Surah An-Nashr yang berarti pertolongan adalah surah ke-110 dalam Al-Qur’an. Surah ini termasuk di antara surah yang terakhir turun dari Al-Qur’an. Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas, disebutkan bahwa surah ini turun sepulang Nabi SAW dari Khaibar sekitar tahun ke-7 Hijriyah. Riwayat lain darinya menyatakan bahwa surah ini adalah surah yang paling akhir turun, dalam artian tidak ada ayat lagi yang turun setelahnya. Ada pula riwayat yang menyebutkan surah ini turun pada tahun ke-8 atau ke-9 Hijriyah. Meski demikian, tidak dapat dipastikan kapan tepatnya surah ini turun. Namun dapat disimpulkan bahwa ia turun di akhir masa hidup Rasulullah SAW.
Secara kuantitas, surah ini termasuk surat mufashshal (surah pendek) yang hanya terdiri dari tiga ayat, yaitu:
إِذَا جَآءَ نَصْرُ ٱللَّهِ وَٱلْفَتْحُ .وَرَأَيْتَ ٱلنَّاسَ يَدْخُلُونَ فِى دِينِ ٱللَّهِ أَفْوَاجًا .فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَٱسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ تَوَّابًۢا .
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, maka bertasbihlah dalam dengan Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.” Q.S. Al-Nashr [110]: 1-3.
Baca juga: Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 114: Ancaman Bagi Mereka yang Merusak Rumah Ibadah
Secara eksplisit, surah ini mengabarkan tentang sebuah kabar gembira yang amat besar untuk kaum Muslimin, yaitu Fathu Makkah atau penaklukkan kota Mekkah. Setelah bertahun-tahun dikuasai kafir Quraish dan Hawazin, pada tahun 8 Hijriah akhirnya Mekkah berhasil ditaklukkan kaum Muslimin tanpa ada peperangan.
Bukan hanya Mekkah, Ibnu ‘Athiyyah dalam tafsirnya menambahkan bahwa kemenangan Islam saat itu juga meliputi Thaif, kota-kota di Hijaz dan sebagian besar Yaman. Surah ini juga mengabarkan bahwa akan ada waktu orang-orang berbondong-bondong memeluk Islam. Tentu saja kabar ini sangat menggembirakan para sahabat pada umumnya.
Sisi Lain Turunnya Surah An-Nashr Menurut Ibnu Abbas
Namun ada beberapa sahabat yang memahami makna tersirat dari surah ini. Salah satunya adalah Ibnu Abbas, seorang sahabat sekaligus sepupu Nabi Muhammad SAW yang terberkati dengan doanya: “Ya Allah jadikanlah ia pahamkanlah ia agama dan ajarkanlah ia tafsir (Al-Qur’an).” Berkat doa tersebut Ibnu Abbas menjadi salah satu sahabat yang paling cemerlang pemahamannya terhadap Al-Qur’an, meskipun usianya jauh lebih muda dari sahabat-sahabat senior yang lain.
Dalam sebuah kesempatan Umar bin Al-Khaththab mengajak Ibnu ‘Abbas ke majelis perkumpulan sahabat-sahabat senior veteran perang Badar. Umar bertanya bertanya pada mereka, “Apa pendapat kelian tentang surah Al-Nashr?” Sebagian mereka menjawab, “Allah memerintahkan kita untuk senantiasa memujinya, beristighfar pada-Nya jika telah datang pertolongan dan kemenangan dari-Nya.” Sebagian yang lain memilih diam.
Baca juga: Tafsir Surah Ali Imran Ayat 134-135 : Empat Perilaku Orang Yang Bertakwa
Lalu Umar bertanya pendapat Ibnu ‘Abbas. Ia menjawab, “Ayat itu adalah berita tentang dekatnya ajal Rasulullah.” Jawaban Ibnu ‘Abbas pun disetujui oleh ‘Umar. Jawaban Ibnu ‘Abbas menunjukkan intuisinya dalam memahami yang tersirat dari ayat-ayat Al-Qur’an. Hal yang sama juga disetujui oleh bebrapa sahabat senior lain seperti ‘Aisyah dan Ibnu Mas’ud.
Dalam tafsir Jalalain disebutkan bahwa setelah turun surah ini Rasulullah memperbanyak membaca subhanallah wa bihamdihi astaghfirullaha wa atubu ilaih. Sayyidah ‘Aisyah juga mengungkapkan, Rasulullah menyadari bahwa surah ini adalah sinyal akan dekatnya ajal beliau. Benar saja, Fathu Makkah terjadi pada Ramadhan tahun ke-8 Hijriyah, dan Rasulullah wafat Rabi’ul Awwal tahun ke-10.
Inilah dua sisi bertolak belakang dari surah Al-Nashr, berita gembira sekaligus kabar duka. Tidak ada yang lebih menggembirakan dari kemenangan yang telah dinanti-nanti kaum Muslimin dan banyaknya orang yang memeluk agama Allah. Tidak ada pula yang menggoreskan duka melebihi kepergian Sang Kekasih untuk selamanya, kepergian Rasulullah SAW. Wallahu a’lam[]