“Man jadda wajada” (siapa yang bersungguh-sungguh, dia akan mencapai apa yang dicita-citakan), demikian ungkapan kata mutiara (mahfudzat) yang sering didengar. Bersungguh-sungguh belajar dan tekun beribadah adalah suatu kewajiban bagi seorang pelajar. Bahkan, kewajiban bersungguh-sungguh dalam belajar Allah swt. tegaskan sendiri dalam surah Al-Ankabut ayat 69 bahwa Kami, kata Allah, benar-benar akan tunjukkan kepada mereka sesuatu yang tidak diketahuinya (lanahdiyannahum subulana). Selengkapnya mari kita simak ulasan di bawah ini.
Baca Juga: Tafsir Tarbawi: Pentingnya Perencanaan Bagi Guru Sebelum Mengajar
Tafsir Surah Al-Ankabut Ayat 69
Di dalam surah Al-Ankabut ayat 69, Allah swt. secara tegas menyatakan bahwa Dia pasti memberi petunjuk bagi mereka yang sungguh-sungguh mencari ridha Allah, tidak terkecuali belajar. Allah swt. berfirman,
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ
Orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk (mencari keridaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan. (Q.S. al-Ankabut [29]: 69).
Al-Tabari dalam Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ay al-Quran menafsirkan kalimat lanahdiyannahum subulana bahwa Allah swt. pasti memberi taufik (hidayah) atau membimbing hamba-hamba-Nya menuju jalan yang lurus (linuwaffiqannahum li ishabati al-thariqi al-mustaqimah), yaitu agama Allah (al-Islam) yang dengannya Allah swt. mengutus Nabi Muhammad sebagai pembawa risalah-Nya.
Sedangkan al-Zamakhsyari dalam Tafsir al-Kasyaf dan Al-Baidhawi dalam Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Takwil menafsiri kata lanahdiyannahum subulana bahwa Allah swt pasti akan menambahkan hidayah dan bimbingan-Nya kepada mereka menuju jalan kebaikan dan kesuksesan (لنزيدنهم هداية إلى سبل الخير وتوفيقاً). Selain itu, al-Zamakhsyari menyitir penafsiran Abi Sulaiman al-Darani bahwa mereka yang berjihad (bersungguh-sungguh dalam belajar) di jalan Allah, maka pasti Allah ajarkan dan tunjukkan kepada mereka sesuatu yang belum dia ketahui (‘allimu lanahdiyannahum ila ma lam ya’lamu).
Tidak jauh berbeda, al-Razi dalam Mafatih al-Ghaib menafsirkan lanahdiyannahum subulana dengan barang siapa yang berjihad dengan ketaatan, maka Allah menunjukkan jalan surga baginya (man jahada bi al-tha’ah hadahu subula al-jannah). Selain itu, ia menambahkan, orang yang bersungguh-sungguh dalam belajar maka sungguh dia memperoleh petunjuk dari ilmu-Nya, dan penjelasan yang gamblang atas sesuatu sejelas-jelasnya (linashila fihim al-ilm bina wa linubayyina hadza fadhlu bayan).
Bahkan, menurut al-Mawardi dalam al-Nukat wal ‘Uyun, makna jahadu memunculkan empat penafsiran, yaitu pertama, memerangi kaum musyrik agar patuh kepada kita (قاتلوا المشركين طائعين لنا). Kedua, jihad melawan hawa nafsu dan perasaan khawatir atau was-was (جاهدوا أنفسهم في هواها خوفاً منا). Ketiga, jihad dengan amal perbuatan dalam rangka meraih ketaatan dan menghindari kemaksiatan dengan mengharap pahala Allah swt (اجتهدوا في العمل بالطاعة والكف عن المعصية رغبة في ثوابنا وحذراً من عقابنا). Dan keempat, berjihadlah kepada dirimu sendiri dengan cara taubat kepada Allah atas dosa-dosamu (جاهدوا أنفسهم في التوبة من ذنوبهم).
Adapun makna lanahdiyannahum subulana (memperoleh petunjuk dan keberuntungan), Al-Mawardi membaginya menjadi tiga hal. Pertama, surga sebagaimana penafsiran al-Saddi. Kedua, Allah membimbingnya menuju agama yang benar sebagaimana periwayatan al-Naqasy. Ketiga, diberi petunjuk dan bimbingan dari sesuatu yang belum diketahui seperti yang dikemukakan oleh Abbas Abu Ahmad. Keempat, Allah swt sungguh memberikan rasa ikhlas dan tulus kepada hamba-Nya atas segala yang perbuatannya, baik sedekahnya, selawatnya, salatnya, maupun puasanya. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Yusuf bin Asbath.
Baca Juga: Dua Metode Pendidikan Pralahir Berbasis Alquran
Perintah bersungguh-sungguh dalam belajar
Syekh Az-Zarnuji dalam Ta’lim Muta’allim pernah berpesan dalam syairnya, bagi seorang pelajar harus mampu menahan diri dari hawa nafsu yang menggebu karena itu bagian daripada bersungguh-sungguh dalam belajar.
إن الهوى لهو الهوان بعينه وصريع كل هوى صريع هوان
“Sungguh hawa nafsu itu rendah nilainya, barangsiapa terkalahkan oleh hawa nafsunya berarti ia terkalahkan oleh kehinaan”.
Lanjut Az-Zarnuji, bagi seorang pelajar harus memanfaatkan di usia mudanya untuk menuntut ilmu dengan sebaik-baiknya (afdhalu al-auqati syarakhu al-syababi). Dan pelajar harus memanfaatkan seluruh waktunya untuk belajar (wa yanbagi an yastaghriqa jami’a auqatihi), apabila ia bosan dengan satu bidang ilmu, maka selinganlah dengan bidang ilmu yang lain (faidza malla ‘an ‘ilmin yasytaghilu bi ‘ilmin akhara).
Oleh karena itu, penting bagi seorang pelajar untuk bersungguh-sungguh dalam belajar dan menahan diri dari hawa nafsu serta segala keinginan yang menggebu karena belajar adalah sebuah proses, bukan sesuatu sekali jadi. Tekuni prosesnya, Insya Allah hasilnya pun berkualitas. Wallahu A’lam.