Surah adalah nama bagi sekumpulan ayat-ayat Alquran. Ada yang mengatakan kata surah terambil dari kata “sur al-madinah” yang berarti pagar kota. Dinamakan demikian karena surah seperti meliputi dan menjadi pembatas bagi sekumpulan ayat-ayat Alquran, sebagaimana pagar kota yang meliputi bangunan-bangunan di dalamnya dan membatasinya dari wilayah kota lain (al-Itqan, hal. 118).
Alquran terdiri dari 114 surah. Surah paling pendek adalah surah Al’asr dan Alkausar yang masing-masing berjumlah tiga ayat. Sedangkan surah terpanjang adalah surah Albaqarah yang berjumlah 286 ayat.
Masing-masing surah tersebut memiliki namanya sendiri yang membedakannya dari surah yang lain. Tulisan ini akan membahas hal-ihwal seputar nama dan penamaan surah-surah dalam Alquran.
Asal muasal nama surah
Ada dua pendapat tentang asal muasal nama surah. Mayoritas ulama seperti al-Suyuti dan al-Zarkasyi condong pada pendapat nama-nama surah ditentukan oleh Nabi Muhammad (tauqifi). al-Suyuti mengatakan, semua nama surah berasal dari Nabi Muhammad yang dapat diketahui dari riwayat-riwayat hadis yang telah menamai surah-surah yang ada dengan nama-nama tertentu.
Jika memang penamaan surah sudah ditentukan dan bukan berdasarkan ijtihad, maka tidak setiap nama surah dapat dilogikakan alasan penamaannya. Sebab, menurut al-Zarkasyi, setiap surah mengandung banyak makna yang bisa menjadi nama surah tersebut; dan mustahil menjadikan semuanya sebagai nama surah tersebut (al-Burhan, hal. 190).
Salah satu contoh penamaan surah yang sulit dimengerti alasannya adalah ketika tidak ada surah yang dinamai dengan nama Musa, Adam, atau Ismail yang tokohnya sering diceritakan dalam Alquran. Meski begitu, beberapa nama tokoh lain seperti Nabi Hud, Yunus, dan Yusuf yang justru menjadi nama surah meski tidak lebih sering diceritakan di dalam Alquran dibandingkan tiga nama sebelumnya.
Pendapat lainnya dari segolongan ulama mengatakan bahwa penamaan surah bisa saja dibuat dan dipopulerkan oleh para sahabat (ijtihadi). Ini yang kemudian menjadikan beberapa surah memiliki banyak nama, meskipun hanya ada satu atau dua nama yang lebih populer dari nama yang lain.
Nama surah biasanya diambil dari sifat yang identik dengan surah tersebut. Misalnya, surah Albaqarah maksudnya adalah surah yang terdapat di dalamnya kisah “baqarah” atau sapi. Begitu juga surah Annisa yang adalah surah yang banyak menjelaskan hukum-hukum yang berkaitan dengan “nisa” atau perempuan (al-Tahrir wa al-Tanwir, 1/91).
Lalu, berdasarkan pendapat kedua, boleh kah kita yang hidup di masa sekarang membuat nama baru untuk suatu surah? Jawabannya tidak boleh. Ulama bersepakat melarang penamaan surah selain dengan nama-nama yang sudah masyhur (Asma’ al-Qur’an al-Karim, hal. 49). Ini mungkin bertujuan mencegah munculnya kerancuan dan kekacauan di kalangam umat Islam.
Baca juga: Rahasia Sapi Di Balik Penamaan Surah Al-Baqarah
Macam-macam nama surah
Kebanyakan surah Alquran hanya memiliki satu nama saja seperti surah Annisa, Ala’raf, Hud, Alfurqan, Alhadid, Nuh, dan Alqari’ah. Sebagian surah lainnya memiliki lebih dari satu nama. Ada yang punya dua nama seperti surah Annahl yang kadang dinamai juga dengan surah Anni’am. Ada juga yang punya tiga nama seperti surah Almaidah yang juga dinamai dengan surah Al’uqud dan Almunqizah (Asma’ Suwar al-Qur’an wa Fadailuha, hal. 72).
Lebih dari itu, surah Alfatihah berdasarkan catatan al-Suyuti dalam al-Itqan (hal. 119), disebutkan mempunyai 25 nama yang dinisbatkan kepadanya. Ini adalah jumlah terbanyak. Lalu, mengapa surah Alfatihah berbeda dengan surah lainnya dalam hal ini? Jawabannya karena ia adalah surah yang paling utama dalam Alquran. al-Suyuti mengatakan, semakin banyak nama surah, menunjukkan semakin mulia dan utama pula surah tersebut.
Begitu pula sebaliknya, ada nama-nama yang digunakan untuk merujuk kepada lebih dari satu surah. Misalnya al-Zahrawain yang merujuk kepada surah Albaqarah dan Ali Imran. al-Muqasyqisyatain untuk merujuk surah Alkafirun dan Annas. Demikian pula al-Muawwizatain sebagai sebutan untuk surah Al’alaq dan Annas.
Selain itu, ada juga nama-nama lain untuk sekelompok surah yang berdasarkan panjang surah, awal surah, dan sebagainya. Berikut perinciannya sebagaimana dikutip dari Asma’ al-Qur’an al-Karim wa Asma’ Suwarihi wa Ayatihi (hal. 78-91):
- al-Tiwal: Tujuh surah terpanjang dalam Alquran, yaitu surah Albaqarah, Ali Imran, Annisa, Almaidah, Alan’am, Ala’raf, dan Alanfal-Albara’ah.
- al-Mi’un: Surah-surah yang jumlah ayatnya berkisar 100-an ayat atau mendekati seratus. Istilah al-Mi’un terambil dari kata mi’ah yang berarti 100.
- al-Matsani: Surah-surah yang panjangnya di bawah 100 ayat. Surah-surah al–Matsani sering dibaca lantaran jumlah ayatnya standar, tidak terlalu panjang seperti al-Tiwal dan al-Mi’un, serta tidak terlalu pendek seperti kategori berikutnya.
- al-Mufassal: Kelompok surah yang berukuran pendek-pendek. Mulai dari surah Annaba’ sampai surah Annas.
- al-Hawamim/Alu Hamim: Tujuh surah yang didahului dengan huruf muqatta’ah “Hamim”. Ketujuh surah ini berurutan. Mulai dari surah Ghafir [40] hingga surah Alahqaf [46].
- al-Raiyat/al-Raat: Lima surah yang didahului dengan huruf muqatta’ah “Aliflamra’”. Secara berurutan, kelima surah tersebut adalah surah Yunus [10], Hud [11], Yusuf [12], Ibrahim [14], dan Alhijr [15].
- al-Tawasim: Tiga surah yang didahului dengan huruf muqatta’ah “Tasin” atau “Tasinmim”. Ketiga surah tersebut adalah surah Asysyu’ara’ [26], Annaml [27], dan Alqasas [28].
- al-Qalaqil: Empat surah yang didahului dengan kata “Qul” selain surah Aljin, yaitu surah Alkafirun, Alikhlas, Alfalaq, dan Annas.
- al-Musabbihat: Surah-surah yang dimulai dengan tasbih. Jumlahnya ada tujuh, yaitu surah Alisra’, Alhadid, Alhasyr, Assaf, Aljumu’ah, Attaghabun, dan Ala’la.
Baca juga: Hikmah Penyusunan Al-Qur’an dalam Bentuk Kumpulan Surah