BerandaTokoh TafsirTokoh Tafsir DuniaPenafsiran Strukturalis Semiotik Surah Al-Kahfi: 5 Model Manusia

Penafsiran Strukturalis Semiotik Surah Al-Kahfi: 5 Model Manusia

Surah Al-Kahfi termasuk surah Makiyyah, kecuali ayat 28, ayat 82 sampai dengan ayat 101 termasuk Madaniyyah. Surah yang berjumlah 110 ayat ini secara historis turun sesudah surah Al-Ghasyiyah.

Dalam karyanya yang berjudul Towards a Modern Tafsir of Surat Al-Kahf: Structure and Semiotics”, Netton memberikan sedikit ulasan mengenai isi pokok dari Surah Al-Kahfi. Ulasan tersebut berupa pendapatnya sendiri dan juga pendapat para ahli tafsir lain yaitu Abdullah Yusuf Ali dan Muhammad al-Ghazali.

Menurut Abdullah Yusuf, surah Al-Kahfi berisi pelajaran tentang ketangkasan dan misteri kehidupan ini. Al-Ghazali berpendapat bahwa surah Al-Kahfi berisi pentingnya menilik sebuah eksistensi dan perlunya melakukan refleksi terhadap wahyu-wahyu Allah Swt yang diturunkan. Sedangkan Netton mengutarakan bahwa surah Al-Kahfi mempunyai motif utama memaksakan penggunakan akal, keteraturan, dan harmoni pada kondisi ketika tampak ketidakteraturan.

Kajian Strukturalisme Richard Netton

Richard Netton mencoba menganalisis surah Al-Kahfi menggunakan metode strukturalisme. Ini menarik karena sangat berbeda dengan bagaimana tradisi kajian tafsir di kalangan para ulama yang kita kenal selama ini.

Strukturalisme sendiri adalah cara berpikir tentang dunia yang menekankan pada persepsi struktur dan deskripsi struktur. Strukturalisme memunculkan semiotik. Menurut Preminger, semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti (Pradopo, Kesusteraan-Kritik: 19).

Baca juga: Studi Alquran: Mengenal Tafsir Era Kontemporer

Metode analisis strukturalis dan semiotik mengandung makna intertekstual dan relasional. Intertekstual ialah suatu teks yang dapat terkait dengan teks-teks lain yang mana semuanya turut andil dalam tercapainya sebuah pemahaman. Kemudian makna relasional ialah suatu teks terkait dengan hal lain di luar teks itu sendiri.

Richard Netton dalam usahanya untuk lebih mendalami mengenai surah Al-Kahfi, ia mengkomparasikan surah tersebut dengan surah Yusuf. Surah Yusuf dipilih dalam metodenya karena surah Yusuf diklaim merupakan kisah terbaik dalam Al-Quran. Di dalamnya berisi narasi panjang dan detail tentang kisah Nabi Yusuf a.s. dan saudara-saudaranya. Sedangkan dalam surah Al-Kahfi memuat setidaknya delapan kisah, yakni kisah Ashabul Kahfi, Nabi Khidir, Nabi Musa, Dzul Qarnain, dan Ya’juj wa Ma’juj.

Dalam menggali penjelasan struktural surah Al-Kahfi secara detail, Netton menggunakan sudut pandang pemahaman bahwa surah dalam al-Quran merupakan satu kesatuan (the sura as a whole). Ini berarti bahwa bagian atau kumpulan di dalam surah itu terkait secara koheren dengan bagian atau kumpulan ayat-ayat yang lain. Dalam hal ini, pendapat Netton selaras dengan orientalis Neal Robinson yang mengatakan bahwa setiap surah dalam Al-Quran merupakan satu kesatuan utuh yang dihubungkan oleh tema besar, meskipun topik-topik kecilnya bisa jadi beragam.

Koherensi dalam surah Al-Kahfi dibagi Netton menjadi delapan unit dengan memerhatikan topoi, archetype (pola dasar), dan theologemes (unit dasar teologi), yaitu:

  1. Pendahuluan yang berisi tentang pujian dan peringatan, terdapat dalam ayat 1-8.
  2. Kisah tentang penghuni gua (Ashabul Kahfi), terdapat dalam ayat 9-26.
  3. Janji tentang surga neraka, terdapat dalam ayat 32-44.
  4. Perumpamaan kebun anggur, terdapat dalam ayat 32-44.
  5. Kefanaan dunia, kekuasaan, dan tanda-tanda Allah, terdapat dalam ayat 45-59.
  6. Kisah tentang Nabi Musa dan Nabi Khidr, terdapat dalam ayat 60-82.
  7. Kisah tentang Dzul Qarnain, Ya’juj dan Ma’juj, terdapat dalam ayat 83-101.
  8. Janji tentang surga neraka dan perintah-perintah untuk Nabi Muhammad, terdapat dalam ayat 102-110.

