BerandaTafsir TematikRagam Makna Kata An-Nur dalam Al-Quran

Ragam Makna Kata An-Nur dalam Al-Quran

Salah satu pendekatan yang sesuai dalam upaya menjelaskan makna kata-kata Al-Qur’an adalah semantik Al-Qur’an. Karakteristik kata atau lafad dalam Al-Qur’an salah satunya ialah satu kata mengandung memiliki ragam makna, seperti yang terlihat pada kata An-Nur. Lafad An-Nur disebutkan sebanyak 49 kali dari 39 ayat yang tersebar dalam 23 surat, 14 ayat dalam 10 surat termasuk kategori Makkiyah dan 25 ayat dalam 15 surat termasuk kategori Madaniyah

An-Nur merupakan salah satu nama dari 99 Asmaul Husna. Dalam Asmaul Husna, An-Nur diartikan sebagai Yang Maha Pemberi Cahaya. Dengan arti An-Nur sebagai cahaya, ini dimaknai bahwa Allah SWT. ialah satu-satunya Dzat pemberi cahaya dalam kehidupan umat manusia. Cahaya disini dapat diartikan dalam artian fisik maupun cahaya dalam artian sifat.

Arti kata An-Nur bertujuan untuk memberikan maksud bahwa sebagai umat Islam, kita harus meyakini didalam kehidupan yang fana’ ini, Allah lah satu-satunya cahaya yang akan menghantarkan manusia kepada kehidupan yang terang-benderang dan yang memberikan tuntunan agar hidup dijauhkan dari segala keburukan.

Baca Juga: Analisis Semantik Makna Kata Hubb dan Derivasinya dalam Al-Qur’an

Makna Dasar

Lafadz Nur (نور) terdiri dari huruf nun (ن), wauw (و), ra’(ر), yang artinya cahaya, gelombang, dan tidak adanya sebuah kepastian, kata ini juga bisa dibaca النور  dan النار. Akar kata dari huruf ini juga mempunyai makna gejolak, kurang stabil, dan tidak konsisten. Dalam lafadz lain, Al-qur’an juga menyebut cahaya dengan lafadz dhiya (ضياء) atau dengan kata munir (منير), akan tetapi lafadz dhiya’ dan munir digunakan untuk mensifati benda langit saja.

Secara etimologis, cahaya adalah sesuatu yang menyinari suatu objek sehingga objek tersebut menjadi jelas dan terang. Menurut Ibrahim Anis sebagai tata pakar bahasa Arab dalam al-Mu’jam al-Wasith menyebutkan bahwa nur adalah cahaya yang menyebabkan mata dapat melihat. Sementara itu, seorang ahli tasawuf yang bernama Muhammad Mahmud Hijazi mengatakan, nur adalah cahaya yang tertangkap oleh indra manusia dan dengannya mata dapat melihat sesuatu. Selanjutnya pengertian ini berkembang dengan makna petunjuk dan nalar.

Baca Juga: Kajian Semantik Makna Kata Khauf dalam Al-Quran

Makna Kontekstual

Setidaknya terdapat 3 makna kata an-Nur di dalam Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:

  1. An-Nur atau Cahaya untuk Melawan Kesesatan

Dalam Al-Qur’an, terdapat beberapa ayat yang di dalamnya an-nur selalu disandingkan dengan adz-dzulumat (kegelapan). Ditinjau dari segi relasi makna, kata ad-dzulumat merupakan lawan dari kata An-Nur. Berikut contoh ayat yang menggunakan An-Nur dan Adz- Dzulumat:

ٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ يُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَـٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ‌ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَوۡلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّـٰغُوتُ يُخۡرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَـٰتِ‌ۗ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَصۡحَـٰبُ ٱلنَّارِ‌ۖ هُمۡ فِيها خَـٰلِدُونَ ٢٥٧

 “Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah (2): 257)

Ada beberapa mufassir yang telah menafsirkan makna kata an-Nur sebagai antonim dari kata ad-dzulumat. Satu diantaranya ialah Imam Ibnu Katsir. Ia menafsirkan bahwa maksud kata ad-dzulumat ialah jalan kekufuran yang bertentangan dengan agama. Sedangkan tafsir an-Nur menurut Muhammad ‘Ali As-Shobuni dalam kitab Rowa’iul Bayan Tafsiiru Ayati Al-Ahkam ialah cahaya iman dan petunjuk.

Pemaknaan ini diambil dari konteks ketika Allah ingin menyelamatkan dan menolong orang-orang mukmin, serta menjaga dan mengurus urusan-urusan mereka, Allah lantas mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) menuju cahaya iman melalui taufik dan kehendak-Nya.

Senada dengan itu, Az-Zamakhsari menafsirkan Adz-Dzulumat sebagai lambang dari kesesatan dan An-Nur sebagai lambang dari petunjuk yang dengan izin Allah mereka (orang-orang mukmin) mendapat kemudahan untuk melepaskan diri dari belenggu dan penutup (ad-dzulumat).

Kemudian At- Thabari juga berpendapat bahwa An-Nur adalah petunjuk bagi mereka dari kegelapan, kesesatan, dan kekufuran (ad-dzulumat) menuju cahaya iman dan memperlihatkan kepada orang bodoh dan buta tentang jalan lurus dan petunjuk.

