Jahe termasuk bahan rempah-rempah yang biasa kita temui sehari-hari di dapur rumah. Selain digunakan sebagai bumbu masakan, jahe juga sering dibuat minuman yang memiliki manfaat penyembuhan. Nama jahe ternyata juga disebutkan oleh Al-Quran dengan makna konotasi positif, yaitu dalam surah Al-Insan ayat 17. Lalu, bagaimanakah tinjauan Al-Quran tersebut mengenai tumbuhan yang dalam bahasa Arab disebut dengan “zanjabil” alias jahe tersebut? Simak penjelasan berikut ini!
Baca juga: Inilah 8 Manfaat Buah Zaitun, Buah yang Disebut dalam Al-Quran
Tafsir surah Al-Insan ayat 17
وَيُسْقَوْنَ فِيهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنجَبِيلًا
“Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe.”
Thantawi Jauhari menyebutkan dalam kitab tafsirnya Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim bahwa Surah Al-Insan ini adalah Surah madaniyyah, jumlah ayatnya 31, dan diturunkan setelah Surah Ar-Rahman. Jauhari mengungkapkan bahwa maksud diturunkannya Surah ini menjelaskan al-aktsa al-maqsud, as-tsani al-maqsud, dan as-tsalits al-maqsud. Dari ketiga tujuan tersebut, potongan ayat 17 terletak pada bagian kedua, yakni balasan orang-orang yang bersyukur, orang-orang afir, dan sifat surga-neraka.
Masih dalam Tafsir Jawahir, Jauhari selanjutnya menginterpretasi ayat ini secara lafdziyahnya. Lafadz ويسقون oleh Thantawi diartikan dengan kata al-abrar adalah bentuk jamak dari kata barr dan baarr yang bermakna kebenaran. Kemudian kata ini melahirkan turunan kkata taat, dan kata-kata bermakna baik lainnya seperti kejujuran, menepati janji dan lain-lain. Seseorang yang disifati dengan kata barr atau baarr berarti dia yang meluas lagi banyak kebaikan serta kebaktiannya. Jadi dalam hal ini kata al-abrar bisa dimaknai dengan kalimat orang-orang yang taat atau berbuat kebaikan. Dalam artian, ayat tersebut memang ditujukan untuk orang-orang yang saleh dan taat.
Baca juga: Keistimewaan Buah Delima (Ar-Rumman) yang Disebut dalam Al-Quran
Mengenai maksud ayat ini apa yang diberikan, Jauhari juga memberikan penjelasan bahwa di sana (dalam surga) mereka disuguhi (segelas) khamr, karena lafadz ka’s dimaknainya sebagai khamr. Pemaknaan segelas khamr oleh Jauhari ini serasi dengan Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah bahwa jika wadah tersebut kosong maka penyebutan biasanya menggunakan ina’. Sedangkan penyebutan kata ka’s sendiri memang sering digunakan untuk menyebut wadah yang berisi khamr. Satu hal pasti yang telah dijanjikan Allah bahwa memang para ahli surga tersebut mendapatkan fasilitas mewah, termasuk suguhan yang mereka minum sebagaimana dijelaskan di awal.
At-Thabari dalam Tafsir Jami’ul Bayan mengungkapkan mengenai asbabun nuzul ayat ini yang ternyata berkenaan dengan tawanan kaum musyrikin yang diperlakukan buruk oleh kaum muslimin. Kemudian turunlah ayat ini dan Rasulullah memerintahkan kaum muslim agar memperlakukan mereka dengan baik. Karena jika menelisik teks siyakul kalam dari ayat-ayat sebelumnya yang berbicara balasan untuk orang-orang kufur, ayat ini adalah penjelasan lanjutan mengenai balasan bagi mereka yang bersyukur dan taat. Hal ini memberikan satu isyarat yang jelas tentang kebaikan dan orang-orang saleh, serta menunjukkan bahwa mereka diselamatkan dari siksa buruk dan menyakitkan di akhirat. Mereka diliputi cahaya keindahan Ilahiah dan dipenuhi rasa bahagia.
Baca juga: Surah Al-Qalam Ayat 17-29: Kisah Pemilik Kebun dan Sebuah Penyesalan
Jahe, minuman ahli surga
Surah Al-Insan ayat 17 menunjukkan suatu balasan yang baik bagi penduduk surga, yaitu berupa minuman yang campurannya adalah jahe, atau yang disebut Al-Quran dengan lafzd zanjabil. Kata zanjabil ini ternyata dimaknai beragam oleh mufassir. Namun, dari kebanyakan pendapat mufassir Jauhari menyimpulkan bahwa zanjabil adalah sebuah tanaman tropis yang tumbuh dengan akar beraroma yang digunakan untuk menyedapkan makanan dan minuman. Dalam tafsirnya pula, Jauhari menceritakan bahwa seorang penyair dari Arab yang bernama A’sya berkata “seolah-olah cengkeh dan jahe itu aryan”. Aryan adalah madu, larutan yang dikeluarkan dari sarang-sarang lebah.
Minuman ahli surga yang terdapat campuran zanjabil yang tertera dalam surah Al-Insan ayat 17, ternyata memiliki penjelasan lanjutan pada ayat 18:
عَيْنًا فِيهَا تُسَمَّىٰ سَلْسَبِيلًا
“(Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil.”
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menafsirkan ayat ini satu paket dengan ayat sebelumnya yang menyatakan bahwa orang-orang yang baik itu didalam surga, mereka akan disuguhi disana gelas minuman yang campurannya adalah jahe tapi bukan seperti jahe duniawi. Jahe itu dari sebuah mata air surga yang dinamai atau ciri sifatnya adalah salsabil. Minuman terebut menurut Hasbi As-Siddiqi dalam Tafsir An-Nuur merupakan minuman yang memang paling digemari olehmereka.
Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an al’Adhim turut menafsirkan beberapa tambahan pandangan bahwa di dalam surga itu mereka diberi minum segelas yang campurannya adalah jahe. Minuman ini terkdang berasal dari air kapur yang dingin. Namun, di lain waktu minuman terseut bercampur jahe zanjabil (rempah-rempah) agar seimbang. Pendapat Ibnu Katsir ini selaras dengan Jauhari dalam Tafsir Jawahir yang menyebutkan bahwa jahe sebagai minuman penghuni surga, yang adakalanya dicampur kafur dingin, adakalanya dicampur jahe, dan baunya harum.
Baca juga: Inilah Keutamaan dan Manfaat Buah dalam Al Quran
Jahe atau yang disebut Al-Quran sebagai zanjabil ini jika di dunia sering dikonsumsi manusia. Ia dimanfaatkan sebagai minuman sehari-hari, dan umumnya disukai banyak orang, karena selain untuk penyembuhan, rasanya juga begitu nikmat. Ia juga bisa dijumpai di surga sebagai campuran suguhan minuman, namun tentunya secara rasa jauh lebih lezat daripada jahe yang di dunia. Wallahu a’lam.