Salah satu dari kisah pemuda di dalam al-Quran adalah Kisah dari nabi Yusuf. Kisah ini digolongkan sebagai sebaik-baik kisah (ahsanu al-Qasas). Menurut ulama tafsir karena hanya kisah nabi Yusuf yang diurai secara tuntas oleh Al-Qur’an dan selesai dalam satu surat.
Kisah tentang pemuda di dalam Al-Qur’an memang tersebar di berbagai ayat. Jika dilihat dalam tematik, tema pemuda di dalam Al-Qur’an dapat dilacak melalui term fata. Pada kitab Mu’jam al-Mufarros term fata ini ternyata terulang sebanyak tujuh kali dalam Al-Qur’an. Uniknya, seluruh term tersebut merujuk kepada kisah para nabi yang membawa risalah untuk perubahan umat manusia yang lebih baik.
Baca juga: Rahasia Huruf Jer Lam dan Fii Dalam Penafsiran Golongan Mustahiq Zakat: Surah At-Taubah Ayat 60
Kisah Nabi Yusuf merupakan kisah teladan bagi para pemuda saat ini, karena dibalik ketangguhan Nabi Yusuf menjaga kesucian cinta juga terdapat seruan agar pemuda berusaha keluar dari zona nyaman. Kisah seruan keluar dari zona nyaman bagi para pemuda dapat ditemukan pada Q.S Yusuf Ayat 23-25 yang penulis bagi menjadi tiga kronologi:
-
Kronologi I : Nabi Yusuf ketika digoda
وَرَٰوَدَتْهُ ٱلَّتِى هُوَ فِى بَيْتِهَا عَن نَّفْسِهِۦ وَغَلَّقَتِ ٱلْأَبْوَٰبَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ رَبِّىٓ أَحْسَنَ مَثْوَاىَ ۖ إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلظَّٰلِمُونَ
“23. Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan Dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung. (Q.S Yusuf Ayat 23)
Nabi Yusuf digoda oleh seorang wanita yang bernama Zalikha binti Tamlikha, istri dari seorang penguasa di Mesir yang menurut Perjanjian Lama bernama Potifar. (Abi al-Fadl Syihanbuddin al-Sayyid Mahmud Alusi, Ruhu al-Ma’ani: Fi Tafsir al-Quran al-’Azim Wa Al-Sab’ Al-Masani) Kronologi godaan tersebut tergambar di frasa rawadathu yang secara umum artinya menggoda.
Dalam kitabnya Lisanu al-‘Arab, Ibnu Manzur menjelaskan bahwa kata ini bukan sekedar menggoda, tapi juga mencoba segala upaya melumpuhkan lawan, sebagaimana penjelasan Ar-Razi dalam kitabnya Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib mengenai kronologi godaan tersebut terjadi, bahwa Zalikha melakukan gerakan tubuh yang erotis serta menggunakan bahasa yang memancing bihari.
Usaha untuk menundukkan nabi Yusuf tidak berhenti di sana, melainkan juga berusaha menutup semua pintu yang dapat terlihat oleh orang. Al-Razi mengatakan bahwa alasan menutup semua pintu adalah agar nabi Yusuf tidak datang kecuali ke tempat yang telah dipersiapkan oleh wanita itu, juga untuk menghilangkan jejak karena dia tahu bahwa yang dilakukanya adalah perbuatan haram dan merasa sangat ketakutan (Muhammad ar-Razi Fakhruddin, Tafsir al-Kabir)
Kata waradathu pada ayat di atas juga mengandung makna ‘upaya berulang-ulang’. Pengulangan ini terjadi karena langkah pertama ditolak sehingga diulangi lagi, demikian seterusnya. Tapi, semua ajakan itu ditolak Nabi Yusuf dengan mengatakan Ma’za Allah (Aku memohon perlindungan Allah dari godaan dan rayuanmu) (Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jil. 6)
Baca juga: Makna Lafadz Imra’ah dan Zaujah dalam Al-Quran
Selain itu, para ulama juga berbeda pendapat tentang berapa umur nabi Yusuf pada saat digoda. Menurut Sayyid Quthub sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah, bahwa saat itu nabi Yusuf berumur 25 tahun, sedangkan al-Lusi dalam kitabnya Ruhu al-Ma’ani menetapkan usia nabi Yusuf pada saat itu antara 30 sampai 40 tahun. Secara garis besar perbedaan pendapat tersebut sepakat bahwa pada saat itu nabi Yusuf telah memasuki masa dewasa, namun berbeda dalam menentukan usia nabi Yusuf.
