Tafsir Ibnu Abbas: Mengenal Dua Kitab yang Menghimpun Penafsiran Ibnu Abbas

Tafsir Ibnu Abbas
Tafsir Ibnu Abbas

Sahabat yang satu ini menjadi ikon mufasir di eranya, meski usianya terbilang muda. Pengakuan ini disampaikan oleh seniornya, Umar bin Khattab ketika Ibn Abbas menafsirkan surah An-Nashr. Ini karena penafsirannya berbeda dengan penafsiran mayoritas sahabat. Selain masih tersebar berupa riwayat-riwayat di banyak kitab tafsir, dokumentasi penafsiran Ibnu Abbas dapat juga kita jumpai setidaknya di dua kitab tafsir yang dinisbatkan kepadanya. Dua kitab tafsir ini kemudian dikenal sebagai representasi dari Tafsir Ibnu Abbas

Sekilas tentang Ibnu Abbas

Nama lengkap Ibnu Abbas adalah ‘Abd Allah bin ‘Abbas bin ‘Abd al-Mutalib bin Hashim bin ‘Abd al-Manaf al-Quraishi al-Hashimi. Ayahnya bernama Abbas yang merupakan paman Rasulullah, ibunya bernama Umm al-Fadl Lubanah binti al-Haris al-Hilaliy-yah. Ia dilahirkan ketika Banin Hashim berada di  Shi’b, kurang lebih 3 tahun sebelum hijrah.

Hasan Asyari Ulamai dalam tulisannya, Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas Karya Al-Fairuzabadi mengisahkan bahwa pada mas hidupnya, IbnAbbas banyak berdialog dengan Rasulullah Saw sekalipun ia masih muda, Nabi Muhammad Saw wafat ketika ia bahkan saat ia berumur sekitar 13-15 tahun. Artinya  semasa  hidup Nabi ia masih sangat muda sekali. Kemudian ia sendiri wafat pada tahun 68 H ketika berumur 71 tahun, di kota Thaif dan dikuburkan di sana.

Baca Juga: Siapa Saja Mufassir di Era Sahabat? Edisi Abdullah Ibn Abbas

Ibnu Abbas memiliki beberapa gelar berkat keilmuan yang ia miliki, antaranya bahr al-‘Ilm (lautan ilmu), habr al-ummah (ulama umat), turjuman al-Qur’an (juru tafsir Al-Quran), rais al-mufassirin (pemimpin para mufasir), dan juga habr al-Qur’an (ulama Al-Qur’an). Gelar-gelar di atas sebagai pengakuan umat atas ilmunya yang banyak, ijtihadnya yang agung, dan ma‘rifatnya terhadap makna-makna Al-Quran di samping akhlaknya yang mulia, sehingga ia banyak dijadikan sandaran sahabat dalam tafsir maupun fatwa.

Dalam usia muda, Ibnu Abbas telah mendapatkan tempat yang istimewa dikalangan para senior sahabat mengingat ilmu dan ketajaman pemahamannya,  sebagai wujud dari doa Rasulullah untuknya. Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas sendiri dijelaskan bahwa nabi pernah merangkulnya dan berdo’a, “Ya Allah, ajarkanlah kepadanya hikmah”. Demikian penjelasan Muhammad Sa’id Mursi dalam Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Masa.

Selain mendapat doa khusus dari Rasulullah Saw, Ibnu Abbas merupakan salah satu sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis nabi. Dan ia juga salah satu yang dalam penilaian kaum muslimin menjadi hujah sanad yang terkuat dan signifikan.

Baca Juga: Mengenal Mushaf Pra-Utsmani (4): Mushaf Ibnu Abbas

Khusus dalam bidang tafsir, sebagaimana disampaikan Sakinah dalam tulisannya, Pendapat Ibnu Abbas tentang Makna Walad, Ibnu Abbas bahkan dikatakan sebagai peletak dasar dari teori penafsiran, yang kemudian dikembangkan pada era berikutnya. Pemikirannya juga diyakini sebagai salah satu model penafsiran yang paling akurat. Bahkan secara tradisi ia dipercaya sebagai salah seorang tokoh yang berhasil menanamkan embrio Hermeneutika Al-Quran.

Selain ahli dalam bidang tafsir, Ibnu Abbas juga ahli dalam bidang faraid (ilmu waris). Beberapa catatan penting lain tentang Ibnu Abbas ini antara lain:

  1. Ibnu Abbas dianggap sebagai orang pertama yang mendirikan perguruan tafsir di mana ilmu bahasa dan syair-syair kuno diajarkan sebagai mata pelajaran pelengkap.
  2. Ibnu Abbas tidak hanya menggunakan pikiran semata dalam menafsirkan ayat, ia juga melandaskan kepada riwayat, bahkan diketahui hadis riwayat Ibnu ‘Abbas seluruhnya berjumlah 660 hadis, 95 hadis di antaranya disepakati oleh al-Bukhari dan Muslim, secara terpisah al-Bukhari menetapkan 120 hadis dan Muslim menetapkan 49 buah.

