BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al Fajr Ayat 1-8

Tafsir Surah Al Fajr Ayat 1-8

Tafsir Surah Al Fajr Ayat 1-8 berisi dua pembicaraan. Pertama mengenai beberapa objek sumpah yang dipakai oleh Allah serta makna yang terkandung di dalamnya. Sumpah diawali dengan fajar.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah Al Ghasyiyah Ayat 17-26


Pembicaraan kedua dalam Tafsir Surah Al Fajr Ayat 1-8 ini adalah kisah kedurhakaan kaum ‘Ad. Kaum Nabi Hud ini merupakan salah satu yang dibinasakan oleh Allah akibat keingkarannya terhadap risalah Nabinya.

Ayat 1

Allah bersumpah dengan fajar. Fajar yang dimaksud adalah fajar yaumun-nahr (hari penyembelihan kurban), yaitu tanggal 10 Zulhijah, karena ayat berikutnya membicarakan “malam yang sepuluh”, yaitu sepuluh hari pertama bulan itu.

Akan tetapi, ada yang berpendapat bahwa fajar yang dimaksud adalah fajar setiap hari yang mulai menyingsing yang menandakan malam sudah berakhir dan siang sudah dimulai. Ada pula yang berpendapat bahwa fajar itu adalah fajar 1 Muharram sebagai awal tahun, atau fajar 1 Zulhijah sebagai bulan pelaksanaan ibadah haji.

Ayat 2

Berikutnya Allah bersumpah dengan “malam yang sepuluh”. Yang dimaksud adalah sepuluh hari pertama bulan Zulhijah, yang merupakan hari-hari yang sangat dimuliakan beramal pada hari-hari tersebut, sebagaimana diinformasikan hadis berikut:

مَا مِنْ أَيَّامٍ اَلْعَمَلُ الصَّالِحُ أَحَبُّ اِلَى اللهِ فِيْهِنَّ  ِمنْ هَذِهِ الأيَّامِ.

(رواه البخاري عن ابن عباس)

Tidak ada hari apa pun berbuat baik lebih dicintai Allah padanya daripada hari-hari ini. (Riwayat al-Bukhari dari Ibnu Abbas)

Akan tetapi, ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah sepuluh hari pertama bulan Muharram, atau sepuluh hari pertama bulan Ramadan, atau sepuluh hari pertama setiap bulan.

Ayat 3

Berikutnya lagi Allah bersumpah dengan “yang genap dan yang ganjil”. “Yang genap adalah yaumun-nahr di atas, yaitu tanggal 10 Zulhijah, dan “yang ganjil” adalah hari Arafah, yaitu tanggal 9 Zulhijah.

Itu adalah hari-hari yang dimuliakan juga. Tanggal 9 Zulhijah adalah hari wukuf di Arafah, yaitu hari dimulainya ibadah haji, dan tanggal 10 Zulhijah adalah hari mulai penyembelihan hewan kurban.


Baca juga: Menilik Keutamaan dan Tujuan Qasam dalam Al-Quran


Ayat 4

 

Selanjutnya Allah bersumpah dengan “malam ketika berlalu”. Malam yang dimaksud adalah malam ketika jamaah haji sudah berlalu dari Arafah dan singgah di Muzdalifah dalam perjalanan menuju Mina dalam pelaksanaan ibadah haji.

Demikianlah Allah bersumpah dengan hari-hari dalam pelaksanaan ibadah haji untuk menunjukkan bahwa ibadah haji itu besar maknanya dalam pandangan Allah. Hal itu karena ibadah haji itu mengingatkan manusia tentang adanya kematian. Dengan ingat kematian, manusia diharapkan beriman dan berbuat baik.

Ayat ini juga bisa ditafsirkan bahwa Allah bersumpah dengan hari-hari yang terus silih berganti untuk menunjukkan bahwa Allah Mahakuasa memelihara dan mengelola alam. Bila sudah tiba waktunya, yaitu hari Kiamat, Ia Mahakuasa pula menghancurkannya dan menghidupkannya kembali.

Ayat 5

Pesan yang ingin disampaikan Allah dengan bersumpah di atas adalah bahwa orang yang mau menggunakan akalnya harusnya mengerti bahwa Allah Mahakuasa mengadakan, memelihara, menghancurkan, dan menghidupkan kembali alam ini. Oleh karena itu, mereka seharusnya beriman dan berbuat baik.

Ayat ini merupakan peringatan bagi kaum kafir Mekah pada saat ayat ini turun, agar beriman kepada Allah dan hari kemudian, berbuat baik, dan meninggalkan perbuatan jahat mereka. Juga menjadi peringatan bagi seluruh umat manusia

Ayat 6-8

Allah bertanya kepada Nabi Muhammad, yang maksudnya untuk memberitahukan kepada beliau atau siapa saja untuk direnungkan, tentang kaum ‘Ad.

Kaum ini adalah umat Nabi Hud yang mendiami daerah yang disebut Ahqaf di daerah Hadramaut, Yaman. ‘Ad adalah nama nenek moyang mereka, ‘Ad bin Iram bin Sam bin Nuh.

Mereka diberi nama dengan nama nenek moyang mereka itu. Mereka terkenal sebagai bangsa yang kuat dan memiliki tubuh yang tinggi, besar, dan perkasa. Bukti keperkasaan mereka adalah bahwa mereka telah mampu membangun kota yang disebut Iram dengan gedung-gedung yang kokoh, tinggi, dan megah untuk ukuran pada masa itu.

Mereka juga menguasai bangsa-bangsa sekitarnya. Walaupun demikian perkasa dan memiliki peradaban yang tinggi, Allah tetap mampu menghancurkan mereka sehingga hanya tinggal nama. Semua itu akibat pembangkangan mereka kepada Allah dan kesewenang-wenangan mereka kepada manusia.


Baca setelahnya: Tafsir Surah Al Fajr Ayat 9-16


 (Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Metodologi Fatwa: Antara Kelenturan dan Ketegasan

Metodologi Fatwa: Antara Kelenturan dan Ketegasan

0
Manusia hidup dan berkembang seiring perubahan zaman. Berbagai aspek kehidupan manusia yang meliputi bidang teknologi, sosial, ekonomi, dan budaya terus berubah seiring berjalannya waktu....