BerandaKhazanah Al-QuranRiwayat Manuskrip Al-Qur’an Bone Sulawesi Selatan di Museum Aga Khan Kanada

Riwayat Manuskrip Al-Qur’an Bone Sulawesi Selatan di Museum Aga Khan Kanada

Khazanah mushaf Nusantara selalu menyajikan kekayaan yang luar biasa. Salah satunya adalah manuskrip Al-Qur’an Bone Sulawesi Selatan yang kini ada di Museum Aga Khan Kanada. Rasa penasaran saya membawa pada pencarian riwayat perpindahan mushaf ini, bagaimana bisa ke sana?

Manuskrip Al-Qur’an Bone yang kini ada di Museum Aga Khan Kanada memiliki kode AKM 00488. Ada beberapa penelitian mengenai mushaf ini. Annabel Teh gallop mencatatnya dalam artikel The Bone Qur’an from South Sulawesi”, Kemudian Juhrah M.Adib dan Sabil Mokodenseho mencatatnya dalam “Mushaf Bone: Telaah Aspek Kodikologi, Tulisan, Teks, dan Visual Al-Qur’an”. Sementara Ali Akbar, peneliti Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an hanya membahas sedikit dalam Mushaf Kuno Nusantara Sulawesi & Maluku” .

Ali Akbar menyebut bahwa manuskrip Al-Qur’an Bone dalam inventarisasinya, memiliki kesamaan dengan mushaf-mushaf Bugis yang tersebar di Indonesia. Setidaknya ada 5 mushaf yang masih dalam satu akar yang sama. Pertama mushaf koleksi Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat yang berkolofon Kedah (Malaysia sebelah utara) dengan tanggal 25 Ramadan 1166 H (26 Juli 1753), kedua mushaf koleksi Perpustakaan Nasional RI Jakarta nomor A.49 dengan tarikh Sya’ban 1143 H (Februari/Maret 1731, ketiga Mushaf Sultan Ternate bertarikh 9 Zulhijah 1185 (14 Maret 1772), keempat mushaf lain di Museum Babullah istana Ternate (tanpa kolofon), dan kelima Mushaf Bone yang kini di Museum Aga Khan dengan tarikh 25 Ramadan 1219 H (28 Desember 1804).

Mushaf-mushaf Bugis ini memiliki keunikan tersendiri, Ali Akbar menyebut ada 4 aspek keunikannya. Pertama, usia naskah mushaf Bugis rata-rata bertarikh abad ke-18. Kedua, mushaf-mushaf Bugis berpindah-pindah karena sesuai tradisi orang Bugis yang suka berlayar, sehingga tersebar di berbagai wilayah. Ketiga, mushaf Bugis ini memiliki fitur yang paling lengkap di antara mushaf Nusantara lainnya. Sehingga selain ayat-ayat Al-Qur’an, mushaf Bugis juga mencantumkan teks ulumul Qur’an, daftar imam qiraat, doa khatm Al-Qur’an, statistik jumlah huruf, dan catatan lainnya yang antar mushaf berbeda-beda. Keempat, mushaf Bugis pada umumnya memuat iluminasi yang indah.

Baca juga: Jejak Manuskrip Al-Quran Malaysia di Pulau Dewata

Pada kasus Mushaf Bone AKM 00488, mushaf ini bahkan disebut oleh Annabel sebagai the most complex Southeast Asian Qur’an manuscript yet known (manuskrip Al-Qur’an Asia Tenggara paling kompleks yang pernah diketahui). Ini yang kemudian diuraikan dalam artikelnya dan dikuatkan juga oleh Juhrah M.Adib dan Sabil Mokodenseho. Namun dalam tulisan ringan ini hendak menelusuri sisi historisitasnya saja. Kali lain, akan membahas bagaimana keunikan fisiknya.

Kolofon Al-Qur’an Bone

Seperti yang telah disebutkan bahwa mushaf ini begitu kompleks. Maka tak heran jika kolofonnya juga penuh informasi. Kolofon ini ditulis dengan bahasa Arab yang berarti sebagai berikut.

“Maka selesai sudah pembuatan mushaf agung ini, yang indah dan megah, pada hari Selasa di Bulan Ramadhan yang penuh rahmat pada shalat ashar di hari -25 Ramadhan, di Kota Layka, pada masa Raja kita Sultan Ahmad al-Salih, sang pnerang bagi umat dan agama. Semoga Allah memperpanjang hidupnya dan melindungi keadilannya di tanah Bone di tahun 1219 H. Teriring sholawat dan salam melalui mushaf ini dengan tulisan tangan al-faqir al-haqir al-dhaif Ismail ibn Abdullah Al-Jawi al-Makassari, Makassar adalah asal dan tempat kelahirannya. Syafi’i adalah madzhabnya dan Naqashabandiyah adalah thariqahnya. Semoga Allah mengampuninya dan keturunanya dan semua umat Muslimin dan Muslimat, Amin.”

Begitu banyak informasi yang disajikan penulis mushaf untuk sang pembaca. Selain itu, mushaf ini patut disebut sebagai mushaf yang istimewa karena masih terawat dengan baik dan lengkap kondisinya 30 juz.

Dari Indonesia Hingga ke Kanada

Annabel dalam penelitiannya menyebutkan bahwa untuk kali pertama ia meneliti mushaf ini ada di Balai Lelang Christie London, Inggris pada tahun 2004.  Balai Lelang Christie ini merupakan salah satu balai lelang tertua di dunia yang menjual karya seni, furnitur, perhiasan, dan barang lainnya. untuk melihat koleksi lain, dalam liputan 2018 lalu, balai lelang ini pun memamerkan koleksi barang-barang milik Stephen Hawking.

Baca juga: Jejak Manuskrip Qiraat Al-Quran di Kalimantan Selatan

Kemudian manuskrip Al-Qur’an Bone ini berpindah tangan ke Aga Khan Trust for Culture yang bertempat di Jenewa Swiss. Di sinilah penelitian Annabel yang lebih detail dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2008.  Aga Khan Trust for Culture merupakan agensi Jaringan Pengembangan Aga Khan yang menangani berbagai koleksi seni rupa dan warisan islam. Sebagai tambahan informasi, Aga Khan yang dimaksud merupakan Pangeran Shah Karim Al Hussaini (Aga Khan IV), seorang imam ke-49 dari Syiah Ismaili Nizari. Selanjutnya pada tahun 2014, Manuskrip Al-Qur’an Bone pun ikut diboyong ke Museum Aga Khan di Toronto Kanada.

Untuk melihat bagaimana kondisi salah satu mushaf terbaik dari Nusantara ini silahkan klik link ini. Dari berbagai riwayat perpindahan mushaf ini, nampaknya kita perlu melakukan refleksi. Al-Qur’an Bone ini ditulis di Indonesia, kemudian dibawa ke London Inggris, berpindah ke Swiss dan saat ini ada di Kanada. Inilah gambaran kecil dari karya intelektual kita yang masih banyak ada di luar negeri, kita tentu akan kesusahan untuk meneliti lebih lanjut naskah-naskah seperti ini, kecuali datang ke sana.

Baca juga: Surat Al-A‘raf [7] Ayat 55: Etika Berdoa Menurut Al-Qur’an

Salah satu usaha yang terbaik yang bisa kita lakukan saat ini adalah menjaga semua peninggalan nenek moyang kita yang masih ada di Indonesia, dan melestarikannya. Sekaligus terus mendukung upaya pihak-pihak berwenang mengembalikan segala kekayaan kita. Karena di berbagai kesempatan, saat saya bertemu dengan para peneliti naskah dan juga pihak Perpustakaan Nasional, selalu menyayangkan aksi jual beli naskah yang masih ada oleh oknum tak bertanggung jawab. Semoga lestari kekayaan negeri.

Wallahu a’lam[]

Zainal Abidin
Zainal Abidin
Mahasiswa Magister Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal-Universitas PTIQ, Jakarta. Juga Aktif di kajian Islam Nusantara Center dan Forum Lingkar Pena. Minat pada kajian manuskrip mushaf al-Quran.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU