BerandaTafsir TematikSurah Al A’raf Ayat 199: Cara Menghadapi Orang yang Suka Merendahkan Kita

Surah Al A’raf Ayat 199: Cara Menghadapi Orang yang Suka Merendahkan Kita

Media sosial dengan berbagai macam kecanggihannya memang menawarkan banyak kemudahan dalam hidup. Tapi efek sampingnya bisa dibilang cukup memprihatinkan. Kehadiran media sosial telah membuka peluang besar-besaran bagi siapa saja untuk meluapkan emosi, amarah dan kebenciannya. Mulai dari mencibir, mencacimaki, mem-bully, mengolok-olok dan masih banyak lagi. Mereka menganggap ‘aman’ karena tak melakukannya secara langsung. Lalu, bagaimana sikap kita untuk menghadapi model-model orang yang seperti itu? Kita bisa mengembalikan masalah ini pada surah Al A’raf ayat 199.

Baca juga: Surah Ar-Ra’d [13] Ayat 28: Zikir Dapat Menenangkan Hati

Tafsir Surah Al A’raf Ayat 199

خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ  ١٩٩

“Jadilah engkau (Muhammad) pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”

Ketika QS. Al A’raf [7]: 199 ini diturunkan, Nabi Saw sempat bertanya kepada Jibril, “Apa maksud dari ayat ini?” Jibril menjawab, “Aku tidak tahu sampai aku bertanya kepada Allah.” Sekembalinya, Jibril berkata, “Sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan kepadamu untuk menjalin silaturahmi dengan orang-orang yang memutus hubungan denganmu, berilah sesuatu kepada mereka yang tidak menghormatimu, dan maafkanlah mereka yang telah menzalimu.” (lihat Al-Baghawi, Ma’alim al-Tanzil fi Tafsir al-Qur’an, Vol. 2: 259-260).

Al-Wahidi dalam Tafsir al-Wasith menjelaskan maksud redaksi ‘berpaling dari orang-orang bodoh’ adalah menahan diri ketika berurusan dengan mereka (lihat Al-Wahidi, Tafsir al-Wasith, Vol. II: 437-438). Al-Mawardi menambahkan, berpaling juga perlu dilakukan salah satunya ketika ada orang yang suka meremehkan kita. Dan ayat ini diturunkan untuk memberi pesan kepada Nabi Saw sebagai teladan bagi umatnya (lihat Al-Mawardi, al-Nukat wa al-‘Uyun).

Kita semua tahu, ukuran yang digunakan oleh orang-orang bodoh adalah ukuran yang singkat. Mereka akan mengeluarkan statemen yang lahir dari pemikiran dangkal, bahkan tak jarang dari pikiran picik. Lebih miris lagi kalau stetemen itu keluar dari orang-orang yang sedari awal memusuhi kita. Mereka tak pernah berusaha mencari kebenaran. Lidah mereka seolah tidak terkunci, dan asal berbicara saja (lihat Hamka, Tafsir Al-Azhar, Vol. 4: 2662).

Baca juga: Mengenal Tradisi Aswaja dalam Tafsir Surah Yasin Karya Kiai Abdul Basith

Tentu, perintah berpaling dalam QS. Al A’raf [7]: 199 ini hanya berlaku ketika menghadapi orang-orang bodoh yang menzalimi, memusuhi kita, dan merendahkan kita, tidak untuk orang-orang yang awam tentang agama. Tidak juga untuk orang-orang yang memerangi umat Islam. Dalam konteks ini, kita tak boleh ambil diam dan cuma berpangku tangan (lihat Al-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, Vol. 13: 332).

Pesan Moral Surah al-A’raf Ayat 199

Tidak semua hal di dunia ini harus disikapi secara serius. Adakalanya kita perlu mengabaikan dan cuek terhadap beberapa persoalan yang sepele. Kalau kita membalas perlakuan buruk dari orang-orang lain, seperti kita mencaci orang-orang yang telah mencaci kita, atau berkata kotor kepada orang-orang yang lebih dulu berkata kotor kepada kita, lalu apa bedanya kita dengan mereka?

Secara substansial, QS. Al A’raf [7]: 199 di atas berbicara soal ‘aturan main’ dalam bersosial; hidup di tengah-tengah manusia lain dengan latar belakang dan kepribadian yang bermacam-macam. Berjiwa pemaaf, menyeru pada kebaikan dan tidak menghiraukan orang-orang bodoh. Tiga inilah yang menjadi pesan moral dalam ayat di atas. Syukur-syukur kalau ketiga-tiganya bisa diamalkan secara bersamaan.

Namun, tak semua orang bisa mudah memaafkan. Apalagi kalau misalnya dicibir atau di-bully habis-habisan. Tak semua orang mampu dan ‘sudi’ menyeru untuk kebajikan kepada orang-orang yang telah menyakiti hati mereka. Maka solusi terakhir—dan ini rasa-rasanya paling ampuh—adalah dengan tidak menanggapinya. Atau istilah lainnya yang sering kita dengar adalah cuek atau ‘bodo amat’.

Baca juga: Kisah Khadijah dan Pembacaan Mubadalah Faqihuddin Abdul Kodir atas QS. Al-Alaq: 1-5

Ada banyak cara untuk melatih mental kita agar bisa cuek menghadapi orang-orang yang suka mencacimaki, mem-bully atau mencibir dan perkataan-perkataan keji lainnya. Beberapa di antaranya adalah 1) tidak mudah tersinggung atau jangan terlalu sensitif, 2) bersikap santai dan 3) berpikir logis. Seperti yang ditakan Hamka, manusia tidak hidup dalam kesempurnaan. Dalam kehidupan ini, kita akan dihadapkan pada berapa banyak manusia dengan serba-serbi kekurangan, begitu juga kelebihannya (lihat Hamka, Tafsir Al-Azhar, Vol. 4: 2663).

Wallahu a’lam []

 

Fawaidur Ramdhani
Fawaidur Ramdhani
Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya dan Dosen Ma’had Ali UIN Sunan Ampel Surabaya. Minat pada kajian tafsir Al-Quran Nusantara, manuskrip keagamaan kuno Nusantara, dan kajian keislaman Nusantara
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...