiaan dan kerusakan lingkungan, tapi juga sangat penting diterapkan dalam hubungan kekeluargaan.

Baca Juga: Irhash Kenabian Muhammad, Bukti Allah Merayakan Maulid Nabi

Penutup

Keteladanan Nabi Saw tidak lekang dimakan waktu. Ia relevan di setiap konteks, termasuk era modern yang serba cepat dan penuh tantangan seperti saat ini. Momentum maulid bisa dimaknai bukan sekadar pesta atau rutinitas tahunan, melainkan panggilan untuk menjadikan khuluq ‘azhim Nabi Saw sebagai pedoman hidup. Dengan begitu, umat Islam tidak hanya merayakan kelahiran beliau, tetapi juga kembali “menghidupkan” akhlaknya dalam diri di kehidupan sehari-hari.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini