Tafsir Surah Al Isra’ Ayat 41-43 berbicara mengenai tiga hal. Pertama mengenai peringatan kepada manusia terkait keagungan Allah SWT. Kedua berbicara mengenai bantahan terhadap kepercayaan orang musyrik. Ketiga mengenai ke-Mahascian Allah SWT.
Baca sebelumnya: Tafsir Surah Al Isra’ Ayat 38-40
Ayat 41
Pada ayat ini dijelaskan bahwa dalam Al-Qur’an, Allah telah memberikan peringatan berkali-kali, baik berupa bukti-bukti kebenaran eksistensi Allah melalui ciptaan-ciptaan-Nya, ataupun alasan-alasan yang menunjukkan kebenaran tauhid, Al-Qur’an juga berisi beberapa kisah tentang nasib umat yang menyekutukan Allah dengan yang lain, agar kaum musyrikin Mekah dapat mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa tersebut dan menghentikan kemusyrikan dan kebiasaan mereka yang jelek.
Semestinya keterangan dan peringatan yang berulang-ulang itu dapat melunakkan hati dan menyadarkan pikiran mereka, agar mau mengikuti seruan Al-Qur’an. Namun demikian, keterangan-keterangan itu ternyata hanya membuat mereka lari dari Al-Qur’an.
Mereka tidak mau mendengarkan dan menerima kebenarannya karena jiwa mereka telah dikotori oleh kebiasaan-kebiasaan buruk. mereka tidak bisa lagi menilai suatu kebenaran sebagai kebenaran, bahkan mereka menjauh darinya dan lebih memilih bergelimang dalam kebatilan.
Baca juga: Tafsir Iqra’: Perintah Al-Quran untuk Tanggap Literasi
Ayat 42
Kemudian Allah swt membantah kepercayaan kaum musyrikin Mekah dengan memerintahkan kepada Rasul-Nya agar mengatakan kepada mereka bahwa jika ada tuhan-tuhan selain Dia, niscaya tuhan-tuhan yang mereka persekutukan itu akan mencari jalan untuk menyampaikan apa yang mereka inginkan kepada Allah yang mempunyai Arasy, yang kekuasaan-Nya meliputi langit, bumi, dan benda-benda lainnya.
Sudah tentu tuhan-tuhan yang mereka persekutukan itu memohon lebih dulu dan menghambakan dirinya kepada-Nya. Maka cara mereka meminta kepada Allah dengan perantaraan tuhan-tuhan itu sudah menempuh jalan yang berliku-liku. Mengapa mereka tidak langsung menyembah dan memohon saja kepada Allah Yang Maha Esa.
Ayat ini mengandung sindiran kepada kaum musyrikin Mekah agar mereka menyembah hanya kepada Allah Yang Maha Esa, dan melarang mereka mengada-adakan tuhan yang lain sebagai perantara yang dapat menyampaikan keinginan mereka kepada Zat Yang Maha Esa.
Allah tidak menyukai adanya perantara-perantara seperti yang mereka yakini, bahkan Allah telah melarang manusia mengadakan perantara-perantara seperti itu melalui wahyu yang telah disampaikan oleh para rasul-Nya.
Ayat 43
Selanjutnya Allah swt menyatakan kemahasucian-Nya dari sifat yang diada-adakan oleh kaum musyrikin Mekah. Allah swt menegaskan bahwa Dia Mahasuci dan Mahatinggi dari semua sifat yang mereka ada-adakan itu.
Apa yang mereka katakan hanyalah berdasarkan dugaan dan anggapan semata. Dia adalah Allah Yang Maha Esa yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.
Dalam ayat itu terdapat isyarat yang menunjukkan bahwa Allah swt itu Mahasempurna, baik zat atau sifat-Nya, dan Mahasuci dari sifat kekurangan, dalam arti yang sebenar-benarnya.
Baca setelahnya: Tafsir Surah Al Isra’ Ayat 44
(Tafsir Kemenag)