Menurut beberapa penafsiran dari ulama di atas, dapat disimpulkan bahwa An-Nur yang disebutkan dalam Al-Qur’an dengan redaksi sebagai antonim dari kata ad-dzulumat mempunyai arti iman, tauhid, ilmu, petunjuk, jalan lurus, atau ketaatan. Sedangkan makna ad-dzulumat ialah kebodohan, kekafiran, kesesatan, atau kedurhakaan.

Pemaknaan kata An-Nur yang disertai dengan kata ad-dzulumat selalu ditandai dengan poses transformasi, yakni bagaimana cara Allah untuk mengubah, membawa dan mengeluarkan sesuatu dari buruk ke sesuatu yang baik.

Baca Juga: Kajian Semantik Kata Nisyan (Lupa) dan Berbagai Konteksnya dalam Al-Quran

  1. An-Nur Sebagai Agama Allah

Selanjutnya makna kata An-Nur dalam konteks sesuatu yang datang dari Allah (sebagai karunia Allah) terdapat dalam QS. An-Nisa (4): 174. Wahbah Zuhaili dalam Tafsir al-Wasith menafsirkan An-Nur yang disebutkan pada ayat tersebut adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an ialah cahaya nyata sebagai mukjizat nabi Muhammad SAW yang paling utama.

Disebut cahaya karena menjelaskan hukum-hukum syari’at yang benar, petunjuk bagi kesesatan menuju cahaya. Itulah petunjuk Allah yang bermuara pada Al-Qur’an dan syari’at yang dikukuhkan dalam hati manusia. Petunjuk adalah pemberitaan yang benar dan iman yang lurus serta ilmu yang bermanfaat. Agama yang benar adalah amal-amal yang benar serta bermanfaat di dunia dan akhirat. Dengan demikian, kata An-Nur dalam konteks cahaya yang berasal dari Allah dapat dimaknai sebagai kitab Allah atau agama Allah.

Berdasar kedua arti tersebut nantinya akan merujuk pada arti iman dan petunjuk. Artinya, dengan agama Allah yang disempurnakan bersama mukjizat nabi Muhammad yaitu Al-Qur’an, di dalamnya akan diperoleh iman serta petunjuk dari Allah.

  1. Allah Sebagai An-Nur

Allah sebagai an-Nur. Penjelasan ini tercantum dalam QS. An-Nur:35. Sebagaimana dalam ayat “Allah Nur al-Samawat wa al-Ardh”, maka yang dimaksud bukanlah cahaya empirik dan kasat mata. Fakhruddin ar-Razi dalam kitab Mafatih al-Ghaib menyebutkan bahwa yang dimaksud cahaya di sini ialah Dzat Ilahi, Dzat yang nampak dan menampakkan, terang dan menerangi, tampak dan terangnya segala sesuatu bersumber dari pancaran Dzat-Nya, akan tetapi Dia sendiri adalah tampak dan benderang, tiada sesuatu yang membuatnya nampak dan benderang. Dengan demikian, dapat dikatakan “Tuhan adalah Cahaya.”

Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan makna kata an-nur dalam QS. An-Nur ayat 35 yang berarti sesuatu yang menjelaskan atau menghilangkan kegelapan, sesuatu yang sifatnya gelap ( tidak jelas). Nur digunakan dalam pengertian hakiki untuk menunjukkan sesuatu yang memungkinkan mata menangkap bayangan benda-benda disekitarnya. Nur merupakan sesuatu yang dapat dilihat mata, pun bersifat terang menerangi.

Pada akhirnya, dapat penulis simpulkan sebagaimana telah dijelaskan pada uraian di atas dengan sejumlah data tekstual yang bersumber dari Al-Qur’an, bahwa kata An-Nur memiliki makna yang berbeda-beda. Penulis mengelompokkan makna kata tersebut menjadi tiga kategori.

Setiap poin dari kategori tersebut mempunyai penafsiran makna. Pertama, An-Nur sebagai lawan dari kata ad-dzulumat sering diartikan sebagai iman, tauhid, ilmu, petunjuk, jalan lurus, dan ketaatan. An-Nur juga merupakan hasil transformasi dari ad-dzulumat (kegelapan) yang menandakan Allah selalu menunjukkan hamba-Nya pada jalan yang benar.

Kedua, An-Nur yang datang dari Allah banyak diartikan sebagai Al-Qur’an yaitu mukjizat Nabi Muhammad yang paling sempurna serta agama Allah yaitu Islam. Sedang yang ketiga Allah sebagai An-Nur, merupakan puncak dari makna kata An-Nur itu sendiri. Allah adalah cahaya diatas cahaya yang telah disebutkan, di atas seluruh alam semesta, Maha Kuasa atas segalanya.

Pernyataan ini dapat diperkuat dengan bentuk tunggal kalimat tersebut. Di dalam Al-Qur’an tidak ditemukan kata An-Nur dalam bentuk jama’, sedangkan Ad-Dzulumat sebagai lawannya disebut berulang kali dalam bentuk jama’, yaitu Ad-Dzulumat. Hal ini menandakan kekuasaan Allah SWT sebagai Tuhan semesta Alam, dan Dia-lah satu-satunya sumber cahaya. Wallahu a’lam

Dinda Duha Chairunnisa
Dinda Duha Chairunnisa
Mahasiswi S1 Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

skenario di balik pewahyuan Alquran

Skenario Tuhan di Balik Pewahyuan Alquran

Pewahyuan Alquran merupakan salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah peradaban manusia. Lebih dari sekadar kitab suci, Alquran yaitu mukjizat yang mencakup dimensi spiritual, sosial, dan intelektual. Pewahyuannya...