-
Kronologi II: Nabi Yusuf Hampir Terpancing
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِۦ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَآ أَن رَّءَا بُرْهَٰنَ رَبِّهِۦ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ ٱلسُّوٓءَ وَٱلْفَحْشَآءَ ۚ إِنَّهُۥ مِنْ عِبَادِنَا ٱلْمُخْلَصِينَ
24.Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andai kata Dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. (Q.s Yusuf ayat 24)
Teks ayat di atas menjelaskan bahwa Zalikha dan Nabi Yusuf sama-sama bermaksud melakukah hal tersebut. Akan tetapi, para ulama memberikan banyak komentar mengenai ayat ini, antara lain: Sayyid Qutbuh berkomentar sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab bahwa wanita itu hendak melakukan suatu perbuatan nyata, sedangkan nabi Yusuf berkehendak dalam bentuk kehendak hati. (Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jil 6)
Pendapat lain juga mengatakan bahwa wanita itu bermaksud melakukan perbuata keji dan nabi Yusuf pun bermaksud serupa, seandainya ia tidak melihat burhana rabbihi (petunjuk dari Tuhannya) maka ia benar-benar akan melakukannya, pendapat ini ini dikemukakan oleh Zamakhsyari dalam tafsirnya al-Kasyaf.
Baca juga: Berikut ini Ciri Orang-Orang yang Sabar dalam Al-Quran
Pada dasarnya ‘keinginan nabi Yusuf’ justru menujukkan sisi ke-ma’suman-nya sebagai seorang nabi. Karena walau pun Nabi Yusuf ingin melakukannya, tapi ia terpelihara dari perbuatan tersebut, ini juga menegaskan bahwa nabi Yusuf adalah pria normal yang memiliki hasrat biologis, pendapat ini dipegang oleh Asy-Sya’rawi dalam kitabnya Khawatir al-Sya’rawi Haul Al-Qur’an al-Karim.
-
Kronologi III: Nabi Yusuf Berusaha Keluar dari Zona Nyaman
وَٱسْتَبَقَا ٱلْبَابَ وَقَدَّتْ قَمِيصَهُۥ مِن دُبُرٍ وَأَلْفَيَا سَيِّدَهَا لَدَا ٱلْبَابِ ۚ قَالَتْ مَا جَزَآءُ مَنْ أَرَادَ بِأَهْلِكَ سُوٓءًا إِلَّآ أَن يُسْجَنَ أَوْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“25. Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan Kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. wanita itu berkata: “Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih?” (Q.S usuf ayat 25)
Kronologi I dan II mendeskripsikan bahwa nabi Yusuf berada pada zona nyaman, yaitu nabi Yusuf bisa saja menerima ajakan Zalikha tanpa merasa khawatir ketahuan, karena dia adalah istri penguasa yang sangat terhormat dan jika pun ketahuan dia dapat menutupinya karena suaminya adalah seorang penguasa, ditambah lagi dia telah menutup semua pintu dan celah yang artinya peluang untuk diketahui orang sangat kecil.
Akan tetapi, nabi Yusuf memilih untuk lari dari cengkraman Zalikha dengan berlari menuju salah satu pintu. Secara etimologi istabaqa adalah mendahului, penambahan huruf sin dan ta pada awal kalimat berarti ada penambahan makna. Ibn Manzur menjelaskan bahwa istabaqa adalah gerakan yang sangat cepat seperti menyembur untuk mendahului lawannya.
Kata ini mendeskripsikan bahwa nabi Yusuf dan Zalikha berusaha saling mendahuhui menuju pintu, namun baju nabi Yusuf yang koyak di bagian belakang menjadi bukti bahwa nabi Yusuf-lah yang berusaha mendahului Zalikha. (Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jil 6) Kronologi tersebut menjelaskan kepada kita bahwa nabi Yusuf berusaha melakukan perlawanan dan berusaha keluar dari zona nyaman tersebut. Sikap inilah yang harus diteladani oleh para pemuda. Wallahu ‘Alam