Baca Juga: Ciri Khas Tafsir Era Sahabat Menurut Husein Adz-Dzahabi

Dua Kitab Tafsir Ibnu Abbas

Tidak ada satu kitab khusus yang memuat penafsiran Ibnu Abbas, yang ada adalah kitab-kitab tafsir yang dinisbatkan padanya. Hal ini dilakukan oleh orang-orang yang berguru dan menerima riwayat langsung darinya. Ada dua kitab tafsir yang dinisbatkan kepada Ibnu Abbas yang penulis cantumkan di sini. Dua kitab ini kemudian sering diasosiasikan dengan tafsir Ibnu Abbas

Pertama, kitab Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibni ‘Abbas yang ditulis oleh Al-Fairuzabadi. Kedua, Shahifah ‘Ali bin Abi Thalhah ‘an Ibni ‘Abbas karya ‘Ali bin Abi Thalhah. Berikut gambaran singkat mengenai kedua kitab tafsir yang dinisbatkan pada Ibnu Abbas tersebut.

Karya Al-Fairuzabadi yang berjudul Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibni Abbas memiliki kemiripan cara penafsiran dengan Tafsir Al-Jalalain yaitu dengan pola sederhana yang menampilkan makna kata. Pengarang kedua kitab ini memang hidup semasa, hanya saja pada karya Alfairuzabadi ditampakkan jalur sanadnya terlebih dahulu, sementara Tafsir Al-Jalalain tidak demikian.

Oleh karenanya, umumnya ulama memasukkan Tanwir al-Miqbas ke dalam kategori tafsir bi al-ma’tsur dengan alasan sumber penafsirannya adalah riwayat, yaitu riwayat Ibnu Abbas. Sedangkan Jalalain digolongkan pada tafsir bi al-ra’yi karena menggunakan nalar kebahasaan. (A. Hasan Asyari Ulamai, Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas Karya Al-Fairuzabadi) Al-Fairuzabadi lebih dulu menampilkan jalur sanad lengkap kemudian berlanjut pada surat dengan menulis beberapa ayat yang akan ditafsiri.

Baca Juga: Tiga Tabi’in Utama Jebolan Madrasah Tafsir Ibn Abbas: (1) Said Ibn Jubair

Tafsir Ibnu Abbas yang kedua yaitu dokumentasi dari ‘Ali bin Abi Thalhah. Sebenarnya tidak berbeda jauh dengan Tanwir al-Miqbas, dalam kitab ini tidak semua ayat Al-Quran ditafsirkan. Namun, sistematika yang digunakan ‘Ali diperinci dengan pemberian nomor. Ayat yang akan ditafsirkan baik itu secara utuh atau hanya berupa penggalan sama-sama diberi nomor, kemudian ia mencantumkan catatan kaki untuk menjelaskan letak ayat atau riwayat penafsirannya.

Mengenai kedua kitab Tafsir Ibnu Abbas ini, terdapat penilaian dari para ulama’. Nur Hayati dalam penelitiannya, Studi Tafsir Tanwirul Miqbas min Tafsiri Ibni Abbas menyatakan bahwa di antara kitab tafsir yang dinisbatkan pada Ibnu Abbas memiliki bermacam-macam riwayat dan sanad yang berbeda, tetapi yang paling baik adalah jalur ‘Ali bin Abi Thalhah. Sanadnya dijadikan pedoman al-Bukhari dalam kitab Shahihnya.

Sedangkan penyandaran riwayat dalam Tanwir al-Miqbas, ulama menganggapnya lemah karena di dalamnya mengutip riwayat Ibnu ‘Abbas yang disandarkan pada al-Kalbi dari Abi Shalih yang dinilai lemah oleh ulama’. Kemudian jika digabung dengan riwayat Muhammad bin Marwan, maka ini merupakan silsilat al-kadzib. Demikian penjelasan lain dari Afrizal Nur, Khazanah dan Kewibawaan Tafsir bi al-Ma’tsur, dan inilah yang menyebabkan dokumentasi Al-Fairuzabadi ini memperoleh nilai minus dari para pemerhati sanad.

Demikian ulasan singkat tentang dua kitab dokumentasi penafsiran Ibnu Abbas, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang terdapat di dalamnya, dua kitab ini telah berhasil mengumpulkan riwayat-riwayat penafsiran Ibnu Abbas yang terpencar di berbagai tempat.