Kedudukan Nabi Ibrahim as menempati posisi yang sangat istimewa disisi Allah Swt. Ia tidak hanya sebagai nabi dan rasul yang diutus Allah untuk umat manusia, disamping itu Nabi Ibrahim juga merupakan leluhur bani Isra’il.
Keistimewaannya tersebut, tidak lepas dari doanya yang telah dikabulkan Allah karena ketaqwaanya. Ujian Allah kepada nabi Ibrahim menempatkannya sebagai pemimpin dan teladan bagi umat sesudahnya.
Dalam Kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras li Al-Fadl Al-Qur’an, Fuad al-Baqi’ menjelaskan bahwa secara etimologi kata ujian dalam al-Qur’an disebutkan dengan lafadz ابتلى sebanyak 8 kali dalam al-Qur’an yang terdapat pada surat al-Baqarah ayat 124, al-fajr ayat 15 dan 16, al-Insan ayat 2, Ali Imron ayat 152 dan 154, an-Nisa’ ayat 6 dan al-azhab ayat 11.
Baca Juga: Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 68-69: Fakta Menarik di Balik Pembakaran Nabi Ibrahim
Sedangkan dalam Lisan al-Arab makna lafadz ابتلى sama dengan اختبر yang berarti menguji baik berupa ujian kebaikan ataupun ujian kejelakan, sehingga beberapa ayat tersebut sama bermakna menguji atau diuji, baik berupa ujian Allah terhadap Nabi Ibrahim maupun Umat Islam secara umum. Namun ujian yang Allah berikan kepada Nabi Ibrahim as hanya disebut sekali dalam al-Qur’an, yakni dalam surat al-Baqarah ayat 124.
۞ وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ ۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”
Wahbah az-Zuhaily dalam karya nya Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa al-Syari’ah wa al’Manhaj, mengatakan bahwa ujian Allah kepada nabi Ibrahim pada ayat diatas disebutkan menggunakan lafadz ابتلى ابراهيم ربه بكلمات yang bermakna Allah menguji nabi Ibrahim dengan beberapa kalimat.
Dalam konteks ini, ujian Allah merupakan sebuah pilihan bagi nabi Ibrahim antara menunaikan atau berpalung darinya. Hanya saja ujian bagi seorang hamba dari tuhannya tentu merupakan sebuah perintah yang harus ditunaikan.
Wahbah az-Zuhaily juga memahami bahwa ujian Allah kepada Nabi Ibrahim as mengandung makna tentang keutamaan bagi nabi Ibrahim, sebab dalam ayat ini pula, Allah mengabarkan tentang balasan kepada Nabi Ibrahim berupa kemulian baginya.
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, ada penjelasan bahwa secara umum ulama’ tafsir sependapat bahwa ujian Allah bagi nabi Ibrahim merupakan suatu perintah dan larangan untuk menguji seberapa tinggi tingkat ketakwaan nabi Ibrahim.
Namun, spesifik ujian Allah dengan lafadz بكلمات menimbulkan perdebatan dan pertanyaan apa maksud dari beberapa kalimat tersebut. Ibnu Katsir turut menafsirkannya sebagai kalimat al-Qadriyah atau asy-Syari’ah yakni berupa syar’iat tentang perintah dan larangan Allah Swt. Ia mengkolerasikan lafadz بكلمات dalam arti syari’at dengan keterangan yang ada dalam surat at-tahrim ayat 12 dan al-An’am ayat 115.
Perbedaan penafsiran tentang makna بكلمات tidak lepas dari tidak adanya keterangan ayat al-Qur’an dan hadis nabi yang menjelaskan tentang ayat tersebut. Walaupun perbedaan penafsiran hanya terletak pada aspek spesifik ujian Allah kepada nabi Ibrahim, akan tetapi esensinya ulama’ tafsir sepaham bahwa ujian Allah berupa perintah dan larangan bagi nabi Ibrahim.
Ujian tersebut telah ditunaikan secara sempurna yang dinyatakan dalam lafadz فاتمهن (telah menunaikan). Dengan demikian perintah dan larangan Allah kepadan nabi Ibrahim, mengindikasikan bahwa ujian diberikan secara bertahap untuk menjadikannya sebagai pemimpin.
Keterangan beberapa ayat yang banyak dihubungkan dengan ujian-ujian Allah Swt kepada nabi Ibrahim, dapat ditemukan dalam ayat tentang kisah nabi Ibrahim. Ayat kisah ini, tentu dapat dikorelasikan dengan ayat di atas, untuk menjelaskan beberapa ujian yang telah Ibrahim terima sepanjang hidupnya, diantaranya:
- Kisah nabi Ibrahim as yang rela mengorbankan perasaannya sendiri ketika harus berhadapan dengan ayah dan kaumnya yang musyrik, bahkan sampai harus menghadapi hukuman dibakar hidup-hidup. Kisah-kisah ini dapat ditemukan dalam keterangan surat Al-Anbiya’ 51-69.
- Kisahnya ketika Allah memerintah untuk menyembelih putra tercintanya, Isma’il. bahkan setalah sekian lama ia menantikan keturunan sebelum Isma’il dilahirkan. Hal ini dikisahkan dalam Surat Ash-Shaffat ayat 102-107.
- Kisah dirinya dan putranya, Isma’il yang membangun masjid al-haram dengan menyisihkan tenaga, sebagaimana keterangan dalam surat Al-Baqarah ayat 125-127.
Baca Juga: Surah Al-Baqarah Ayat 129: 3 Harapan Nabi Ibrahim Untuk Figur Nabi Muhammad saw
Kisah-kisah nabi Ibrahim as dalam al-Qur’an marupakan bukti keistemaawaan dirinya di sisi Allah Swt. Disamping itu, hikmah dari kisah-kisah tersebut dapat menjadi teladan bagi umat Islam dalam meniru ketakwaannya kepada Allah Swt.
Hal ini menunjukkan betapa beratnya ujian yang diberikan Allah, nabi Ibrahim mampu menyelesaikannya dengan sempurnya, hingga Allah menjadikannya sebagai pemimpin. Meskipuan terdapat beberapa pendapat bahwa gelar pemimpin merupakan sebuah beban bagi setiap manusia, hanya saja dalam konteks ayat ini gelar kepemimpinan bagi nabi Ibrahim merupakan suatu anugerah sebagai balasan dari amalnya. Wallahu A’lam.