BerandaTafsir TematikSpiritualitas dalam Proses Bercocok Tanam: Tafsir Surat Al-Waqiah Ayat 63-67

Spiritualitas dalam Proses Bercocok Tanam: Tafsir Surat Al-Waqiah Ayat 63-67

Manusia yang gemar bercocok tanam kadang tak sadar memiliki keyakinan, bahwa merekalah yang sepenuhnya menentukan tumbuh tidaknya apa yang mereka tanam. Kebiasaan yang mereka jalani berupa menanam benih, menyemai, memupuk sampai memanen, serta melakukan evaluasi dan perbaikan, membuat mereka merasa seakan karena tidak akan ada satupun proses dari tumbuhnya tanaman mereka yang lewat dari pengawasan mereka, panen mereka pasti berhasil. Mereka memiliki keyakinan, mana mungkin hasil panenku gagal?

Padahal, sebagaimana banyaknya jalan Allah memberi rizki pada hambanya, Allah juga memiliki banyak jalan menghalangi hal yang dicita-citakan hamba-Nya. Dalam proses bercocok tanam, dengan metode serta pengawasan yang ketat, Allah bisa membuat sebuah panen gagal. Misalnya dengan hama baru yang datang. Atau dengan datangnya bencana di luar yang dibayangkan para petani. Misalnya bencana banjir maupun gempa bumi.

Allah berfirman menyitir para petani yang lalai dengan kuasa Allah pada yang mereka tanam,

اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تَحْرُثُوْنَۗ ءَاَنْتُمْ تَزْرَعُوْنَهٗٓ اَمْ نَحْنُ الزّٰرِعُوْنَ لَوْ نَشَاۤءُ لَجَعَلْنٰهُ حُطَامًا فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُوْنَۙ اِنَّا لَمُغْرَمُوْنَۙ بَلْ نَحْنُ مَحْرُوْمُوْنَ

Pernahkah kamu perhatikan benih yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkan? Sekiranya Kami kehendaki, niscaya Kami hancurkan sampai lumat; maka kamu akan heran tercengang, (sambil berkata), “Sungguh, kami benar-benar menderita kerugian, bahkan kami tidak mendapat hasil apa pun.” (Q.S. Al-Waqi’ah [56] 63-67).

Baca juga: Tafsir Ekologi: Mengenal Ayat-Ayat Lingkungan dalam Al-Quran

Al-Quran Membetulkan Nalar Bertanam

Ayat di atas sebenarnya berbicara tentang orang-orang yang tidak percaya dengan adanya hari pembalasan. Allah meminta mereka untuk memilikirkan kembali segala apa yang sudah mereka lakukan. Adakah suatu hal yang tidak mereka sadari? Mereka lalai akan kuasa Allah atas segala hal. Mereka mengira bahwa merekalah yang menetukan tumbuh atau tidaknya apa yang mereka tanam. Namun, benarkah mereka yang menentukan berhasil atau tidaknya apa yang mereka tanam?

Allah meminta mereka memperhatikan pada yang mereka tanam lalu Allah bertanya. “Apakah kalian yang menumbuhkannya, atau Aku?” Allah berlanjut mengajak berfikir. Bisakah tiba-tiba panen mereka gagal lalu tanpa dapat dibayangkan sebelumnya mereka hanya bisa berkata: ““Sesungguhnya Kami benar-benar menderita kerugian. Bahkan Kami menjadi orang-orang yang tidak mendapat hasil apa-apa”?.

Larangan Mengucapkan “Aku Menumbuhkan”

Terkait ayat di atas, Nabi Muhammad melarang para sahabat mengucapkan زرعتُ (aku menumbuhkan), dan menjadikan kata حرثتُ  (aku menanam) sebagai gantinya. Sahabat Abi Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad bersabda:

لاَ يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ زَرَعْتُ وَلَكِنْ لِيَقُلْ حَرَثْتُ

Janganlah salah seorang dari kalian mengucapkan: “Aku menumbuhkan”. Namun berucaplah: “Aku menanam”. (HR. Imam Baihaqi, Ibn Hibban, At-Thabrani)

Abi Hurairah berkata terkait riwayat di atas: “Apa kalian tidak mendengar firman Allah: ‘Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam. Kamukah yang menumbuhkannya atau kamikah yang menumbuhkannya? (Q.S. Al-Waqi’ah [56] 63-64)’ (Sahih Ibn Hibban/13/30).

Baca juga: Mensyukuri Eksistensi Laut Bagi Umat Manusia

Doa Agar Memperoleh Panen Yang Memuaskan

Imam Al-Alusi mengutip keterangan Imam Qurthubi dalam tafsirnya, bahwa agar tanaman terhindar dari penyakit dan memperoleh hasil panen yang memuaskan, bagi petani dianjurkan usai membaca taawuudz serta Al-Waqi’ah ayat 64, agar membaca doa:

اَللهُ تَعَالٰى اَلزَّارِعُ وَالْمُنْبِتُ وَالْمُبْلِغُ اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَارْزُقْنَا ثَمَرَهُ وَجَنِّبْنَا ضَرَرَهُ وَاجْعَلْنَا لِأَنْعُمِكَ مِنَ الشَّاكِرِيْنَ

Allaahu ta’ala az-zaari’u wal munbitu wal mublighu. Allaahumma sholli ‘alaa muhammadin warzuqnaa tsamarahu wajannibna dhararahu waj’al lian’umika minasy syaakiriin

Allah ta’ala yang membuat tanaman tumbuh. Ya Allah, berikan rahmat keagungan-Mu pada Nabi Muhammad. Berilah rizki pada kami berupa buah-buahan tanaman tersebut dan jauhkanlah kami dari bahayanya. Dan jadikan kami termasuk yang mensyukuri nikmat-nikmat-Mu (Tafsir Al-Alusi/20/256). Wallahu A’lam.

Muhammad Nasif
Muhammad Nasif
Alumnus Pon. Pes. Lirboyo dan Jurusan Tafsir Hadis UIN Sunan Kalijaga tahun 2016. Menulis buku-buku keislaman, terjemah, artikel tentang pesantren dan Islam, serta Cerpen.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Mengenal Aquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar: Metode dan Perkembangannya

0
Kini, penerjemahan Alquran tidak hanya ditujukan untuk masyarakat Muslim secara nasional, melainkan juga secara lokal salah satunya yakni Alquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar....