Paket “Three in One” dalam Iktikaf di Sepuluh Hari Terakhir Ramadan

iktikaf di sepuluh hari terakhir Ramadan
iktikaf di sepuluh hari terakhir Ramadan

Alquran menunjukkan bahwa puasa dan iktikaf memiliki keterkaitan. Hal ini dapat dilihat dari penyebutan iktikaf dan puasa yang disandingkan pada surah Al-Baqarah ayat 187. Dari sini para ulama kemudian menguraikan hubungan antara dua ibadah ini, puasa dan iktikaf. Salah satunya ialah terkait tentang ibadah iktikaf di sepuluh hari hari terakhir Ramadan. Iktikaf di waktu tersebut ternyata mengandung tiga ibadah sekaligus, istilah lainnya three in one, yaitu iktikaf, puasa, dan upaya menghidupkan malam yang dimungkinkan sebagai lailatulqadar.

Baca Juga: Hikmah Dirahasiakan Waktu Lailatulqadar

Hal ini penting untuk diketahui agar tidak muncul anggapan bahwa iktikaf hanya ada di sepuluh hari terakhir Ramadan. Selain itu, ibadah menghidupkan sepertiga akhir Ramadan juga tidak terbatas pada iktikaf saja. Berikut penjelasannya:

Iktikaf di sepuluh hari terakhir Ramadan

Iktikaf dan puasa disandingkan oleh Allah di dalam firman-Nya yang berbunyi:

وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عٰكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِ

Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Akan tetapi, jangan campuri mereka ketika kamu (dalam keadaan) beriktikaf di masjid. (QS. Al-Baqarah [2] :187).

Imam Ibn Katsir di dalam tafsirnya menyatakan, disandingkan antara iktikaf dengan puasa menunjukkan keutamaan melakukan iktikaf di bulan puasa atau lebih tepatnya di sepuluh hari terakhir bulan puasa. Hal ini sebagaimana yang dia nukil dalam hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah:

Rasulullah saw. melakukan iktikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan sampai beliau wafat. Lalu istri-istri beliau melakukan iktikaf setelahnya. (Tafsir Ibn Katsir/1/511).

Berdasar keterangan ulama, iktikaf di sepuluh hari terakhir Ramadan ternyata mengandung tiga ibadah yang sebenarnya masing-masing berdiri sendiri serta tidak harus dilakukan bersama yang lain. Imam al-Nawawi di dalam al-Majmu menyatakan, melakukan iktikaf tidak harus dengan puasa. Bahkan iktikaf diperbolehkan di hari ketika dilarang puasa pada hari tersebut. Hanya saja, apabila iktikaf dilakukan sembari puasa, maka memiliki pahala lebih besar. Pendapat berbeda disampaikan oleh Imam Malik, Abu Hanifah serta Imam Ahmad yang mensyaratkan bahwa iktikaf harus dilakukan bersamaan dengan puasa (al-Majmu’/6/485).

Keterangan tersebut menunjukkan bahwa iktikaf di sepuluh hari terakhir Ramadan, menurut Mazhab Syafi’i adalah gabungan dari beberapa ibadah. Yaitu iktikaf dan puasa. Iktikaf tanpa puasa diperbolehkan, dan puasa tanpa iktikaf juga diperbolehkan. Iktikaf adalah ibadah yang para ulama bersepakat menganggapnya sebagai kesunahan, sedang puasa di bulan Ramadan adalah kewajiban

Selain iktikaf dan puasa, iktikaf di sepuluh hari terakhir Ramadan merupakan bentuk amal ibadah untuk mengisi sepuluh hari terakhir Ramadan. Amalan tersebut adalah sebuah ibadah tersendiri yang juga dicontohkan oleh Rasulullah saw. Laporan tersebut disampaikan oleh Aisyah dalam suatu hadis:

Rasulullah saw. amat giat beribadah di sepuluh hari terakhir (bulan Ramadan) melebihi ibadah di waktu-waktu yang lain (HR. Muslim)

Baca Juga: Tips Mendapat Malam Lailatulqadar Ala M. Quraish Shihab

Imam al-Nawawi di dalam Syarah Sahih Muslim /8/70 menyatakan, hadis tersebut merupakan dasar keutamaan menghabiskan sepuluh hari terakhir Ramadan dengan berbagai ibadah seperti salat, iktikaf dan lainnya. Melihat redaksi hadis di atas yang tidak menyebut iktikaf secara khusus, maka dapat dikatakan bahwa keutamaan sepuluh hari terakhir Ramadan tidak hanya bisa diperoleh dengan cara iktikaf saja, tapi juga dengan salat, membaca Alquran dan ibadah lainnya. Bahkan Quraish Shihab dalam suatu kesempatan mengatakan juga bisa diisi dengan ibadah ghairu mahdhoh (amalan yang tidak langsung berbentuk ritual).

Imam Ali al-Qari menjelaskan beberapa kemungkinan tujuan Nabi Muhammad saw. tujuan lebih giat melakukan ibadah di sepuluh hari terakhir Ramadan, daripada waktu-waktu yang lain sampai-sampai dikisahkan Nabi ikut membangunkan keluarganya untuk ikut beribadah. Salah satu kemungkinan yang dia jelaskan adalah agar Nabi Muhammad saw. memperoleh lailatulqadar. (Marqatul Mafatih Syarh Misykatul Mashabih/1/282).

Kesimpulan

Melalui berbagai uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan, iktikaf di sepuluh hari terakhir Ramadan mengandung tiga ritual ibadah sekaligus, yakni iktikaf, puasa dan menghidupkan sepuluh terakhir bulan Ramadan. Secara tidak langsung ini menunjukkan tentang keutamaan iktikaf dan ibadah-ibadah lain di waktu tersebut. Wallahu a’lam.