BerandaKhazanah Al-QuranPengertian Kata Taubat dan Perintah Bertaubat dalam Al-Quran

Pengertian Kata Taubat dan Perintah Bertaubat dalam Al-Quran

Kata taubat yang sudah menjadi kosa kata bahasa Indonesia berasal dari kata bahasa Arab. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata taubat mengandung dua pengertian. Pertama, taubat berarti sadar dan menyesali dosanya (perbuatan salah atau jahat) dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatannya. Kedua, kata taubat berarti kembali kepada agama (jalan, hal) yang benar. “Bertaubat” berarti menyadari, menyesali, dan berniat hendak memperbaiki (perbuatan yang salah).

Dalam bahasa Arab, kata taubat itu adalah bentuk dasar (mashdar) dari kata “taba” (تَابَ), “yat­ubu” (يَتُوْبُ), “taubah” (تَوْبَةً). Kata “taubat” berarti “kembali ke jalan yang benar”. Secara istilah, taubat berarti kembali kepada Allah dengan melepaskan segala ikatan penyimpangan yang pernah dilakukan, kemudian bertekad untuk melaksanakan segala hak-hak Allah swt.

Baca Juga: Doa Al-Quran: Doa Taubat Nasuha

Kata taubat dapat didasandarkan kepada manusia maupun Allah. Kata taubat yang disandarkan kepada manusia berarti “memohon ampun atas segala dosa dan kembali kepada jalan Allah. Orang yang melakukan taubat disebut “ta’ib”, dan orang yang selalu dan senantiasa bertaubat disebut “tawwab”.

Adapun kata taubat yang disandarkan kepada Allah berarti memberi ampun kepada hamba yang bertaubat. Allah disebut at-tawwab, karena Allah senantiasa memberikan pengampunan kepada hamba-hamba-Nya. At-Tawwab adalah salah satu nama Allah (al-Asma’ al-Husna) yang sangat Agung. Dengan sifat “a-tawwab” itu Allah mengampuni dosa-dosa hamba-Nya.

Imam al-Gazali dalam kitab Ihya’ Ul­m ad-Din, menyatakan bahwa taubat dari dosa dengan cara kembali kepada Allah merupakan jalan pembuka bagi orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan. Modal bagi orang-orang yang beruntung, langkah awal para murid, dan teropong bagi orang-orang pilihan dan orang-orang yang dekat kepada-Nya (muqarrabin).

Taubat dilakukan oleh para Nabi, mulai dari Adam hingga Muhammad saw. Taubat bagi anak-anak Adam dan umat para Nabi, termasuk kita sebagai umat Nabi Muhammad, adalah sangat layak dilakukan. Bertaubat berarti mengikuti sunnah (kebiasaan) para Nabi dan Rasulullah.

Bertaubat seringkai dikacaukan pengertiannya dengan istigfar. Pada hakikatnya keduanya berbeda. Bertaubat berkaitan dengan permohonan ampun terhadap dosa besar yang dilakukan, sedangkan istigfar berkaitan dengan permohonan ampun terhadap dosa kecil yang telah dilakukan.

Seseorang yang telah melakukan dosa besar dipandang telah keluar dari jalan Allah, telah keluar dari rel yang telah ditentukan Allah, dan cara untuk kembali kepada rel itu, ialah dengan jalan bertaubat. Seseorang yang melakukan dosa kecil belum dipandang keluar dari jalan Allah, karena itu, maka cukup bagi seseorang yang melakukan tindakan demikian untuk meohon ampun kepada Allah.

Taubat merupakan salah bentuk kebajikan yang harus dilakukan oleh setiap manusia, baik yang merasa diri berdosa maupun tidak. Taubat bagi orang-orang yang berdosa merupakan jalan untuk memohonkan ampun kepada Allah agar dosa-dosanya diampukan Allah, sedangkan taubat bagi orang-orang merasa tidak berdosa merupakan jalan yang baik untuk menumpuk pahala. Oleh sebab itu, taubat merupakan salah satu perintah agama yang harus dilakukan oleh umat.

Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang memerintahkan untuk melakukan taubat, demikian pula di dalam hadisnya, Rasulullah memerintahkan dan memberikan pujian kepada orang-orang yang melakukan hal yang sama. Istilah taubat dan kata-kata bentukannya, baik dalam bentuk kata kerja, maupun kata benda, disebut sebanyak 87 kali di dalam Al-Qur’an. Di antara perintah bertaubat di dalam Al-Qur’an terdapat di dalam S. Al-Tahrim [66]: 8:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.”

Yang dimaksud dengan taubatan nasuha adalah taubat yang semurni-murninya dan taubat yang dilakukan dengan sungguh. Taubat yang seperti ini menghasilkan kesadaran yang tinggi bagi seseorang yang telah bertaubat untuk meninggalkan segala perbuatan dosa yang telah dilakukan selama-lamanya dengan keyakinan yang kuat bahwa dia tidak akan mengulangi perbuatan-perbuatan dosa itu. Dia tidak akan pernah mengulanginya lagi. Taubat nasuha itu meyakinkan pelaku taubat untuk meningkatkan amal ibadah dan amal kebajikan. Taubat yang seperti yang dapat menghasilkan pengampunan dosa dan \dengan begitu Allah memasukkannya ke dalam surga.

Baca Juga: Surat An-Nisa [4] Ayat 17-18: Taubat Nasuha Menurut Al-Qur’an

Di antara hadis Nabi yang memerintahkan taubat ialah:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ قَبْلَ أَنْ تَمُوتُوا وَبَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ قَبْلَ أَنْ تُشْغَلُوا وَصِلُوا الَّذِي بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ رَبِّكُمْ بِكَثْرَةِ ذِكْرِكُمْ لَهُ وَكَثْرَةِ الصَّدَقَةِ فِي السِّرِّ وَالْعَلاَنِيَةِ تُرْزَقُوا وَتُنْصَرُوا وَتُجْبَرُوا

Dari Jabir ia berkata, Rasulullah berkhutbah di hadapan kami, beliau berkata: “Wahai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah sebelum mati dan bersegerah melakukan amal-amal saleh sebelum engkau sibuk, jalinlah hubungan baik (silaturrahim) dengan sesama kalian dan dengan Allah, dengan memperbanyak berzikir kepada-Nya dan memperbanyak sadaqah, baik dalam keadaan sunyi maupun terang-terangan agar kalian diberi rezeki, ditolong, dan dirahmati Allah swt.

Kita tahu bahwa Rasulullah adalah seseorang yang tidak memiliki dosa (maksum). Rasulullah yang tidak memiliki dosa dan dijauhkan oleh Allah dari dosa-dosanya melakukan taubat dalam sehari sebanyak 100 kali taubat. Bagaimana dengan kita yang memiliki dosa yang banyak, sudah tentu seharusnya bertaubat lebih banyak lagi daripada taubat yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Oleh sebab itu, bertaubatlah sebanyak mungkin agar engkau bersih dari dosa-dosamu.

Ahmad Thib Raya
Ahmad Thib Raya
Guru Besar Pendidikan Bahasa Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dewan Pakar Pusat Studi Al-Quran (PSQ)
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU