BerandaKhazanah Al-QuranSemarak Ramadhan: Resepsi Khatmil Qur’an Santri dan Alumni Putri Congaban

Semarak Ramadhan: Resepsi Khatmil Qur’an Santri dan Alumni Putri Congaban

Selain di hari-hari biasa, interaksi santri dan alumni putri pesantren Congaban dengan kitab sucinya terjalin saat momen-momen tertentu, seperti bulan Ramadan. Di bulan syahr al-Qur’an ini, intensitas mereka selama berinteraksi dengan Al-Quran semakin meningkat. Melalui satu program yang cukup unik, ‘Khatmil Qur’an One Day One Juz’ (selanjutnya disebut ODOJ), mereka bersama-sama menghidupkan Al-Quran sembari meraup keberkahan bulan suci Ramadan. Tulisan ringan ini akan mencoba memotret bagaimana para santri dan alumni putri Congaban memaknai kehadiran performa Al-Quran di tengah-tengah mereka selama pelaksanaan khatmil Qur’an ODOJ.

Baca juga: Mengenal Green Deen: Persepektif Keberislaman yang Ramah Lingkungan dan Berbasis Nilai-Nilai Qur’ani

One Day One Juz (ODOJ)

Kemeriahan bulan Ramadan memang identik dengan Al-Quran. Ikatan Keluarga Besar Santri dan Alumni (IKMI) Muda Putri Pondok Pesantren Congaban tak mau ketinggalan dan turut menyemarakkan kehadiran bulan Ramadan. Program khatmil Qur’an ODOJ adalah salah satu program spesial dalam menyambut bulan Ramadan untuk merangkul para santri dan alumni bersama-sama menghidupkan Al-Quran melalui tadarus dan khataman berjemaah.

Rutinan khatmil Qur’an di kalangan santri dan alumni putri Congaban dibuat dengan sistem one day one juz (satu hari satu juz). Program ini menyediakan tujuh kelompok/grub; enam kelompok/grub inti dan satu kelompok/grub badal (pengganti) untuk menggantikan para anggota yang sedang absen karena berhalangan (haid, sakit, bepergian dan lain-lain). Masing-masing kelompok/grub menampung sebanyak 30 orang. Mekanisme program ini mewajibkan setiap anggota membaca 1 juz secara urut di rumah masing-masing.

Usai rampung, mereka akan mengkonfirmasi kepada koordinator grub/kelompok. Di luar itu, mereka diperkenankan bahkan dianjurkan untuk kembali melanjutkan membaca Al-Quran dan mengkhatamkannya secara pribadi. Dalam satu bulan, setiap anggota bisa menghatamkan 30 juz/1 kali khatam. Kalau dihitung secara keseluruhan dari 6 kelompok/grub, maka dalam sehari bisa khatam sebanyak 6 kali, dan satu bulan sebanyak 180 kali khatam.

Baca juga: Tiga Fungsi Pokok Al-Quran [2]: Makna Bayyinah dalam Surat Al-Baqarah Ayat 185

Program khatmil Qur’an ODOJ dimulai sejak malam pertama bulan Ramadan, dilaksanakan ba’da shalat tarawih dan berlangsung sekitar satu jam lebih. Setelah semua kelompok/grub selesai mengkhatamkan seluruhnya, Ibu Nyai Huzaimah yang memandu jalannya program ini akan menutupnya dengan doa khatmil Qur’an. Melansir keterangan Muzaiyanah selaku admin pelaksana program khatmil Qur’an ODOJ, rutinitas khataman ini berawal dari keinginan untuk meneruskan pesan al-Maghfurlah Kiai Ilyas Khotib, “Jadikanlah Al-Quran sebagai wiridan.” Harapannya adalah menjaga keistiqamahan santri (yang sedang liburan Ramadan dan alumni yang sudah lulus) dalam membaca Al-Quran selama mereka berada di rumah (Wawancara 24/04/2021).

 Silaturahmi, Pahala, Berkah dan Pribadi Istiqamah

Setiap umat Islam memiliki resepsi yang berbeda-beda ketika mereka berinteraksi dengan Al-Quran. Ragam resepsi terhadap Al-Quran akan mengikuti cakrawala harapan (horizon of expectation) yang terpatri dalam benak setiap pembacanya. Kadar ‘harapan’ di sini sangat erat kaitannya dengan latar belakang pendidikan, pengalaman, dan juga perjalanan hidup (lihat Mahtubah, Resepsi Masyarakat Madura terhadap QS. Al-Ikhlas dalam Tradisi Kompolan Sabellesen).

Begitu pula dengan para anggota program khatmil Qur’an ODOJ. Mereka pun memiliki resepsi (pemaknaan) yang beragam. Benang merah atau titik temu dari semua ragam resepsi itu bisa kita petakan menjadi tiga katagori besar; 1) menjaga keistiqamahan, 2) memanen pahala dan berkah membaca Al-Quran, dan 3) sebagai media silaturahmi. Pemaknaan ini hampir merata di kalangan anggota yang di antaranya disampaikan oleh Nyai Jumila, Samratul Farhanah, Ayu Sekarni, Wasilatul Fadilah, Nur Rahmah, Baynah Tsanai, Dewi Latifatul Aini, Muzayyanah, Toyyibah, dan Elivia Rahmawati.

