BerandaTafsir TematikTafsir KebangsaanSurah al-Anfal Ayat 46: Cara Menjaga Persatuan

Surah al-Anfal Ayat 46: Cara Menjaga Persatuan

Rasa persatuan amat dibutuhkan dalam keberlangsungan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Salah satu kasus yang muncul akibat ketidak mampuan seseorang dalam menjaga rasa persatuan yakni adanya perselisihan. Surah al-Anfal ayat 46 merupakan salah satu respon Alquran tentang beberapa cara untuk menjaga dan mewujudkan persatuan umat. Ayat ini memberi gambaran terkait beberapa hal yang dapat dilakukan umat Islam dalam situasi tertentu, agar mereka tidak mudah tercerai-berai sehingga persatuan akan lebih terjaga.

Baca Juga: Surah Ali Imran [3]: 103: Menjaga Integrasi Negara

Tafsir Surah al-Anfal Ayat 46

وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَا تَنَازَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ وَاصْبِرُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَۚ

“Taatilah Allah dan Rasul-Nya, janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang, serta bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”.

Poin penting ayat ini merujuk pada beberapa perintah kepada umat Islam untuk selalu menjaga sikap persatuan antar sesama. Pada awal ayat, terdapat perintah untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, lalu disusul dengan perintah untuk tidak berbantah-bantahan satu sama lain, dan selalu mengutamakan sabar di segala situasi. Baru kemudian dinyatakan bahwa Allah swt. Bersama dengan orang yang sabar. Beberapa poin inilah yang dapat menjadi pedoman penting dan pengingat bagi umat Islam dalam rangka menjaga persatuan di kehidupan sehari-hari.

Pemahaman ini diperkuat oleh penjelasan dari beberapa mufasir sebagaimana Ibnu Katsir dalam tafsirnya yang mengutarakan, bahwa sahabat terdahulu memiliki keberanian yang diiringi dengan sikap taat dan patuh kepada perintah Allah swt. Para sahabat juga selalu menghindari pertengkaran di dalam kelompok yang dapat memicu terjadinya perpecahan sehingga memudarnya kekuatan pada kubu sendiri. Tabah dalam menghadapi musuh juga menjadi kunci kemenangan akhir yang diperoleh sahabat pada saat berperang (Qur’anul ‘Azim, 4/63).

Penafsiran al-Qurtubi juga demikian, berfokus pada beberapa poin yakni tentang perintah taat pada Allah swt. dan Rasul dalam memutuskan segala sesuatu dan menyelesaikan perselisihan dari sebuah masalah, sebab perselisihan hanya menimbulkan kerusakan. Adanya pengumpamaan sikap sabar dengan angin, yang kemanapun kesabaran itu pergi hendaknya kalian dapat memanfaatkan kesabaran itu dengan baik agar persatuan tetap terjaga. Penafsiran ini memberi gambaran pada nabi yang tidak pernah berselisih saat berperang merupakan kunci dari kemenangan yang diperoleh pada masa itu (al-Jami li al-Ahkam al-Qur’an, 10/40-41).

Hamka dalam penafsirannya mengutarakan bahwa taatlah kalian kepada Allah swt dan Rasul, artinya patuh dan tunduk kepada pemimpin agar kekuatan tetap terjaga. Lalu janganlah berbantah-bantahan, sebab kemenangan tidak akan dapat dijangkau apabila komando tidak satu. Kunci yang tidak kalah penting adalah sabar, sebab sabar merupakan daya tahan yang dapat digunakan seseorang dalam menghadapi kegagalan serta kemenangan yang datang beriringan di kemudian hari (al-Azhar, 4/2777).

Larangan untuk berselisih tidak hanya berlaku pada saat perang, akan tetapi untuk berbagai hal yang menyangkut keberhasilan bersama. Nawawi al-Bantani mengutarakan bahwa dengan bersabar akan menghindari kesulitan dalam masa berperang. Saat berperang terdapat beberapa hal yang harus dihindari yakni berselisih, patah semangat, dan takut akan kegagalan. Sebab kekuatan yang ada perlahan akan hilang, karena anggotanya yang tidak dapat mengendalikan kesabaran mereka (Marah Labid, 1/428).

Baca Juga: Memupuk Persaudaraan Antarumat Beragama

Perintah dalam Surah al-Anfal ayat 46

Ada tiga perintah dalam ayat ini. Taatilah Allah dan RasulNya, jangan berselisih atau bertikai, dan perintah bersabar. Ketiganya seakan merupakan urutan tahapan pedoman bagi umat Islam untuk menjaga persatuan. Pedoman pertama yaitu aturan yang telah ditetapkan oleh Allah dan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Setelah itu, jika kemudian dimungkinkan terjadi perselisihan, maka ingatlah pesan yang kedua, yaitu jangan berselisih, dan harus tetap bersabar.

Situasi perang yang menjadi konteks pertama surah ini cukup memberi gambaran bahwa di kondisi yang sangat genting dan penting, pesan utamanya adalah tetap harus menjaga persatuan dengan berpegang teguh kepada Allah, Rasul, dan bersabar. Di tengah hal-hal itu, ada pengingat untuk tidak berselisih atau bertikai karena akan melemahkan kekuatan dan akhirnya akan menyebabkan kekalahan dari musuh.

Kondisi tersebut cukup mendeskripsikan bagaiamana pesan penting dan cara menjaga persatuan dalam suatu kelompok. Dalam konteks sebagai warga negara, ayat ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk selalu berusaha menjadi warga negara yang baik dengan selalu menjaga kekuatan bersama, yaitu menjaga persatuan dan meminimalisir terjadinya perselisihan.

Namun demikian, poin penting dalam surah al-Anfal ayat 46 yang dapat dijadikan pedoman umat Islam ini tidak hanya berlaku saat berperang. Pedoman ini juga berlaku di kondisi di luar perang. Persatuan dalam ayat ini digambarkan sebagai sebuah kekuatan yang dapat dijaga oleh antar anggota yang terlibat dalam suatu kelompok tersebut. Apabila persatuan terjaga dengan baik, mereka tidak akan mudah goyah sehingga dapat meminimalisir perpecahan yang tidak diinginkan.

Terlepas dari hal itu, sikap berbantah-bantahan merupakan hal yang harus dihindari dalam memutuskan segala sesuatu, sebab hal inilah yang menjadi pemicu awal memudarnya suatu kekuatan. Selanjutnya upaya yang dapat dilakukan yakni diperlukannya sikap sabar dalam menerima hal-hal yang mungkin muncul di luar rencana. Melalui sabar inilah surah al-Anfal ayat 46 memberi intruksi pada umat Islam untuk tabah demi kemenangan bagi kepentingan bersama. Wallah a’lam.

*Artikel ini hasil kerja sama antara tafsiralquran.id dengan Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir UIN Sunan Ampel, Surabaya

Nabila Nuari Putri
Nabila Nuari Putri
Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UIN Sunan Ampel, Surabaya. Bisa disapa melalui @nnabila.pn
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Angin sebagai Tentara Allah: Tafsir Fenomena Meteorologi dalam Alquran

Angin sebagai Tentara Allah: Tafsir Fenomena Meteorologi dalam Alquran

0
Alquran menyebutkan fenomena alam tidak hanya sebagai tanda-tanda kebesaran Allah, tetapi juga sebagai pengingat akan kekuasaan-Nya yang tak terbatas. Salah satu elemen alam yang...