Tafsir Surah Al-Furqan Ayat 47-49 berbicara mengenai berbaai macam tanda-tanda kekuasaan Allah yang lain yang tentunya merupakan bentuk kasih sayang kepada makhluknya.
Baca sebelumnya: Tafsir Surah Al-Furqan Ayat 46
Ayat 47
Allah lalu menyebutkan kekuasaan-Nya yang kedua yaitu menjadikan malam itu bermanfaat bagi manusia seperti manfaatnya pakaian yang menutup badan.
Allah juga menjadikan tidur nyenyak bagi manusia sehingga ia seperti mati, karena seseorang pada waktu tidur tidak sadar sama sekali, dan anggota badannya berhenti bekerja kecuali jantung dan beberapa organ lainnya. Dengan demikian, dia dapat beristirahat dengan sempurna seperti dalam firman Allah:
وَهُوَ الَّذِيْ يَتَوَفّٰىكُمْ بِالَّيْلِ
Dan Dialah yang menidurkan kamu pada malam hari. (al-An±m/6: 60).
اَللّٰهُ يَتَوَفَّى الْاَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا وَالَّتِيْ لَمْ تَمُتْ فِيْ مَنَامِهَا
Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur. (az-Zumar/39: 42)
Allah menjadikan siang untuk berusaha dan beraktivitas. Sebagaimana tidur pada malam hari yang diserupakan dengan mati, maka bangun pada siang hari diserupakan dengan bangun lagi dari mati. Demikian pula manusia setelah berakhir masa hidupnya di dunia ini dan mati, akan dibangkitkan kembali setelah matinya, untuk diadili oleh Allah segala yang telah mereka kerjakan selama hidup di dunia.
Ayat 48
Kekuasaan Allah yang ketiga ialah Dia yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira terutama bagi para petani bahwa hujan yang merupakan rahmat-Nya akan segera turun. Dia pula yang menurunkan air hujan yang amat jernih untuk membersihkan badan dan pakaian, terutama untuk minum dan keperluan lainnya.
Baca juga: Tafsir Surat Yasin Ayat 33-35: Tanda-Tanda Kekuasaan Allah Swt di Muka Bumi
Ayat 49
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa hujan diturunkan untuk menyuburkan negeri-negeri atau tanah yang mati dan tandus. Dengan air hujan pula, Allah memberi minum sebagian besar makhluk-Nya, seperti binatang ternak dan manusia.
Dalam ayat lain diterangkan:
يوَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ ;
Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah. (al-Hajj/22: 5)
Dan firman-Nya:
فَانْظُرْ اِلٰٓى اٰثٰرِ رَحْمَتِ اللّٰهِ كَيْفَ يُحْيِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَاۗ اِنَّ ذٰلِكَ لَمُحْيِ الْمَوْتٰىۚ
Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi setelah mati (kering). Sungguh, itu berarti Dia pasti (berkuasa) menghidupkan yang telah mati. (ar-Rµm/30: 50);Menurut para ilmuwan, dari ayat di atas dapat dibahas dua hal, yaitu:
- Mengenai terjadinya hujan
- Mengenai indikasi bahwa air hujan membawa kehidupan, sehingga dapat “…. menghidupkan dengannya negeri yang mati…”
Mengenai terjadinya hujan, kisahnya dimulai dengan air yang mengalir di sepanjang anak sungai yang akan bergabung dengan anak sungai lainnya membentuk sungai yang jauh lebih besar, yang akhirnya mengalir ke laut.
Sementara air mengalir melalui anak sungai dan sungai, sebagian akan menguap karena panas sinar matahari (berubah menjadi gas) tetapi sebagian besar terus mengalir sampai ke laut. Di laut inilah proses penguapan atau evaporasi selanjutnya berlangsung.
Semua air yang menguap, baik yang berasal dari anak sungai, sungai, atau laut, membentuk uap air di atmosfer. Uap ini naik dan akan menjadi dingin saat mencapai atmosfer yang lebih tinggi.
Jika terdapat banyak gas di atmosfer maka uap air ini akan memadat menjadi kelompok gas yang disebut awan. Jika awan tersebut ditiup angin sehingga berkumpul sesamanya, dan naik ke atas sehingga mencapai bagian yang lebih tinggi lagi di lapisan atmosfer, maka uap air akan berubah menjadi tetes-tetes es.
Ketika awan menjadi lebih dingin karena suhu atmosfer yang lebih rendah, air menjadi padat (es) dan jatuh, awalnya seperti tetes-tetes es yang sangat kecil, yang biasanya mencair sebelum mencapai tanah. Dengan demikian, tetes air akan jatuh ke bumi sebagai hujan. (lihat juga ar-Ra’d/13: 17; an-Naml/27: 60; al-‘Ankabµt/29: 63; Luqman/31: 34; as-Sajdah/32: 27; Fatiir/35: 27; az-Zumar/39: 21; Qaf/50: 9-11).
Baca setelahnya: Tafsir Surah Al-Furqan Ayat 50-51
(Tafsir Kemenag)