BerandaTokoh TafsirTokoh Tafsir DuniaTafsir ‘Hadaiq ar-Ruh Wa ar-Raihan’ Karya Muhammad al-Amin Al-Harari

Tafsir ‘Hadaiq ar-Ruh Wa ar-Raihan’ Karya Muhammad al-Amin Al-Harari

Upaya untuk menggali dan memahami isi kandungan Alquran tidak akan pernah usai. Hal ini karena Alquran merupakan kitab suci yang berisi petunjuk hidup bagi manusia sampai akhir zaman. Interpretasi yang berkesinambungan inilah yang kemudian melahirkan beragam karya tafsir dengan berbagai corak dan genrenya; mulai dari tafsir klasik dan modern; atau tafsir model riwayat dan rasio.

Di antara sederet tafsir modern yang mewarnai khazanah keilmuan Islam adalah seperti Tafsir al-Maraghi, Tafsir al-Manar, Tafsir al-Hadis, Tafsir al-Sya’rawi dan masih banyak lagi. Satu dari banyak tafsir lain tersebut yaitu Hadaiq ar-Ruh wa ar-Raihan yang dikarang oleh Syekh Muhammad Amin al-Harari. Kitab tafsir ini sempat ada yag mengkalim sebagai ensiklopedia tafsir karena kajiannya yang mencakup berbagai aspek dan disertai kutipan yang kaya dari berbagai sumber kitab tafsir lainnya.

Baca Juga: Mengenal Ma’alim al-Tanzil: Kitab Tafsir Corak Fikih Karya Al-Baghawi

Mengenal Sosok Syekh Muhammad Al-Amin Al-Harari

Memiliki nama lengkap Muhammad Amin bin Abdullah bin Yusuf al-Urami al-Harari. Beliau lahir di sebuah desa bernama Buwaitah di Ethiopia pada hari Jumat 1348 Hijriyah dan berdomisili serta membuka majlis ilmu di Makkah. Sejak usia empat tahun, beliau dititipkan oleh ayahnya kepada seorang guru Alquran dan selesai menghafalkannya ketika masih berusia enam tahun.

Daerah Habasyah/Ethiopia pada waktu itu sangat kental dengan akidah Asy’ariyah. Oleh karena itulah setelah rampung menghafalkan Alquran beliau mulai menghafalkan kitab-kitab akidah Asya’irah, seperti Aqidah al-Awwam, dan karya-karya Imam as-Sanusi. Kemudian, beliau mulai menghafal kitab-kitab mukhtashar (ringkasan) dalam fan Ilmu Fikih, seperti Mukhtashar ba Fadl, Mukhtashar Abi Syuja’, Nadzam Zubad, dan lain-lain.

Syekh al-Amin adalah seorang penuntut ilmu yang sangat tekun dan bersungguh-sungguh dalam belajar. Hal ini terbukti dari sederet nama ulama pada masa itu yang beliau datangi untuk menimba ilmu dari berbagai bidang.

Pertama, beliau mulai mendalami kitab-kitab fikih Syafi’iyah di tangan seorang guru yang dijuluki Sibawaih Zamanihi (Sibawaih pada masanya) bernama Syekh Musa bin Muhammad al-Addaili. Melihat kegigihan Muhammad al-Amin muda dalam belajar, Syekh Musa akhirnya mulai memberikan materi ilmu tata bahasa Arab yang memang beliau sendiri sangat pakar dalam bidang tersebut.

Selain kepada Syekh Musa al-Addaili, beliau juga belajar ilmu tata bahasa dari Syekh Madid al-Addaili. Selain belajar tata bahasa, Syekh Madid juga memberikan pelajaran tafsir Alquran tetapi hanya sampai surah Yasin. Pelajaran tafsir beliau selesaikan di bawah didikan seorang mufasir waktu itu yang bernama Syekh Ibrahim bin Yasin al-Matiji. Kemudian beliau belajar kitab-kitab induk Mazhab Syafi’i seperti Syarah al-Mahalli ‘Ala al Manhaj, Fath al Wahhab dan lain-lain kepada Syekh al-Faqih Yusuf bin Utsman al-Waraqi.

Selain beberapa nama di atas, masih banyak lagi masyayikh yang beliau datangi untuk menimba berbagai cabang keilmuan. Hal ini menunjukkan bahwa beliau memiliki semangat yang kuat dalam menuntut ilmu. Konon, saking giatnya belajar dan muthalaah ilmu, beliau hanya tidur empat jam dalam sehari.

