BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 48-51 (1)

Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 48-51 (1)

Sebelumnya telah diterangkan bahwa ketika Allah memilih utusan, maka utusan itu adalah yang terbaik untuk kaumnya, dan pada zaman Fir’aun, Allah mengutus Nabi Musa dan Nabi Harun untuk mendakwahkan ketauhidan Allah Swt. Adapun Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 48-51 (1) mengisahkan kemenangan Nabi Musa dan Nabi Harun atas Fir’aun dan bala tentaranya.

Kemudian Allah memberikan karunianya kepada Nabi Musa dengan Kitab Taurat yang dijadikan sebagai petunjuk bagi umatnya menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Selain itu, Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 48-51 (1) juga sedikit menyinggung kisah Nabi Isa sebagai tanda dari kekuasaan Allah Swt. Kemudian berlanjut pada perintah Allah agar senantiasa bagi hambanya untuk beramal saleh, taat kepada-Nya, dan mengkonsumsi rezeki yang halal.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 43-47


Ayat 48

Fir’aun dan para pembesar kaumnya tetap mendustakan Musa dan Harun. Dengan demikian, mereka termasuk orang-orang yang dibinasakan dengan cara ditenggelamkan di Laut Merah.

Ayat 49

Kemudian setelah musuh-musuh Musa dan Harun ditenggelamkan (dibinasakan), Allah menerangkan karunia-Nya yang dilimpahkan kepada para utusan-Nya, bahwa Dia telah menurunkan Al-Kitab (Taurat) kepada Musa, yang di dalamnya berisi hukum-hukum syariat, beberapa perintah dan larangan, dengan harapan agar Bani Israil mendapat petunjuk ke jalan yang membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Ayat 50

Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah menjadikan Isa putra Maryam sebagai tanda kekuasaan Allah yang dapat menciptakan seorang manusia hanya dari seorang ibu saja tanpa ayah, dan memberi kemampuan kepada seorang bayi berbicara sebelum waktunya, dan memberi mukjizat kepadanya, dapat menyembuhkan orang buta sejak lahir, menghidupkan orang yang sudah mati dari kuburannya, membuat burung dari tanah liat yang bisa terbang, dan sebagainya.

Kelahiran Isa dari seorang ibu yaitu Maryam dijadikan bukti kekuasaan Allah, karena hamil tanpa disentuh manusia. Maryam dan putranya menjadi tanda kekuasaan Allah bagi seluruh manusia sebagaimana dalam firman-Nya:

وَالَّتِيْٓ اَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيْهَا مِنْ رُّوْحِنَا وَجَعَلْنٰهَا وَابْنَهَآ اٰيَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

Dan (ingatlah kisah Maryam) yang memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan (roh) dari Kami ke dalam (tubuh)nya; Kami jadikan dia dan anaknya sebagai tanda (kebesaran Allah)  bagi seluruh alam. (al- Anbiyā`/21: 91)

Allah menjelaskan bahwa Isa dan ibunya diberi tempat kediaman dan dilindungi di suatu dataran yang tinggi di daerah Palestina yang mempunyai padang rumput dan sumber air jernih yang mengalir. Nabi Isa dan Maryam selama hidupnya tidak pernah keluar dari Palestina atau Syam.

Ada yang mengatakan bahwa Nabi Isa pergi ke Rabwah dekat Lahore di Pakistan dan meninggal dunia di sana, tetapi pendapat ini tidak mempunyai dasar sama sekali.


Baca Juga : Kisah Keluarga ‘Imran (Bag. 4): Ujian Maryam dan Kelahiran Isa yang di Luar Nalar


Ayat 51 (1)

Allah memerintahkan kepada para nabi supaya memakan rezeki yang halal dan baik yang dikaruniakan Allah kepadanya dan sekali-kali tidak dibolehkan memakan harta yang haram, selalu mengerjakan perbuatan yang baik, dan menjauhi perbuatan yang keji dan mungkar.

Para nabi itulah orang yang pertama yang harus mematuhi perintah Allah, karena mereka akan menjadi teladan bagi umat di mana mereka diutus untuk menyampaikan risalah Tuhannya.

Perintah ini walaupun hanya ditunjukkan kepada para nabi, tetapi ia berlaku pula terhadap umat mereka tanpa terkecuali, karena para nabi itu menjadi panutan bagi umatnya kecuali dalam beberapa hal yang dikhususkan untuk para nabi saja, karena tidak sesuai jika diwajibkan pula kepada umatnya.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al-Mu’minun 48-51 (2)


 

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Delapan Aspek Maqashidi Surah Qaf

0
Kajian Alquran yang berbasis maqāṣidī semakin banyak didiskusikan. Hal ini memberikan kabar gembira bahwa kajian Alquran tidak stagnan, justru bersifat progresif. Banyak kajian yang...