Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 52-54

Tafsir Surah Al Mu'minun
Tafsir Surah Al Mu'minun

Secara umum Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 52-54 menjelaskan bahwa agama yang dibawa para Rasul adalah satu, yaitu mentauhidkan Allah Swt. Namun, beberapa penyimpangan dilakukan oleh sebagian umat untuk memenuhi nafsunya dengan menyamarkan ajaran tauhid tersebut. Pun alasan hadirnya Nabi Muhammad adalah untuk menyadarkan manusia agar kembali pada ajaran semula, yaitu mentauhidkan Allah Swt.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 48-51 (2)


Ayat 52

Pada ayat ini Allah menerangkan agama para rasul itu adalah agama yang satu yaitu agama tauhid yang menyembah Allah yang Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak ada seorang rasul pun yang menyimpang dari prinsip ini.

Kalau dalam suatu agama terdapat sedikit saja penyimpang-an dari prinsip ini maka agama itu bukanlah agama yang dibawa oleh seorang rasul, berarti agama itu telah diubah-ubah oleh pengikutnya dan tidak orisinil lagi.

Mustahil Allah Yang Maha Esa memilih dan mengangkat seorang rasul dengan membawa agama yang bertentangan dengan kebenaran dan kemurnian keesaan-Nya. Meskipun syariat dan peraturan-peraturan yang dibawa para nabi dan rasul berbeda-beda sesuai dengan masa dan tempat di mana mereka diutus, tetapi mengenai dasar tauhid tidak ada sedikit pun perbedaan antara mereka.

Oleh sebab itu Allah menegaskan lagi dalam ayat ini bahwa Dia adalah Tuhan Semesta Alam, hendaknya semua manusia menyembah dan bertakwa hanya kepada-Nya dan sekali-kali jangan menyekutukan-Nya dengan siapa pun dan sesuatu apapun.

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَحْنُ مَعَاشِرَ اْلاَنْبِيَاءِ اَوْلاَدُ عَلاَّتِ دِيْنُنَا وَاحِدٌ. (رواه  البخاري ومسلم وابوا داود)

Rasulullah saw bersabda, “Kami para nabi adalah (ibarat) saudara-saudara seayah, agama kami adalah satu.” (Riwayat al-Bukhāri, Muslim dan Dāwud)

Ayat 53

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa umat para rasul itu telah menyimpang dari ajaran rasul-rasul mereka sehingga terpecah belah menjadi beberapa golongan. Masing-masing golongan menganggap bahwa golongannyalah yang benar, sedang golongan yang lain adalah salah.

Demikianlah sejarah agama-agama samawi yang dibawa para nabi dan rasul. Pada mulanya agama-agama itu tetap suci dan murni, tak sedikit pun dimasuki oleh dasar-dasar kesyirikan, tetapi dengan berangsur-angsur sedikit demi sedikit paham tauhid yang murni itu dimasuki oleh paham-paham lain yang berbau syirik atau menyimpang sama sekali dari dasar tauhid.

Akibatnya, manusia terjatuh ke jurang kesesatan, bahkan ada di antara mereka yang menyembah manusia, binatang, dan benda-benda seperti patung dan berhala. Namun demikian, kita dapat mengetahui suci dan murninya suatu agama jika masih berpegang teguh kepada paham tauhid.

Bila dalam agama itu tidak terdapat sedikit pun penyimpangan dari dasar tauhid, maka agama itu pastilah agama yang asli dan murni. Tetapi bila terdapat di dalamnya paham yang menyimpang dari dasar itu, maka agama itu tidak murni lagi dan telah kemasukan paham-paham yang sesat.


Baca Juga: Pesan di Balik Doa Nabi Ibrahim dalam Surah Asy-Syu’ara Ayat 83-89


Paham-paham yang sesat inilah yang telah dianut oleh kaum musyrikin Mekah sekalipun mereka mendakwahkan bahwa mereka adalah pengikut Nabi Ibrahim.

Mereka telah jauh tersesat dari ajaran Nabi Ibrahim, tetapi mereka tetap membanggakan bahwa agama merekalah yang benar, walaupun yang mereka sembah adalah benda-benda mati yang tidak bermanfaat sedikit pun dan tidak pula berdaya menolak kemudaratan.

Mereka menentang dengan keras ajaran tauhid yang dibawa Nabi Muhammad saw dan mengancam akan bertindak tegas terhadap siapa saja yang menentang mereka.

Ayat 54

Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar membiarkan orang-orang yang keras kepala yang tidak mau menerima kebenaran itu sampai tiba saatnya Allah akan menyiksa mereka baik di dunia maupun di akhirat nanti, di mana mereka akan menyaksikan sendiri bagaimana hebat dan dahsyatnya siksaan yang disediakan untuk mereka.

Adapun siksaan di dunia ialah malapetaka yang menimpa mereka pada waktu Perang Badar dimana mereka mengalami kekalahan besar dan kehancuran. Perintah seperti ini terdapat pula pada ayat lain, seperti firman Allah:

فَمَهِّلِ الْكٰفِرِيْنَ اَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا

Karena itu berilah penangguhan kepada orang-orang kafir itu. Berilah mereka itu kesempatan untuk sementara waktu. (at-Thāriq/86: 17)

Dan firman-Nya:

ذَرْهُمْ يَأْكُلُوْا وَيَتَمَتَّعُوْا وَيُلْهِهِمُ الْاَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُوْنَ

Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong) mereka, kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya). (al-Hijr/15: 3)

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al-Mu’minun 55-56