Tafsir Surah al-Hadid ayat 23-24 menjelaskan tentang implementasi dari sikap sabar. Sebab cobaan itu sejatinya bukan hanya berupa kesengsaraan dan malapetaka saja, akan tetapi kesenangan dan kegembiraan juga bentuk lain dari cobaan. Oleh sebab itu ketika sedang mendapatkan cobaan hendaknya orang mukmin bersabar menghadapinya.
Di akhir penjelasan, Tafsir Surah al-Hadid ayat 23-24 ini menerangkan sikap angkuh dan sombong manusia. Sikap itu terbentuk sebab manusia merasa dapat melakukan suatu hal sendiri tanpa campur tangan Allah.
Baca Sebelumnya: Tafsir Surah al-Hadid ayat 21-22
Ayat 23
Pada ayat ini Allah swt menyatakan bahwa semua peristiwa itu ditetapkan sebelum terjadinya, agar manusia bersabar menerima cobaan Allah. Cobaan Allah itu adakalanya berupa kesengsaraan dan malapetaka, adakalanya berupa kesenangan dan kegembiraan. Karena itu janganlah terlalu bersedih hati menerima kesengsaraan dan malapetaka yang menimpa diri, sebaliknya jangan pula terlalu bersenang hati dan bergembira menerima sesuatu yang menyenangkan hati. Sikap yang paling baik ialah sabar dalam menerima bencana dan malapetaka yang menimpa serta bersyukur kepada Allah atas setiap menerima nikmat yang dianugerahkan-Nya.
Ayat ini bukan untuk melarang kaum Muslimin bergembira dan bersedih hati, tetapi maksudnya ialah melarang kaum Muslimin bergembira dan bersedih hati dengan berlebih-lebihan. ‘Ikrimah berkata, “Tidak ada seorang pun melainkan ia dalam keadaan sedih dan gembira, tetapi hendaklah ia menjadikan kegembiraan itu sebagai tanda bersyukur kepada Allah dan kesedihan itu sebagai tanda bersabar.”
Pada akhir ayat ini ditegaskan, bahwa orang yang terlalu bergembira menerima sesuatu yang menyenangkan hatinya dan terlalu bersedih hati menerima bencana yang menimpanya adalah orang yang pada dirinya terdapat tanda-tanda tabkhil dan angkuh, seakan-akan ia hanya memikirkan kepentingan dirinya saja. Allah swt menyatakan bahwa Dia tidak menyukai orang-orang yang mempunyai sifat-sifat bakhil dan angkuh.
Ayat 24
Orang-orang yang mempunyai sifat sombong dan angkuh adalah orang yang bila memperoleh suatu nikmat, kesenangan atau harta, maka ia berpendapat bahwa semuanya itu diperolehnya semata-mata karena kesanggupan dan kepandaiannya sendiri. Karena berusaha, maka ia memperolehnya, bukan karena pertolongan dan anugerah Allah kepadanya.
Kemudian setan membisik-bisikkan ketelinganya bahwa ia adalah orang-orang yang kuat dan mampu, tidak memerlukan pertolongan orang lain. Karena yakin akan kemampuan dirinya itu, ia merasa tidak mengindahkan orang lain dan memberi orang lain. Jika ia memberi dan mengindahkan orang lain ia akan menjadi miskin. Keyakinan itu disampaikan pula kepada orang lain dan menganjurkan orang lain berkeyakinan seperti dirinya, yaitu berlaku kikir agar tidak menjadi miskin.
Pada ayat ini ditegaskan, bahwa orang yang mempunyai sifat-sifat seperti di atas adalah orang-orang yang berpaling dari perintah-perintah Allah. Allah memerintahkan agar manusia bersifat rendah hati, suka menolong sesamanya, membantu fakir miskin, berinfak di jalan Allah dan sebagainya, tetapi mereka menganjurkan dan berbuat sebaliknya. Allah menyatakan bahwa sikap dan tindakan mereka yang demikian itu tidak akan merugikan Allah sedikit pun, melainkan akan merugikan diri mereka sendiri, karena Allah tidak memerlukan sedikit pun harta dan pemberian mereka, tetapi merekalah yang memerlukannya. Allah Maha Terpuji karena Dialah yang melimpahkan nikmat kepada seluruh makhluk-Nya.
Ayat lain yang sama artinya dengan ayat ini, ialah:
وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَاِيَّاكُمْ اَنِ اتَّقُوا اللّٰهَ ۗوَاِنْ تَكْفُرُوْا فَاِنَّ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَنِيًّا حَمِيْدًا ١٣١
Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan sungguh, Kami telah memerintahkan kepada orang yang diberi kitab suci sebelum kamu dan (juga) kepadamu agar bertakwa kepada Allah. Tetapi jika kamu ingkar, maka (ketahuilah), milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan Allah Mahakaya, Maha Terpuji. (an-Nisa’/4: 131)
(Tafsir Kemenag)
Baca Selanjutnya: Tafsir Surah al-Hadid ayat 25