Ngaji Gus Baha’: Bisakah Manusia Berdialog dengan Hewan dan Tanah?

berdialog dengan hewan
berdialog dengan hewan

Bisakah manusia berdialog dengan hewan dan tanah?. Berikut penjelesan yang telah disinggung Kyai Ahmad Bahauddin Nursalim, dalam pengajiannya bersama santri Gayeng. Tokoh yang biasa disapa Gus Baha’ ini menjelaskan Tafsir surat Al-Furqan ayat 17 tentang cara manusia berdialog dengan tanah hewan dan makhluk lainnya. 

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَقُولُ أَأَنْتُمْ أَضْلَلْتُمْ عِبَادِي هَؤُلَاءِ أَمْ هُمْ ضَلُّوا السَّبِيلَ

“Dan ingatlah pada hari ketika Allah mengumpulkan mereka bersama apa yang mereka sembah selain Allah. Lalu dia berfirman (kepada yang disembah)Apakah kamu menyesatkan hamba-hambaKu itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?” (QS. Al-Furqan ayat 17)

Baca juga: Ngaji Gus Baha’: Cara Agar Tidak Mudah Kecewa dengan Orang

Tafsir Surat Al-Furqan Ayat 17

Pada kitab Tafsir Jalalain karya Jalaluddin as-Suyuti. Pada suatu hari ketika Allah menghimpunkan mereka, yakni malaikat; Nabi Isa, dan Nabi Uzair, serta jin. (Lalu Allah berkata) kepada mereka yang disembah untuk memantapkan hujjah-Nya terhadap orang-orang yang menyembah mereka.

Kemudian lafal Fayaquulu dapat pula dibaca Fanaquulu, artinya “Kami berkata”. Lafal  a antum dapat kita baca secara tahqiq yaitu dengan menyatakan kedua Hamzahnya. Bisa juga dengan membaca Tashil yaitu dengan menggantikan Hamzah yang kedua menjadi Alif sehingga bacaan Hamzahnya menjadi panjang.

Artinya, apakah kalian telah menjerumuskan mereka ke dalam kesesatan dengan perintah kalian kepada mereka, supaya mereka menyembah kalian? (atau mereka sendirilah yang sesat dari jalan yang benar?

Baca juga: Ngaji Gus Baha’: Manajemen Keuangan dalam Perspektif Al Quran

Bisakah Manusia Berdialog dengan Hewan dan Tanah?

Gus Baha’ memaparkan tentang penafsiran surat Al-Furqan ayat 17. Beliau menganolagikan, bahwa Nabi Adam itu mempunyai akal, dan Nabi dibuat dari Tanah. Jadi Nabi Adam dengan tanah tidak ada bedanya. Kenapa bisa seperti itu?

Artinya Nabi Adam memiliki akal juga tidak mengetahui caranya, mempunyai hati pun tidak mengetahui caranya. Nabi Adam hanya mengetahui bahwa ia sebagai khitab (titahnya) Allah. Hal demikian, Allah juga tidak masalah memberi khitab pada tanah, karena tanah juga makhluk Allah. Dan Allah juga mempunyai cara untuk berdialog dengan tanah.

Maka sesngguhnya Allah pernah berkata dengan langit dan bumi, “Hai langit, hai bumi, kalian sudah Saya buat, sekarang secara sukarela apa kalian mau nurut dengan saya atau kamu terpaksa”. Jadi pada intinya, Allah berdialog dengan tanah, dengan tumbuhan dan dengan Nabi Adam itu tidak ada bedanya.

Akan tetapi, beratus-ratus kita bilang bahwa manusia merupakan makhluk yang mempunyai akal, sebenarnya para wali keberatan, lantas apa beda manusia dengan tanah?. Namun kita dibodohkan ratusan tahun, bahwa yang bisa diajak berfikir dan berbicara hanyalah manusia.

Oleh sebab itu, ketika mendengar cerita Nabi Sulaiman bisa berbicara dengan hewan, seakan kita bingung. Kenapa bisa seperti itu? Karena kita terlalu lama dan hanya berbicara dengan manusia.

Untuk memahami manusia bisa berbicara dengan tanah ialah dengan mengingat bahwa Nabi Adam terbuat dari tanah. Otomatis Allah juga mempunyai cara untuk berbicara dengan tanah dan semua makhlukNya.

Baca juga: Nabi Adam dalam Al-Quran: Manusia Pertama dan Tugasnya di Dunia

Bukti lain jika bumi atau tanah memang bisa berbicara, ketika manusia menggunakan bumi dengan kejahatan seperti korupsi maksiat dan lain sebagainya. Pada intinya bumi kecewa dan tersiksa, namun bumi hanya diam dan berbicara ketika menjadi saksi di akhirat.

Seperti halnya dengan ketika kita sujud sholat dibanyak tempat, maka bumi pun aku bersaksi dari setiap tempat yang pernah kita sujudi. Karena kesunnahan sholat adalah di banyak tempat. Nanti bumi akan menjadi saksi ke ibadah kita, percaya atau tidak. Sebab esok di akhirat kita dipersatuan dengan semua makhluk Allah SWT. Wallahu a’lam.