Setelah menempuh proses belajar dan menjadi seorang al-alim al-allamah, beliau akhirnya mendapat izin dari para gurunya untuk mengajar dan membuka forum sendiri. Akhirnya, sejak tahu 1373 hijriyah, beliau didatangi banyak pelajar yang berasal dari berbagai daerah untuk menimba berbagai bidang keilmuan dari Syekh Muhammad al-Amin al-Harari. (Muqaddimah Tafsir Hadaiq al-Ruh wa al-Raihan, hal. 7-11)

Baca Juga: Mengenal Tafsir As-Sya’rawi: Tafsir Hasil Kodifikasi Ceramah

Seputar Kitab Hadaiq ar-Ruh Wa ar-Raihan

Kitab tafsir Hadaiq ar-Ruh wa ar-Raihan merupakan salah satu dari sederet kitab tafsir kontemporer selain Tafsir asy-Sya’rawi, Tafsir Thanthawi Jauhari, Shafwah at-Tafasir dan lain-lain. Beliau menulis kitab tersebut kurang lebih selama sebelas tahun, tepatnya dari tanggal 2 muharram tahun 1406 hijriyah sampai 1 Syawal tahun 1417 Hijriyah. Dalam muqaddimahnya, beliau mengungkapkan bahwa salah satu motivasinya dalam penyusunan kitab ini karena ada bisikan ilahi yang beliau terima setelah melakukan riyadah panjang untuk berkhidmah kepada kitab suci Alquran. (Tafsir Hadaiq al-Ruh wa al-Raihan, juz 1, hal. 5 & 9)

Kitab Hadaiq ar-Ruh wa ar-Raihan ini dicetak dalam 32 jilid (cetakan Dar al-Minhaj) disertai dengan satu jilid berisi pengantar dan biografi Syekh Muhammad al-Amin yang ditulis oleh muridnya, Hasyim Muhammad bin Husain Mahdi.

Menurut keterangan dari Hasyim, Tafsir Hadaiq ar-Ruh wa ar-Raihan merupakan kitab tafsir kontemporer terbaik dan paling komprehensif. Hal ini karena kitab ini memang berupaya menafsirkan Alquran dalam berbagai aspek. Selain itu, sumber rujukan yang begitu kaya membuat tafsir ini sudah memuat isi kitab-kitab tafsir yang ada sebelumnya, sehingga dengan ke-PD-an Hasyim dengan adanya kitab ini, menurutnya kita tidak butuh kitab-kitab tafsir yang lain karena semuanya ada dalam satu kitab ini. (Muqaddimah Tafsir Hadaiq al-Ruh wa al-Raihan, hal. V)

Pendekatan yang digunakan Syekh Muhammad al-Amin dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran adalah dengan metode tahlili. Dengan metode ini, seorang mufasir berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat Alquran dari segala aspek sesuai dengan kecnderungan mufassir, mencakup aspek kebahasaan munasabah antar ayat, asbab al-nuzul dan lain-lain. (Kaidah Tafsir, hal. 322)

Dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran, Syekh Muhammad al-Amin terlebih dahulu akan menjelaskan relevansi antara ayat yang sedang dikaji dengan ayat atau surat sebelumnya. Kemudian beliau akan memaparkan sebab turunnya ayat tersebut, jika memang ada. Baru setelah itu beliau akan menjelaskan makna dan kandungan ayat diselingi dengan faidah-faidah unik dan tambahan wawasan lainnya sesuai dengan apa yang menjadi objek bahasan. Di akhir segmen pembahasan tentang kandungan ayat, beliau akan memaparkan makna dari ayat atau beberapa ayat secara global.

Setelah menjelaskan kandungan ayat, beliau kemudian mengkaji aspek linguistik dan syekh al-Amin memberikan porsi yang cukup banyak untuk mengurai aspek kebahasaan ini. Mulai dari kajian tentang i’rab, tafsrif, ragam qira’ah sampai dengan aspek keindahan bahasa atau sisi balaghah dari ayat tersebut. Atas dasar inilah dapat dikatakan bahwa kitab ini merupakan kitab tafsir yang cukup kaya dan komprehensif terutama dari aspek uraian kebahasaannya.

Alhasil, kitab Hadaiq ar-Ruh wa ar-Raihan merupakan kitab tafsir yang menyajikan penafsiran Alquran dari berbagai aspek. Ia dianggap telah menghimpun kitab tafsir terdahulu sehingga mempelajari kitab ini sudah cukup sebagai pengganti kitab-kitab tafsir lainnya. Terutama dari aspek linguistik atau kebahasaan yang memang dijabarkan sangat panjang lebar dalam tafsir yang satu ini. Wallah a’lam.

Muhammad Zainul Mujahid
Muhammad Zainul Mujahid
Mahasantri Mahad Aly Situbondo
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...