BerandaTafsir TahliliTafsir Surat Al An’am Ayat 133-134

Tafsir Surat Al An’am Ayat 133-134

Pada pembahasan yang lalu diterangkan mengenai kebebasan manusia atas pilihannya sendiri dan juga diberi tahu tentang akibat dari pilihannya, Tafsir Surat Al An’am Ayat 133-134 ini berbicara mengenai ke-Mahakuasaan Allah swt atas segalanya.


Baca sebelumnya: Tafsir Surat Al An’am Ayat 131-132


Yang di maksud dengan ke-Mahakekuasaaan dalam Tafsir Surat Al An’am Ayat 133-134 ini adalah Allah tidak butuh atas apapun dan siapapun. Sebaliknya manusia membutuhkan pertolongan Allah, termasuk ibadah manusia. Karena sejatinya ibadah manusia untuk kebaiakan manusia sendiri.

Selanjutnya Tafsir Surat Al An’am Ayat 133-134 berbicara mengenai janji Allah tentang kemenangan orang-orang mukmin atas orang-orang kafir yang dibuktikan dengan kemenangan telak dalam perang Badar. Padahal jumlah orang kafir lebih banyak daripada orang-orang mukmin.

Tafsir Surat Al An’am Ayat 133-134 ditutup dengan ancaman Allah kepada orang-orang kafir bahwa mereka akan mendapatkan kesengsaraan, tidak hanya di dunia namun juga di akhirat kelak.

Ayat 133

Ayat ini menegaskan bahwa Allah Mahakaya dan Mahaluas rahmat-Nya dan tidak memerlukan apa dan siapa pun; tetapi semua yang selain Allah membutuhkan bantuan dan pertolongan-Nya, baik keberadaannya maupun dalam kehidupannya. Bagaimanapun banyaknya kekayaan seorang manusia namun ia masih memerlukan pertolongan orang lain, misalnya pertolongan dari pembantu-pembantunya, buruhnya, dokternya, dan sebagainya.

Ia pasti tetap memerlukan pertolongan Allah, Penciptanya dan Pencipta semua keperluan dan kebutuhan hidupnya, Allah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اَنْتُمُ الْفُقَرَاۤءُ اِلَى اللّٰهِ ۚوَاللّٰهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ

Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji. (Fatir/35: 15)

Hal ini dijelaskan oleh sebuah hadis Qudsy yang diriwayatkan oleh Abu Zar dari Nabi saw; beliau menerima wahyu dari Tuhan sebagai berikut:

يَا عِبَادِيْ ِانِّيْ حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تُظَالِمُوْا، يَا عِبَادِيْ كُلُّكُمْ ضَالٌّ اِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُوْنِيْ أَهْدِكُمْ، يَا عِبَادِيْ كُلُّكُمْ جَائِعٌ اِلاَّ مَنْ أَنْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِيْ أُطْعِمْكُمْ، يَا عِبَادِيْ كُلُّكُمْ عَارٍ اِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِيْ أَكْسُكُمْ، يَا عِبَادِيْ إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَاَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا فَاسْتَغْفِرُوْنِيْ أَغْفِرْ لَكُمْ، يَا عِبَادِيْ إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوْا ضُرِّيْ فَتَضُرُّوْنِيْ وَلَنْ تَبْلُغُوْا نَفْعِيْ فَتَنْفَعُوْنِي، يَا عِبَادِيْ لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَاٰخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوْا عَلَى أَتْقٰى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذٰلِكَ فِي مُلْكِيْ شَيْئًا، يَا عِبَادِيْ لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَاٰخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوْا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذٰلِكَ مِنْ مُلْكِيْ شَيْئًا، يَا عِبَادِيْ لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَاٰخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوْا قَامُوْا فِيْ صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِيْ فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ ماَ نَقَصَ ذٰلِكَ مِمَّا عِنْدِيْ إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمُخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ، يَا عِبَادِيْ إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوْفِيْكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ الله َوَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذٰلِكَ فَلاَ يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ (رواه أحمد ومسلم والترمذي وابن ماجه عن أبي ذر

Artinya:

Hai hamba-hamba-Ku, Aku mengharamkan terhadap diriku berbuat zalim, dan Aku jadikan perbuatan zalim itu haram pula di antara kamu, maka janganlah kamu melakukan kezaliman terhadap sesamamu. Hai hamba-hamba-Ku, semua kamu berada dalam kesesatan kecuali orang-orang yang telah Aku beri petunjuk, maka mintalah selalu petunjuk-Ku tentu Aku akan menunjukimu.

Hai hamba-hamba-Ku, semua kamu lapar kecuali orang-orang yang Aku beri makanan maka mintalah kepada-Ku makanan niscaya Aku akan memberimu makanan. Hai hamba-hamba-Ku, kamu semua dalam keadaan telanjang kecuali orang-orang yang telah Aku beri pakaian, maka mintalah kepada-Ku niscaya akan Aku berikan pakaian.

Hai hamba-hamba-Ku, kamu senantiasa melakukan kesalahan pada siang dan malam sedang Aku mengampuni semua dosa, maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni. Hai hamba-hambaKu, kamu sekali-kali tidak akan memberi mudarat kepada-Ku sehingga Aku mendapat mudarat karenamu dan kamu sekali-kali tidak akan memberikan manfaat kepada-Ku, sehingga Aku mendapat manfaat karenamu.

