BerandaTafsir TematikSurat Thaha Ayat 117-119: Terpenuhinya Pangan, Sandang & Papan Sebagai Manifestasi Kesejahteraan...

Surat Thaha Ayat 117-119: Terpenuhinya Pangan, Sandang & Papan Sebagai Manifestasi Kesejahteraan Sosial

Secara garis besar, surat Thaha ayat 117-119 mencerminkan kesejehteraan sosial yang didambakan al-Qur’an. Bayang-bayang surga yang dihuni oleh Adam dan istrinya (hawa) sesaat sebelum mereka turun melaksanakan kekhalifahan di bumi yang dikemukakan pada surat Thaha ayat 117-119 diharapkan menjadi arah pengabdian Adam dan istrinya, sehingga itu diwujudkannya di kehidupan dunia.

Dalam Wawasan Al-Qur’an, M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa masyarakat yang mampu mewujudkan bayang-bayang surga itu ialah masyarakat yang berkesejahteraan.

Setidaknya ada dua poin yang perlu di penuhi untuk menciptakan bayang-bayang surga yang termuat dalam QS Thaha/20:117-119 dan dapat direfleksikan di kehidupan dunia.

Pertama, mematuhi peringatan Allah swt. untuk tidak tertipu tehadap segala godaan yang dibisikkan oleh iblis yang merupakan musuh manusia. Karena godaan iblis bersifat menyesatkan dan menjadikan manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan buruk yang mengakibatkan kehidupan tidak tenteram, merasa ketakutan dan mengalami penderitaan.

Baca juga: Memahami Selisih Pendapat Tentang Rasm Yang Dilematik

Tafsir Surat Thaha Ayat 117-119

Peringatan ini dilukiskan dalam Surat Thaha ayat 117.

فَقُلْنَا يَا آدَمُ إِنَّ هَذَا عَدُوٌّ لَكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَى (۱۱۷)

“Kemudian kami berfirman,”Wahai Adam! Sungguh ini (Iblis) musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai dia mengeluarkan kamu berdua dari surga, nanti kamu celaka”

Sayyid Qutb dalam Fi> Z|ila>l al-Qur’an bahwa QS Thaha/20:117 di atas, sebagai bentuk pemeliharaan dan perhatian Allah terhadap Adam dengan mengingatkan akan musuhnya (iblis) dan mewanti-wantinya dari tipu muslihatnya sehingga menyebabkan kamu (Adam) keluar dari surga. Dan jika kamu keluar dari surga maka kamu perlu bekerja, tercerai berai, sesat, gelisah, bingung, sedih, menanti, menderita, dan kehilangan. Padahal, kamu bisa terbebas dari hal itu semua sepanjang kamu berada dalam naungan surga.

Senada dengan Wahbah al-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir menjelaskan bahwa ketika Adam tergoda oleh bisikan iblis maka ia akan keluar dari surga dan akan lelah dalam menggapai berbagai sarana penghidupan, seperti bercocok tanam di ladang dan di kebun. karena sesungguhnya di sinilah kehidupan yang lapang dan menyenangkan, tanpa ada beban dan kesengsaraan.

Baca juga: Pemikiran Tafsir Asghar Ali Engineer Tentang Perempuan dalam Al-Qur’an

Maka ketika manusia di dunia tergoda oleh godaan iblis, kesusahan-kesusahan dalam hidupnya akan datang silih berganti dan kesejahteraan akan jauh dari kehidupannya. Oleh karenanya, manusia perlu membentengi diri dari segala godaan iblis.

Terpenuhinya Pangan, Sandang, Papan

Kedua, terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, dan papan yang diistilahkan dalam surah Thaha/20:118-119 dengan tidak lapar (أَلَّا تَجُوعَ), tidak dahaga (لَا تَظْمَأُ), tidak telanjang (لَا تَعْرَى) dan tidak kepanasan (لَا تَضْحَى).

 إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعْرَى (۱۱۸) وَأَنَّكَ لَا تَظْمَأُ فِيهَا وَلَا تَضْحَى (۱۱۹)

“Sungguh ada (jaminan) untukmu di sana, engkau tidak kelaparan dan tidak akan telanjang. Dan sungguh di sana engkau tidak akan merasa dahaga dan tidak akan ditimpa panas maThahari”

Selanjutnya pada ayat ini menjelaskan bahwa ketika Adam tinggal di surga (dan tidak tergoda oleh iblis) maka kehidupannya tidak akan mengalami kesusahan. Segala kebutuhannya telah Allah siapkan.

Pangan melimpah dan lezat sehingga kamu tidak akan lapar, pakaian tersedia beraneka ragam, aneka suguhan yang berbentuk cair sehingga kamu tidak akan kehausan, cahaya maThahari yang sejuk dan nyaman karena rimbunnya daun-daun kayu. Sehingga panas juga tidak akan melukaimu seperti berada di dalam rumah yang berada di bumi. (Tafsir al-Munir).

Baca juga: Hikmah Taqdim dan Ta’khir dalam Al-Quran

Segala fasilitas yang di miliki Adam di surga menjadi sebab kesejahteraan dan kedamaian hidupnya. Karena pada dasarnya kesibukan manusia di dunia tidak terlepas dari pemenuhan yang tergambar dari QS Thaha/20:118-119. Mencari makanan dan minuman untuk memenuhi rasa lapar, membeli pakaian untuk terhindar dari ketelanjangan dan membuat rumah sebagai tempat tinggal agar terlindungi dari sengatnya cahaya maThahari.

Maka tidak heran, ketika terpenuhi sandang, pangan dan papan. Dapat dikatakan kesejahteraan lahiriyah manusia akan terpenuhi. Dan terhindar dari godaan iblis sebagai jalan terciptanya kesejahteraan batiniyah. Wallahu A’lam[]

Widia Amelia
Widia Amelia
Mahasiswi Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, Minat Kajian : Tafsir Wa 'Ulumuhu, Ig: Amelya Widya
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Q.S An-Nisa’ Ayat 83: Fenomena Post-truth di Zaman Nabi Saw

0
Post-truth atau yang biasa diartikan “pasca kebenaran” adalah suatu fenomena di mana suatu informasi yang beredar tidak lagi berlandaskan asas-asas validitas dan kemurnian fakta...