BerandaUlumul QuranStudi Alquran: Mengenal Tafsir Era Kontemporer

Studi Alquran: Mengenal Tafsir Era Kontemporer

Tafsiralquran.id – Tafsir pada umumnya merupakan ilmu yang cukup teknis, berawal dari bagaimana cara membaca al-Quran hingga bagaimana cara menggali makna yang terkadung oleh teks suci tersebut. Sedangkan seorang penafsir (mufasir) merupakan seseorang yang memiliki tanggung jawab dalam meraih maksud yang ingin Allah sampaikan di dalam teks Alquran.

Dari hal ini dapat diketahui bahwa tafsir merupakan produk mufassir sesuai dengan kedalaman keilmuan yang dimilikinya serta latar kehidupan yang melingkupinya. Muhammad Syahrur dalam karya kitabnya al-Kitab wa al-Quran; Qiroaah Mu’ashiroh menyatakan bahwa secara ideal tafsir merupakan kajian ilmiah yang bersifat objektif berlandaskan teks suci keagamaan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dengan kemajuan pemikiran yang kian melaju pesat rupanya menjadi tempaan semangat bagi para mufasir untuk menyajikan pembaharuan tafsir al-Quran yang signifikan di era modern (kontemporer). Sebagimana istilah al-Quran sahih likulli zaman wa makan kehadiran tafsir kontemporer merupakan penjelas ayat-ayat al-Quran yang disesuaikan dengan situasi saat ini.

Tafsir kontemporer dengan berbagai metode dan pendekatannya memiliki kontribusi besar dalam menyelaraskan pesan al-Quran dengan kondisi zaman yang begitu dinamis, pun menjadikan al-Quran senantiasa komplit dalam menanggapi pergolakan umat Islam dari berbagai persoalan yang begitu kompleks. Dalam kitabnya al-Quran wa Qodaya al-insan, seorang mufasir sekaligus sastrawan Mesir perempuan, Aisyah Abd al-Rahman Bintu Syati’ memberi pengakuan bahwa hak-hak manusia pada abad modern juga harus dibahas dari segi prespektif al-Quran.

Dalam subjeknya, makna kontemporer dalam KBBI memiliki makna se-zaman atau se-masa. Ahmad Syirbasyi dalam buku Studi Tentang Sejarah Perkembangan Tasir Al-Qur’anul Karim menyebut istilah kontemporer berkisar pada abad ke 13 Hijriah hingga saat ini, sedangkan sebagian pakar menyebutkan bahwa makna kontemporer identik dengan konteks peradaban modern. Tidak heran jika tafsir kontemporer memiliki cara pandang yang berbeda dengan tafsir klasik, jika penafsiran klasik cenderung dipahami secara literal, tekstual dan mengarah pada makna kata, tafsir kontemporer berupaya mengkolaborasikan penggunaan analisis makna dengan ideal konteks moral penafsiran, pun susuai dengan analisa sosial dan historis. 

Tafsir kontemporer telah memberikan warna baru dalam memahami Islam. dalam ruang lingkup tafsir kontemporer, sebagian mufasir berhasil mengemas beberapa bahasan secara tematik, baik pembahsan pada ayat-ayat ekonomi, ayat-ayat lingkungan, ayat-ayat sosial budaya, ayat-ayat sains dan masih banyak lagi. Cakupan tafsir kontemporer juga berfokus pada kajian tentang tafsir ilmi, tafsir feminis atau gender, tasir al-maqashidi, living Quran dan masih banyak lagi. Dengan beberapa pendekatan seperti semantik, semiotik, hermeneutik, fenomenologi, sosiologi, sosiohistoris dan beberapa pendekatan lainnya.

Sebagaimana salah satu mufasir kontemporer bernama Ingrid Mattson dalam bukunya The Story of the Qur’an: Its History and Place in Muslim Life mengganggap penting kajian terkait nash al-Qur’an dengan menangkap pemahaman simbol-simbol yang terkandung pada nash, pun tidak lepas memahami doktrin-doktin di dalamnya secara konteks. Baik dalam kehidupan personal, budaya pop, hukum, seni, atsitekture, sains dan sastra.

Ulama modern lainnya ialah Fazlur Rahman, ia telah menciptakan gagasan baru dengan metode tematik kontekstualnya telah merumuskan hermeneutika double movement, yakni model penafsiran yang menarik situasi masa kini ke masa sejak al-Quran dirunkan kemudian menyelaraskan kembali ke masa kini, sehingga al-Quran bagi Fazlur Rahman tidak dapat dipahami secara harfiah saja melainkan ide moral yang tersimpan pada ayat-ayat al-Quran.

Berdasarkan pandangan para mufasir kontemporer, mengungkapkan bahwa sedikitnya dalam menafsirkan mufasir mememiliki beberapa paradigma yang harus ditekankan dalam tafsir kontemporerdiantaranya adalah:

  1. Menciptakan tafsir kontemporer bersifat kontekstual yang berpacu dengan prinsip keuniversalan al-Quran
  2. Tafsir kontemporer yang bertumpu pada spirit al-Quran
  3. Menasirkan al-Quran dengan sifat terbuka untuk dikritisi demi mengungkap makna dari teks suci.
  4. Menafsirkan Al-Quran dengan pendektan historis, hermeneutis, sosiologis dan pendekatan lainnya.

Sejauh ini tidak bisa dipungkiri bahwa tafsir kontemporer tela menduduki posisi yang cukup penting dalam perkembangan ilmu al-Quran karena telah melahirkan paradigma yang masih segar pada pemahaman al-Quran yang terkesan mengalami stagnasi penafsiran.

Mufidatul Bariyah
Mufidatul Bariyah
Mahasiswa Ilmu Alquran dan Tafsir Institut Kiai Haji Abdul Chalim (IKHAC) Mojokerto, aktif di CRIS (Center for Research and Islamic Studies) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...