Hai hamba-hamba-Ku, andaikata orang-orang dahulu, orang-orang yang kemudian, manusia dan jin semuanya sangat bertakwa kepada-Ku, maka hal itu tidak akan menambah apa-apa kepada kerajaan-Ku. Hai hamba-hamba-Ku, sekiranya orang-orang dahulu, orang-orang yang kemudian, manusia dan jin semuanya bersifat jahat maka hal itu tidak akan mengurangi sesuatu apapun dari kerajaan-Ku.

Hai hamba-hamba-Ku, andaikata orang-orang dahulu, orang-orang kemudian, jin dan manusia berada pada suatu tempat, lalu mereka meminta kepada-Ku dan Aku kabulkan semua permintaan itu, maka hal itu tidak akan mengurangi sedikitpun perbendaharaan yang ada pada-Ku, kecuali seperti jarum licin mengurangi air lautan bila dimasukkan ke dalamnya (dan diangkat kembali).

Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku mencatat semua amalan kamu dan akan Kubalasi dengan sempurna, maka barang siapa mendapat balasan yang baik, hendaklah ia memuji Allah, dan barang siapa mendapat balasan yang buruk, maka janganlah ia mencela, kecuali dirinya sendiri. (Riwayat Ahmad, Muslim, at-Tirmizi dan Ibnu Majah dari Abµ Zar)

Demikianlah sebagian kekayaan Allah. Adapun rahmat dan karunia-Nya yang amat luas dan tidak terhingga, dapat dilihat pada kenyataan alam semesta, ciptaan-Nya dan tidak seorang pun yang dapat mengingkarinya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah diterangkan bahwa Rasulullah saw bersabda:

جَعَلَ الله ُالرَّحْمَةَ فِيْ مِائَةِ جُزْءٍ فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعَةً وَتِسْعِيْنَ جُزْءًا. وَأَنْزَلَ فِى اْلأَرْضِ جُزْءًا وَاحِدًا فَمِنْ ذٰلِكَ الْجُزْءِ يَتَرَاحَمُ الْخَلْقُ حَتَّى تَرْفَعَ الْفَرَسُ حَافِرَهَا عَنْ وَلَدِهَا خَشْيَةً أَنْ يُصِيْبَهُ

(رواه البخاري ومسلم عن أبي هريرة)

Allah membagi rahmat-Nya menjadi seratus bagian. Maka yang sembilan puluh sembilan bagian ditahan-Nya di sisi-Nya dan yang satu bagian diturunkan-Nya ke bumi. Dari rahmat yang satu bagian itulah semua makhluk sayang menyayangi, sehingga seekor kuda akan mengangkat telapak kakinya karena takut anaknya terinjak olehnya”. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Allah Yang Mahakaya, Mahaluas rahmat-Nya mengharamkan bagi diri-Nya sifat aniaya, jika Allah bertindak menimpakan siksa kepada hamba-Nya yang durhaka maka tindakan-Nya itu tidaklah bertentangan dengan sifat-sifat tersebut.

Maka dengan ayat ini Allah menegaskan kepada musuh-musuh Nabi Muhammad bahwa jika Allah menghendaki, Dia pasti dapat membinasakan mereka dan mengganti mereka dengan kaum lain yang diciptakan-Nya sebagaimana Dia menciptakan mereka dari keturunan yang lain. Janji Allah terbukti dengan binasanya musuh-musuh Nabi Muhammad dalam Perang Badar, sehingga pada akhirnya tidak ada lagi kaum musyrik di Mekah.

Mereka digantikan oleh orang-orang yang beriman dan bertakwa, berjuang meninggikan kalimat Allah dengan jiwa raga dan harta benda mereka.

Meskipun dalam mempertahankan kebenaran mereka terpaksa mengangkat senjata dan memasuki medan pertempuran tetapi dalam setiap pertempuran itu mereka menjadi teladan dalam sikap santun dalam memperlakukan musuh-musuh mereka, sehingga para ahli sejarah barat mengakui bahwa tidak ada suatu bangsa yang tidak menaklukkan bangsa lain dengan penuh rasa keadilan dan kasih sayang seperti bangsa Arab yang telah beragama Islam.


Baca juga: Mengenal Mushaf Sunan Ampel di Museum Al-Quran PTIQ Jakarta


Ayat 134

Pada ayat ini Allah memberikan ancaman-Nya kepada musuh-musuh Nabi. Mereka di dunia ini telah mendapat siksaan dan di akhirat kelak demikian pula. Siksaan akhirat yang diancamkan kepada mereka ialah api neraka yang menyala-nyala, pasti akan menimpa mereka, tidak ada satu kekuasaan pun yang dapat menolaknya dan mereka sendiri tidak dapat menghalangi atau lari dari padanya.

Hari pembalasan itu pasti datang dan semua makhluk akan dihidupkan kembali. Hal ini tidaklah sulit bagi Allah Yang Mahakuasa. Sebagaimana Allah berkuasa menciptakan makhluk-Nya dari tidak ada menjadi ada, tentu Allah pun berkuasa menghidupkan kembali, walaupun makhluk tersebut sudah mati dan menjadi tulang-belulang yang hancur luluh. Dalil ini berulang kali disebutkan dalam Al-Qur′an di antaranya, firman Allah:

وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّنَسِيَ خَلْقَهٗۗ قَالَ مَنْ يُّحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ   ٧٨  قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْٓ اَنْشَاَهَآ اَوَّلَ مَرَّةٍ ۗوَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيْمٌ ۙ  ٧٩

Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, ”Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?” Katakanlah (Muhammad), ”Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. (Yasin/36: 78-79)


Baca setelahnya: Tafsir Surat Al An’am Ayat 135-136


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...