Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 91-93 diawali denga kisah Sayyidatuna Maryam sebagai sosok wanita yang terhormat, yang selalu menjaga diri dalam balutan ketaatan kepada Allah Swt, hingga kisah ketika Allah meniupkan ruh Nabi Isa dalam rahimnya. Diterangkan pula penegasan Allah tentang ketahuhidan, bahwa manusia hendaklah memahami aspek tauhid yang sebenar-benarnya, dan menganut agama tauhid agar tidak terpecah belah antar sesama.
Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 88-90
Ayat 91
Pada ayat ini Allah menerangkan kisah Maryam secara ringkas, yaitu bahwa dia adalah seorang perempuan yang memelihara kehormatan dirinya, maka suatu ketika Allah mengutus malaikat Jibril untuk memberitahukan Maryam bahwa Allah meniupkan ruh ke dalam tubuh Maryam sehingga ia mengandung, kemudian Maryam melahirkan Isa as tanpa ayah.
Oleh karena Isa lahir tanpa ayah, maka Maryam dan Isa lalu menjadi salah satu bukti bagi seluruh isi alam ini, tentang kekuasaan dan kemahaesaan Allah. Kelahiran Isa mengandung bukti dan tanda kekuasaan Allah sebagaimana halnya Nabi Adam yang lahir ke dunia tanpa ayah dan ibu, sedang Isa lahir tanpa ayah saja.
Hal yang membuat heran adalah karena Maryam belum pernah mengadakan hubungan apa pun dengan kaum lelaki, baik secara halal melalui perkawinan, apalagi secara tidak halal. Allah menyebutkan ucapan Maryam mengenai dirinya sendiri sebagai berikut:
لَمْ يَمْسَسْنِيْ بَشَرٌ وَّلَمْ اَكُ بَغِيًّا
Tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!” (Maryam/19: 20)
Firman Allah dalam ayat lain;
وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرٰنَ الَّتِيْٓ اَحْصَنَتْ فَرْجَهَا ۔
Dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya. (at-Tahrim/66: 12)
Keheranan Maryam yang disampaikan kepada Malaikat Jibril dijawab degan firman Allah:
قَالَ كَذٰلِكِۚ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌۚ
Dia (Jibril) berkata, ”Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, ”Hal itu mudah bagi-Ku. (Maryam/19 : 21)
Tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah yang diperlihatkan kepada diri Maryam ialah bahwa dia hamil tanpa melalui hubungan kelamin dengan siapa pun, dan malaikat senantiasa menyediakan makanan untuknya.
Mengenai hal ini Al-Qur’an menceritakan pertanyaan Zakaria kepada Maryam dan jawaban Maryam kepadanya:
يٰمَرْيَمُ اَنّٰى لَكِ هٰذَا ۗ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ
“Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, ”Itu dari Allah.” (Āli ‘Imrān/3: 37)
Adapun tanda-tanda kebesaran dan kemahakuasaan Allah yang terlihat melalui diri Isa as, sudah diterangkan dengan panjang lebar dalam Surah Āli ‘Imrān dan Surah Maryam.
Baca Juga: Kisah Keluarga ‘Imran (Bag. 4): Ujian Maryam dan Kelahiran Isa yang di Luar Nalar
Ayat 92
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa agama tauhid ini adalah agama untuk seluruh manusia, dan merupakan agama yang satu, yaitu sama dalam akidah, meskipun berbeda dalam syariat.
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْنُ مَعَاشِرَ اْلاَنْبِيَاءِ اَوْلاَدُ عَلاَّتِ دِيْنُنَا وَاحِدٌ. (رواه البخاري ومسلم وابو داود واحمد عن ابي هريرة)
Rasulullah bersabda, “Kami para nabi seperti ibarat saudara-saudara se ayah, agama kami satu.” (Riwayat al-Bukhāri, Muslim, Abu Dāud dan Ahmad dari Abu Hurairah.)
Kemudian pada akhir ayat ini ditegaskan bahwa Allah adalah Tuhan bagi seluruh umat manusia. Oleh sebab itu kepada-Nya sajalah mereka harus menyembah.
Ayat 93
Dalam ayat ini Allah memperingatkan kaum Muslimin atas perpecahan yang timbul antara umat manusia. Seluruh umat manusia itu seharusnya menganut agama tauhid, karena agama yang diturunkan Allah adalah satu, yaitu agama tauhid (agama Islam).
Akan tetapi mereka telah berpecah belah, sehingga kesatuan mereka menjadi terkotak-kotak kecil yang dipisahkan dengan ketat oleh perbedaan pandangan, baik mengenai masalah-masalah yang tidak prinsip dalam agama maupun masalah-masalah duniawi semata.
Perbedaan-perbedaan paham itu pada umumnya disertai taklid kepada imam atau pemimpin sehingga kelompok yang satu menutup diri terhadap kelompok yang lain. Dengan demikian mereka sudah melalaikan ajaran agama, yang menyuruh mereka bersatu dan memelihara kesatuan umat. Akan tetapi mereka berbuat sebaliknya, yaitu berpecah belah.
Pada akhir ayat ini ditegaskan, bahwa umat manusia yang sudah berpecah belah itu, seluruhnya akan kembali kepada-Nya juga. Maka Allah akan melakukan hisab dan memberikan balasan atas keimanan dan amal mereka masing-masing.
(Tafsir Kemenag)
Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 94-98