Kini, kita telah tiba pada hari kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang ke-77 tahun. Usia kemerdekaan ini merupakan pencapaian yang begitu besar mengingat perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan tersebut menempuh jalan yang amat panjang.
Berbicara soal kemerdekaan, Alquran juga pernah menceritakan tentang kisah Bani Israil yang dilepaskan dari jajahan Fir’aun. Sebagaimana terekam dalam QS. Ibrahim [14]: 6 sebagai berikut.
وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوۡمِهِ ٱذۡكُرُواْ نِعۡمَةَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ أَنجَىٰكُم مِّنۡ ءَالِ فِرۡعَوۡنَ يَسُومُونَكُمۡ سُوٓءَ ٱلۡعَذَابِ وَيُذَبِّحُونَ أَبۡنَآءَكُمۡ وَيَسۡتَحۡيُونَ نِسَآءَكُمۡۚ وَفِي ذَٰلِكُم بَلَآءٞ مِّن رَّبِّكُمۡ عَظِيمٞ
Terjemah: “Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari (Fir’aun dan) pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu, membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhanmu”. (QS. Ibrahim [14]: 6)
Tafsir Surah Ibrahim [14]: 6 Memoriam Kekejaman Fir’aun Menjajah
Menurut Tafsir Kementerian Agama, dalam ayat ini, Allah ﷻ mengisahkan tentang Nabi Musa yang mengajak umatnya untuk mengenang nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka, yakni ketika Allah menyelamatkan mereka dari kekejaman Firaun beserta para pengikutnya, yang telah menyiksa mereka dengan siksaan yang berat, menyembelih anak laki-laki mereka, dan membiarkan anak-anak perempuan mereka hidup.
Sementara Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir menegaskan kembali bahwa kala itu Fir’aun dan para pengikutnya, telah menyiksa Bani Israil berupa penindasan dan penghinaan, menerapkan kerja paksa untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak sanggup dilakukan. Mereka juga membantai anak lelaki yang baru lahir dan masih kecil karena khawatir munculnya seorang anak yang akan menjadi sebab kehancuran kerajaan Fir’aun sebagaimana tafsir mimpi yang dialami Fir’aun. Sedangkan anak-anak perempuan dibiarkan tetap hidup sebagai perempuan-perempuan hina dan tertindas.
Baca Juga: Tafsir Kontekstual Gus Dur Seputar Moderasi Islam
Maka kemudian pada ayat berikutnya Allah SWT mengingatkan manusia untuk bersyukur terhadap nikmat-nikmat yang telah diberikannya. Sebab pada setiap rasa syukur atas nikmat tersebut akan melahirkan berbagai kebaikan-kebaikan berikutnya. Sebagaimana dinyatakan dalam QS. Ibrahim [14]: 7 sebagai berikut.
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ
Terjemah: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim [14]: 7)
Sebagai lanjutan dari ayat sebelumnya, Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa dalam ayat tersebut Allah menjanjikan dua konsekuensi ketika manusia memilih salah satu dari keduanya. Pertama, ketika manusia bersyukur maka Allah akan menambah nikmat yang diterima, tetapi apabila kufur maka justru nikmat tersebut akan dicabut bahkan mereka akan disiksa.
M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah mengatakan bahwa secara spesifik ayat tersebut ditujukan kepada Bani Israil dengan perintah yang berisi untuk mensyukuri nikmat penyelamatan dan lain-lain yang pernah Allah berikan kepada mereka berupa keteguhan iman dan ketaatan. Allah akan menambah nikmat-nikmat itu jika mereka bersyukur.
Wujud Syukur Kemerdekaan Sesuai Kapasitas Masing-masing
Peringatan Nabi Musa kepada Bani Israil dan perintah Allah untuk bersyukur dalam ayat di atas sejatinya merupakan tindakan-tindakan yang harus dilakukan dalam mengisi kemerdekaan. Miftahul Arifin dalam buku Aktivasi Mukjizat Surat Al-Fatihah menjelaskan bahwa wujud rasa syukur dapat ditunjukkan dengan amal kebaikan yang berlandaskan pada keikhlasan hati. Sehingga dapat dipahami bahwa setiap perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas (sesuai kapasitas diri dan hati) akan melahirkan rasa syukur terhadap nikmat-nikmat Allah.
Kisah tauladan yang telah dicontohkan oleh Nabi Musa as. ketika mengingatkan umatnya atas nikmat dan terbebas dari penjajahan Fir’aun di atas, membuka memori kita bersama untuk juga mensyukuri anugerah kemerdekaan Indonesia setelah menerima kekejaman penjajah yang telah menindas bangsa ini.
Baca Juga: Surah An-Nisa [4]: 59: Larangan Melakukan Kudeta terhadap Pemerintah yang Sah
Wujud syukur yang dapat dilakukan ketika momen kemerdekaan ini adalah dengan melakukan hal-hal yang menunjukkan semangat kemerdekaan sesuai kapasitas masing-masing. Bagi pelajar misalnya, dapat mengisi peringatan kemerdekaan dengan mengikuti upacara bendera dengan baik serta memanjatkan doa untuk para pejuang terdahulu. Begitu pun dengan elemen-elemen masyarakat yang lain dapat menunjukkan semanagat kemerdekaan tersebut sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Penutup
Maka sepantasnya, anugerah kemerdekaan, keselamatan, dan kemakmuran bangsa ini disikapi dengan rasa syukur yang utama kepada Allah SWT kemudian diwujudkan dengan semangat cinta tanah air dan mensyukuri anugerah kemerdekaan. Bentuk rasa syukur tersebut tidak hanya dipanjatkan melalui doa, tetapi melalui tindakan nyata sesuai dengan kapasitas masing-masing walau dengan hal-hal yang sederhana namun penuh makna. Wallahu A’lam.