Dari kedelapam unit tersebut, Netton mengkategorikan surah Al-Kahfi menjadi lima archetypes (model-model manusia).

Baca juga: Pro Kontra Munasabah Al-Quran dan Cara Menyikapinya

Lima Model Manusia dalam Kandungan Surah Al-Kahfi

Archetype pertama adalah petidur yang diperankan oleh Ashabul Kahfi. Theologeme yang menyertai archetype ini ialah gua. Gua merupakan resonansi penting dalam tradisi Islam. Gua juga merupakan tempat Rasul pertama kali menerima wahyu Al-Quran. Dalam sejarah Islam, gua juga merupakan tempat sembunyi Rasul dan Abu Bakar sehingga selamat dari pengejaran kaum kafir Quraisy. Jadi, gua menyimbolkan pewahyuan dan penjagaan/penyelamatan.

Dalam surah Al-Kahfi, gua menyimbolkan tempat keamanan dan proteksi Allah yang dalam perlindungannya seseorang dapat tidur dengan aman. Fungsi Ashabul Kahfi sebagai archetype adalah menjelaskan manifestasi kasih sayang Allah dan kekuasaan-Nya.

Archetype kedua ialah proto-Muslim yang diperankan oleh Ashabul Kahfi dan pemilik kebun kurma yang beriman. Sedangkan theologeme-nya menurut Netton ada pada gua dan kebun kurma. Gua menyimbolkan tempat di mana nilai Islam berperan baik, lalu kebun kurma menunjukan tempat monotheisme seharusnya tegak dengan baik.

Netton mengkolaborasikan proto-Muslim di sini sebagai potret monotheisme (ayat 14-15), taat dan berserah diri pada aturan Allah (ayat 16), perhatian Allah kepada orang beriman (ayat 14,16), petunjuk dan proteksi Allah (ayat 17,24), ke-Maha Tahu-an Allah (ayat 19), dan kebenaran janji Allah di hari akhir (ayat 21).

Archetype ketiga ialah prototipe hero/pahlawan yang diperankan oleh Nabi Musa dan Dzul Qarnain. Netton memberikan analisis intertekstualis strukturalis yang betujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan narasi dengan cara mengkomparasikannya dengan narasi kitab lain. Nabi Musa dan Dzul Qarnain merupakan seorang penjelajah dan selalu mendapatkan ujian demi ujian. Tradisi seperti ini juga terdapat dalam tradisi Yunani (Jason dan Argonauts) dan tradisi mitos Inggris Prancis (King Arthur), serta tradisi lainnya.

Kisah Dzul Qarnain melambangkan orang pilihan Allah yang memperlihatkan kualitas protektif Allah. Kekuatan protektif Allah merupakan motif utama dalam kisah Ashabul Kahfi dan Dzul Qarnain.

Archetype keempat ialah seorang mistik yang diperankan oleh Nabi Khidir yang kisahnya juga berkaitan dengan Nabi Musa. Menurut Netton, theologeme yang membedakan antara Nabi Khidr dengan Nabi Musa adalah knowledge (ilmu pengetahuan). Ilmu Nabi Khidr merupakan karunia Allah berupa pemahaman dalam ilmu batin dan misteri peristiwa kehidupan.

Kemudian Netton menjelaskan bahwa fungsi archetype mistik ini ialah menerangkan cara Allah kepada manusia dalam theodicy yang terkadang sulit. Di mana misalnya seorang penafsir sadar bahwa dia bertindak tidak sesuai dengan kemauan dirinya, melainkan kemauan ‘guru’nya. Terkait Nabi Khidir dalam surah Al-Kahfi ini, Allah Swt adalah gurunya.

Archetype kelima ialah anti-hero yang diperankan oleh pemilik kebun tidak beriman dan Ya’juj Ma’juj. Fungsi archetype pemilik kebun adalah memberikan peringatan terhadap bahaya syirik. Sedangkan archetype Ya’juj Ma’juj berfungsi memberikan kesempatan kepada Allah untuk mendemonstrasikan kekuasaan-Nya melalui Dzul Qarnain.

Penutup

Semua teori Ian Richard Netton yang mana diaplikasikan pada surah Al-Kahfi tersebut dapat memperluas makna dan obyek yang ditafsirkan. Metode penafsiran strukturalis semiotik dapat menggali makna lebih dalam sehingga makna di balik yang tersurat akan tersibak. Makna yang didapat tentu akan lebih luas daripada makna yang hanya tertera dalam teks literalnya.

Baca juga: Angelika Neuwirth dan Pembacaan Pre-Canonical Qur’an

Chulsum Layyinatul Chasanah
Chulsum Layyinatul Chasanah
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dan Santri di PP As-Salafiyyah Mlangi, Yogyakarta.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...