Tafsir Surat Al-Ahzab Ayat 56: Selawat adalah Bentuk Terima kasih

Ilustrasi selawat (gambar: pinterest)

Pernahkah kita memiliki perasaan hutang rasa terhadap orang yang telah melakukan banyak kebaikan kepada kita disaat kita sedang dilanda kesusahan, kepedihan atau musibah? Atau orang tersebut melakukan pengorbanan demi kita walaupun berkorban nyawa dan harta, orang tersebut tak memperdulikannya. Prioritasnya adalah kebahagiaan dan kebaikan kita. Semestinya kita akan mengucap terimakasih atas segala kebaikan dan pengorbanannya.

Begitulah kebaikan Rasulullah SAW terhadap kita umatnya. Beliau telah melakukan banyak pengorbanan baik nyawa atau harta demi kebaikan dan kebahagiaan umatnya. Lantas kita sebagai umatnya akan berterimakasih dengan apa? Uang, jabatan, atau hadiah, Jawabannya tentu tidak. Maka satu-satunya cara berterimakasih kepada beliau adalah membaca sholawat kepada beliau.

Dalam Islam banyak sekali amalan yang dianjurkan untuk dilakukan oleh umatnya sebagai bentuk Ibadah. Salah satu bentuk Ibadah yang sangat dianjurkan adalah shalawat kepada Rasulullah saw. Karena di dalam hadist banyak dijelaskan keistimewaan dan keutamaan bagi orang yang memperbanyak shalawat. Seperti hadis Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu, Rasulullah bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ

Barang siapa di antara umatmu yang bershalawat kepadamu sekali, maka Allah menuliskan baginya sepuluh kebaikan, menghapuskan dari dirinya sepuluh keburukan, meninggikannya sebanyak sepuluh derajat, dan mengembalikan kepadanya sepuluh derajat pula” (HR Ahmad)

            Dalam segi bahasa shalawat sendiri berasal dari kata Shalla yang berarti doa. Jadi shalawat sendiri memiliki arti mendoakan kebaikan serta mengagungkan serta memuji Nabi Muhammad saw.Di dalam al-Qur’an QS. al-Ahzab [33]: 56 Allah telah berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya

Sebab, ayat ini diturunkan ialah ayat ini turun berkenaan dengan perkataan Ka’ab bin ‘Ajrah:”Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa ketika ayat ini turun, Ka’ab bin ‘Ajrah berkata, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kami bacaan shalawat.” Lalu Rasul mengajarkan bacaan shalawat seperti yang lazim dibaca ketika tasyahud akhir disetiap shalat.

Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan makna Shalawat dari Allah untuk Nabi Muhammad SAW adalah bentuk rahmat dan keridhoan-Nya, sedangkan shalawat dari Malaikat untuk Nabi Muhammad berarti doa dan permohonan ampun untuk Nabi, adapun arti Shalawat orangorang beriman kepada Nabi Muhammad. kepada beliau merupakan doa serta bentuk pengagungan mereka terhadap Nabi Muhammad. Maka, shalawat yang dihaturkan kepada Nabi Muhammad. dari Allah, Malaikat, serta Umatnya memiliki arti yang berbeda.

Begitu pula dalam tafsirnya Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Imam Bukhori mengatakan, Abul Aliyah telah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan shalawat dari Allah ialah pujian-Nya kepada Nabi Muhammad. Di kalangan para malaikat dan dhalwat dari para malaikat ialah doa mereka untuk Nabi. Ibnu Abbas mengatakan bahwa mana Yushalluna ialah memberikan keberkahan.

Dalam tafsir modern yaitu tafsir al-Misbah Quraish Shihab menjelaskan makna salawat berasal dari Kata  صلوا (shallû) dalam ayat ini terambil dari kata  صالة (shalâh) yang bermakna juga menyebut-nyebut yang baik serta ucapan-ucapan yang mengundang kebajikan, curahan rahmat, kemuliaan dan kesejahteraan. Makna bersalawat dalam ayat ini ialah mengakui kerasulan dan kemuliaan Nabi Muhammad saw serta memohon kepada Allah melahirkan keutamaannya maksudnya adalah dengan melahirkan kemuliaan di atas kemuliaan nabi-nabi yang lain.

Yang menarik menurut Sebagian ulama’ ialah dalam redaksi ayat ini. Tidak ada satupun perintah Allah yang didahului dengan pernyataan bahwa Allah sendiri melakukan perintah itu kecuali Shalawat. Allah memerintahkan kita untuk berpuasa Allah tidak melakukannya, Allah memerintahkan kita untuk berzakat Allah pun tidak melakukannya. Begitu pula haji dan perintah-perintah yang lain. Akan tetapi ketika Allah  memerintah shalawat Allah pun melakukannya, hal ini tentunya dalam rangka Allah memberikan rahmat-Nya kepada Nabi Muhammad.

Oleh sebab itu, disebutkan dalam hadis bahwa Rasulullah pernah bersabda:

البَخِيلُ الَّذِي مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

 “Orang yang sangat pelit adalah orang yang ketika namaku disebut di sampingnya, ia tidak mau membaca shalawat kepadaku

Pantas saja Rasulullah bersabda demikian, Allah pun bershalawat, bahkan ketika kita bershalawat kita akan mendapatkan pahala bershalawat. Oleh karena itu, sebagai umat islam seharusnya menyadari betul bahwa segala bentuk kebaikan, akhlakul karimah, perilaku-perilaku kebaikan sumber utamanya adalah Rasulullah. Kita mengetahui adanya syariat, uswah hasanah, dan tauhid seluruhnya adalah berkat Rasulullah hadir dan ada di muka bumi ini. Sudah seyogyanya sebagai seorang muslim kita senantiasa merasa butuh akan syafaat Nabi. Tentu dengan cara kita selalu melakukan shalawat dalam rangka berterimaksih atas apa yang telah beliau dan Ahlul Bait ajarkan kepada kita umat Islam. Dan seluruh shalawat yang kita bacakan adalah pujian sekaligus pengagungan, dan memuliakan beliau diatas para Nabi yang lain.

Dengan demikian, agar kita tidak termasuk menjadi umat muslim yang sangat pelit menurut Nabi, maka bacalah selawat setiap nama beliau disebutkan. Terlebih kita tidak menunggu nama beliau disebutkan, tetapi dengan sadar diri kita membacakan shalawat kepadanya setiap saat sebagai persembahan rasa terimakasih kita kepada Nabi Muhammad. Wallahua’lam bis showab.

Allahumma Sholli Wasallim ala Sayyidina Muhammad.