Tafsir Surah Al-Hasyr 21: Kemuliaan Al-Qur’an dan Pentingnya Tafakur

Surah Al-Hasyr 21: Kemuliaan Al-Qur'an dan Pentingnya Tafakur
Surah Al-Hasyr 21: Kemuliaan Al-Qur'an dan Pentingnya Tafakur

Al-Qur’an merupakan kitab Allah yang mulia dan agung. Kemulian dan keagungan itu diungkapkan secara lugas dalam Firman Allah. Beberapa surah tersebut antara lain adalah surah al-Hijr ayat 87, surah Qaf ayat 1, surah al-Waqiah ayat 77 dan surah al-Buruj ayat 21. Selain itu, Allah Swt juga mengungkapkan betapa mulia dan agungnya Al-Qur’an menggunakan amtsal al-musharrahah atau al-qiyasiyah, penjelasan tersebut bisa klik di sini. Selanjutnya agar manusia senantiasa bertafakur (berpikir) tentang kemulian kitab Allah dan lainnya, Allah berfirman dalam surah al-Hasyr ayat 21

لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

“Sekiranya Kami turunkan al-Quran ini kepada sebuah gunung pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir,” (QS. al-Hasyr [59];21)

Baca juga: Tafsir Surah al-Ikhlas (Bag. 2): Tiga Tingkatan Pencari Tuhan

Ragam Tafsir Surah al-Hasyr Ayat 21

Setelah Allah menerangkan perbedaan orang sesat, yakni orang munafik dan orang-orang sesat dari golongan yahudi dan selainnya, kemudian Allah  memerintahkan orang beriman untuk bertakwa kepada Allah SWT sebagai persiapan menghadapi hari Kiamat. Selain itu, sesungguhnya Allah juga menurunkan sebuah Al-Qur’an petunjuk, pembimbing, dan hidayah. Kitab tersebut menjadikan hati khusyuk disebabkan wibawanya dan hati tergugah disebabkan nasihat-nasihat yang dikandungnya.

Di dalam Al-Quran terdapat janji dan ancaman, kabar gembira dan peringatan, serta hikmah dan hukum-hukum. Andaikan Allah SWT memberikan kepada gunung akal, pemahaman terhadap kitab-Nya, dan kemampuan men-tadabburi kitab-Nya , niscaya gunung itu akan tunduk dan terpecah belah karena takut kepada Allah. Maka bagaimana kalian wahai manusia ? tidakkah hati kalian menjadi tenang dan tunduk karena takut kepada  Alah SWT padahal kalian memahami dan men-tadabburi kitab-Nya ? (Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Marāghī, juz 28, hal 57)

Kemudian menurut Al-Khazin dalam Lubāb al-Ta`wīl fi Ma’āni al-Tanzīl (juz 4, hal 276), tertulis, “Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah” maknanya adalah andaikata Allah SWT memberikan kepada gunung  sebuah akal dan kemampuan membedakan baik dan buruk sebagaimana diberikan kepada manusia, pasti gunung tersebut merasa takut dan terpecah belah karena takut kepada Allah SWT.

Baca juga: Tafsir Surah Al-A’raf Ayat 31: Begini Adab Memasuki Masjid

Gunung yang keras dan kokoh bisa terpecah karena sangat takut kepada Allah SWT dan  takut ketika tidak melaksanakan hak Allah dalam mengagungkan Al-Qur’an. Sedangkan orang kafir justru meremehkan dan berpaling dari pelajaran dan hukum-hukum dalam Al-Quran seolah-olah mereka tidak mendengarnya.  Perumpamaan ini, menurut al-Alūsi adalah perumpamaan betapa tingginya kedudukan Al-Qur’an dan betapa kuatnya pengaruh Al-Qur’an dalam menyampaikan nasihat dan teguran. Hal ini dimaksudkan untuk memperingatkan manusia yang hatinya gelap dan sedikit sekali penghayatannya ketika membaca Al-Qur’an dan men-tadabburi isinya (Rūḥ al-Ma’ānī, juz 14, hal 255).

Penafsiran yang berbeda diungkapkan oleh al-Sa’di dalam Taisīr al-Karīm al-Raḥmān fi Tafsīr Kalām al-Minān halaman 853. Menurutnya, ketika Allah SWT menjelaskan mengenai suatu hal, memerintahkan dan melarang  hamba-hamba-Nya dalam al-Quran, maka wajib bagi hamba-hamba-Nya untuk segera melaksanakannya meskipun dalam keadaan hati yang gelap dan hati yang keras seperti gunung. Karena Al-Qur’an jika diturunkan kepada gunung, pasti gunung itu akan terpecah karena takut kepada Allah SWT. Ini menunjukkan bahwa Al-Qura’n mempunyai pengaruh kuat di dalam hati manusia.

Kedahsyatan Al-Qur’an Membuat Orang Bertafakur

Nasihat-nasihat Al-Quran adalah nasihat-nasihat agung. Segala perintah dan larangannya mengandung hikmah dan kemaslahatan. Nasihat-nasihat dan hikmah ini dapat dengan mudah masuk dalam jiwa, ringan diterima oleh badan, tidak ada beban, konsisten dan tidak ada kontradiksi, tidak ada yang sulit untuk dilaksanakan, tidak ada unsur kezaliman, shalih fi kulli zaman  wa al-makan, sesuai dengan siapa pun.

Baca juga: Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 222: Ikhtiar Menyucikan Diri Lahir dan Batin

Kemudian Allah juga memberikan perumpamaan-perumpamaan dan menjelaskan kepada hamba-Nya di dalam kitab-Nya apa yang halal dan haram supaya hamba-hamba-Nya berpikir dan men-tadabburi ayat-ayatnya. Karena tafakur dapat membuka sumber ilmu. Allah SWT juga menjelaskan jalan kebaikan dan keburukan, mendorong kepada akhlak yang baik, kebiasaan baik dan memperingatkan hambanya dari akhlak tercela. Maka tidak ada hal yang lebih manfaat bagi seorang hamba dibanding ber-tafakur dan men-tadabburi makna-makna Al-Quran.

Kemuliaan dan keagungan Al-Quran sudah tidak diragukan lagi. Sampai-sampai Al-Quran membuat matsal bahwa jika gunung yang kokoh dan keras itu diberi akal hingga mampu memahami dan men­tadabburi Al-Quran, niscaya gunung tersebut akan pecah karena sangat takut dengan keagungan Allah, Dzat yang menurunkan Al-Qur’an. Maka bagaimana dengan manusia yang telah diberi kesempurnaan berupa akal yang dapat digunakan untuk memahami dan men-tadabburi isi Al-Quran? Seharusnya manusia bisa takut dan tunduk patuh kepada Allah karena mengetahui isi Al-Quran. Selain menunjukkan kedahsyatan Al-Quran, ayat tersebut juga mendorong manusia untuk ber-tafakur. Wallahu a’lam bissowab[]