Pertama, sebagai media silaturahim. Resepsi fungsional Al-Quran dalam praktiknya juga memiliki simbol-simbol tersendiri. Secara filosofis, pembacaan Al-Quran dalam khatmil Qur’an dimaknai salah satunya sebagai media silaturahmi. Dengan demikian, tradisi khatmil Qur’an yang melibatkan kehadiran Al-Quran tidak saja sebagai ajang memperbanyak pahala, tetapi juga sebagai wadah menciptakan harmonisasi sosial (lihat Fathurrasyid, Tipologi Ideologi Resepsi Al-Quran di Kalangan Masyarakat Sumenep Madura).

Baca juga: Surah al-Qadr Ayat 1, Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadr Menurut Fakhruddin Ar-Razi

Dalam garis besarnya, seluruh anggota khatmil Qur’an ODOJ sepakat memaknai kehadiran Al-Quran di tengah-tengah mereka sebagai media mempererat silaturahmi. “Menurut saya, pembacaan Al-Quran melalui program ODOJ ini sangat banyak manfaatnya. Selain kita bisa istiqamah membaca dan mengkhatamkan Al-Quran setiap hari, kita juga bisa bersilaturahmi, baik dengan guru atau teman-teman senior dan junior. Seakan-akan tidak ada dinding pemisah di antara kita.” Tutur Nyai Jumila, alumni yang sekarang mengampu salah satu pesantren di Sampang (Wawancara 25/04/2021).

Kedua, memanen pahala dan keberkahan Al-Quran. Masyarakat muslim memaknai Al-Quran sebagai kalamullah yang agung. Membacanya termasuk perbuatan mulia yang akan diganjar dengan pahala dan berkah melimpah (lihat Atabik, The Living Qur’an: Potret Budaya Tahfiz Al-Qur’an di Nusantara). Resepsi prakmatik ini juga tampak pada para anggota khatmil Qur’an ODOJ. Seperti yang dituturkan oleh Nur Rahmah misalnya, “Dengan membaca Al-Quran melalui program khatmil Qur’an ini, kita sama-sama bisa meraup pahala dan berkah berjemaah, khususnya dibulan suci Ramadan.” (Wawancara 25/04/2021).

Senada dengan Nur Rahmah, Toyyibah juga mengatakan hal yang sama, “Kita bisa berlomba-lomba dalam ibadah. Sama-sama berebut barokahnya Al-Quran.” (Wawancara 25/04/2021). Tidak jauh berbeda dengan apa yang dituturkan oleh Sumrotul Farhanah, “Harapan saya di bulan Ramadan ini bisa memperbaiki diri dalam membaca Al-Quran dan mendapat pahala yang sesuai.” (Wawancara 25/04/2021).

Ketiga, menjaga keistiqamahan. Secara psikologis, berinteraksi dengan Al-Quran dan mengkhatamkannya dengan rutin akan mampu memberikan efek positif terhadap kedisiplinan seseorang. Di sinilah para anggota khatmil Qur’an ODOJ terlihat memaknai kehadiran Al-Quran setidaknya sebagai al-syifa’ (obat) untuk membunuh rasa malas, sehingga membentuk pribadi yang istiqamah. “Alhamdulillah, jadi punya dorongan lebih kuat untuk bisa membaca Al-Quran setiap hari. Karena di hari-hari biasa suka agak males. Dari situ, saya akhirnya menjadi terbiasa sehabis salat pasti baca Al-Quran. Sesibuk apapun, saya tergerak untuk meluangkan waktu membaca Al-Quran.” Ungkap Bainah Tsanai (Wawancara 25/04/2021).

Wasilatul Fadilah menambahkan, “Kita yang mulanya kesulitan istiqamah membaca Al-Quran karena malas. Namun melalui rutinitas seperti khatmil Qur’an ini, keistiqomahan kita bisa tertunaikan.” (Wawancara 25/04/2021). Begitu pula dengan Dewi Latifatul Aini dan Ayu Sekarni yang sama-sama menyimpulkan, bahwa membaca Al-Quran lebih-lebih secara berjamaah telah mengajarkan arti penting sebuah kedisiplinan dan keistiqamahan. Sebelumnya mungkin belum tentu bisa membaca Al-Quran satu juz setiap hari (Wawancara 25/04/2021).

Baca juga: Tafsir Ahkam: Tiba Ramadhan, Ini Hukum yang Belum Bayar Utang Puasa

Berkepribadian istiqamah inilah yang paling diharapkan oleh Ibu Nyai Huzaimah Ilyas, pengasuh pondok pesantren putri Congaban dalam prakata sambutannya. Istiqamah adalah wasilah memperolah maghfirah dan berkah. “Anak-anakku semuanya yang dirahmati Allah Swt. Mudah-mudahan semuanya bisa semangat aktif istiqamah membaca Al-Quran seperti acara khatmil Quran ini, sehingga kita sekalian mendapat maghfirah dan berkah dari Allah Swt,” pungkasnya.

Wallahu a’lam []

Fawaidur Ramdhani
Fawaidur Ramdhani
Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya dan Dosen Ma’had Ali UIN Sunan Ampel Surabaya. Minat pada kajian tafsir Al-Quran Nusantara, manuskrip keagamaan kuno Nusantara, dan kajian keislaman Nusantara
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Mengenal Aquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar: Metode dan Perkembangannya

0
Kini, penerjemahan Alquran tidak hanya ditujukan untuk masyarakat Muslim secara nasional, melainkan juga secara lokal salah satunya yakni Alquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar....