BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 61-65

Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 61-65

Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 61-65 masih bersama kisah Ibrahim, setelah Ibrahim diketahui sebagai dalang penghancuran patung-patung, Ibrahim pun diadili dan ditanya untuk mencari bukti konkrit bahwa dialah pelakunya. Akan tetapi, Ibrahim tidak mengakui, justru ia menuduh patung besarlah pelaku sebenarnya, ini semakin membuat hadirin bingung. Saling bantah-membantah argumen pun terjadi antar kedua pihak, dan Ibrahim tak gentar dengan keyakinannya yang benar, meski tidak ada satupun yang memihak.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 56-60


Ayat 61

Ayat ini menjelaskan bahwa setelah mereka mendapat jawaban bahwa yang merusakkan patung-patung itu adalah seorang pemuda yang bernama Ibrahim, maka mereka menyuruh agar pemuda itu dihadapkan kepada orang banyak, dengan harapan kalau-kalau ada orang lain yang menyaksikan pemuda tersebut melakukan pengrusakan itu, sehingga kesaksian itu akan dapat dijadikan bukti.

Hal ini memberikan pengertian bahwa di kalangan mereka pada masa itu sudah berlaku suatu peraturan, bahwa mereka tidak akan menindak secara langsung seseorang yang dituduh sebelum ada bukti-bukti, baik berupa persaksian dari seseorang, maupun berupa pengakuan dari pihak yang tertuduh.

Ayat 62

Pada ayat ini diterangkan bahwa setelah Ibrahim mereka hadapkan kepada orang banyak, maka mereka mengadakan penyelidikan dan pemeriksaan terhadapnya dengan mengajukan pertanyaan, apakah betul dia yang melakukan pengrusakan terhadap berhala-berhala itu. Pertanyaan ini mereka ajukan dengan harapan bahwa Ibrahim akan mengakui bahwa dialah yang melakukan pengrusakan itu. Pengakuan itu akan mereka jadikan alasan untuk menghukum Ibrahim.


Baca Juga: Tafsir Surat Ibrahim Ayat 7: Cara Menghilangkan Sikap Insecure


Ayat 63

Diterangkan dalam ayat ini jawaban Ibrahim atas tuduhan itu. Dimana jawaban Ibrahim ternyata sangat mengagetkan mereka, sebab tidak sesuai dengan harapan mereka, karena Ibrahim tidak memberikan pengakuan bahwa ia yang melakukan pengrusakan, tetapi ia mengatakan bahwa yang melakukan pengrusakan terhadap patung-patung itu justru adalah patung terbesar yang masih utuh.

Jawaban semacam itu dimaksudkan Ibrahim untuk mencapai tujuannya, yaitu untuk menyadarkan kaumnya bahwa patung-patung itu tidak patut untuk disembah, karena ia tidak dapat berbuat apa-apa. Apalagi untuk membela dirinya.

Jelas bahwa kaumnya tidak akan percaya bahwa patung terbesar itulah yang melakukan pengrusakan terhadap patung-patung yang lain. Sebab, mereka menyadari bahwa hal itu mustahil akan terjadi, karena patung tidak dapat berbuat apa pun, sebab dia adalah benda mati. Jika mereka telah menginsafi hal tersebut, sudah sepatutnya mereka berhenti menyembah patung.

Pada akhir ayat ini disebutkan ucapan Ibrahim selanjutnya terhadap kaumnya, yang menyuruh mereka menanyakan kepada patung-patung itu sendiri, siapakah yang telah merusak mereka.

Ucapan ini menyebabkan kaumnya semakin terpojok, karena seandainya mereka bertanya kepada patung-patung itu, niscaya mereka tidak akan memperoleh jawaban, sebab patung-patung tersebut tidak mendengar dan tidak dapat berbicara. Kalau demikian keadaannya, patutkah patung-patung itu disembah? Jika masih ada orang yang menyembahnya, pastilah orang tersebut tidak mempergunakan pikirannya yang sehat.

Ayat 64

Pada ayat ini diterangkan keadaan kaum penyembah patung itu setelah mendengar jawaban Ibrahim. Mereka lalu menyesali diri, mereka menyembah patung-patung yang ternyata tidak mampu mempertahankan diri terhadap orang yang ingin merusaknya, dan tidak mampu membinasakannya. Kalau demikian halnya bagaimana ia akan mampu menolong dan melindungi orang lain. Oleh sebab itu patung tersebut tidak patut disembah.

Penyesalan diri mereka itu tampak jelas pada ucapan mereka yang saling menyalahkan antara sesama mereka bahwa mereka termasuk orang-orang yang zalim karena menyembah sesuatu yang tidak dapat berpikir dan berbicara. Itu merupakan suatu kebodohan diri mereka sendiri.

Ayat 65

Pada ayat ini diterangkan keadaan mereka setelah menyesali kesalahan dan kebodohan diri mereka. Mereka lalu menekurkan kepala dan berdiam diri. Pada saat itulah setan kembali menggoda mereka, sehingga kesadaran mereka yang tadinya telah mulai bersemi lalu lenyap dan mereka kembali kepada kepercayaan semula, dan ingin membela patung-patung yang menjadi kepercayaan mereka. Oleh sebab itu mereka lalu berkata kepada Ibrahim, “Mengapa Ibrahim menyuruh mereka bertanya kepada patung-patung ini, padahal dia sudah mengetahui bahwa patung-patung itu tidak dapat berbicara.”

Ucapan ini merupakan pengakuan mereka bahwa mereka pun mengetahui bahwa patung-patung itu tidak dapat mendengar, berpikir dan berbicara, akan tetapi mereka tetap menyembah dan mempertuhankannya.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 66-70


 

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...