BerandaTafsir TahliliTafsir Surah al-Qamar Ayat 27-36

Tafsir Surah al-Qamar Ayat 27-36

Bahasan pada Tafsir Surah al-Qamar Ayat 27-36 masih berkaitan dengan penafsiran sebelumnya. Pada Tafsir Surah al-Qamar Ayat 27-36 ini lebih diuraikan bagaimana kaum Tsamud menerima adzab dari Allah atas kedustaannya. Serta dilanjutkan dengan kisah adzab yang menimpa kaum Nabi Luth. Hikmah dari Tafsir Surah al-Qamar Ayat 27-36 yaitu bahwa setiap ancaman-Nya merupakan salah satu kebenaran yang disampaikan dalam Alquran.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah al-Qamar Ayat 19-26


Ayat 27

Allah menerangkan bahwa ia memenuhi permintaan mereka untuk menjelmakan seekor unta betina dari sebuah batu besar sesuai permintaan mereka, sebagai mukjizat Nabi Saleh. Mereka meminta mukjizat seperti itu karena mereka terkenal sebagai pemahat batu yang hebat dan gunung-gunung batu sebagai tempat tinggal mereka. Unta betina yang dijelmakan dari batu gunung itu dijadikan Allah sebagai ujian bagi umat Nabi Saleh. Tempat mereka tinggal itu sekarang dekat Mada’in, suatu daerah antara Hijaz dan Syiria.

Pada akhir ayat ini Allah memerintahkan Nabi Saleh untuk menunggu apa yang akan mereka lakukan, apakah beriman atau mereka tetap kafir. Dan supaya Nabi Saleh bersabar terhadap gangguan-gangguan mereka sampai datang ketentuan Allah, karena Allah tetap membela kebenaran dan menghancurkan kebatilan.

Ayat 28

Allah memerintahkan Nabi Saleh supaya memberitahukan kepada kaumnya tentang pembagian air sumur antara mereka dan unta, yaitu sehari untuk unta betina dan sehari untuk mereka. Masing-masing datang menurut gilirannya untuk mengambil air sumur itu.

Ayat 29

Allah menerangkan bahwa akhirnya kaum ¤amµd keberatan atas pembagian seperti itu dan ingin membunuh unta. Mereka lalu memanggil seorang warga mereka yang terkenal sangat kejam, namanya Kudar bin Salif dan mencincang unta tersebut.

Ayat 30

Allah kembali menerangkan bagaimana hebatnya azab Allah dan ancaman-ancamannya-Nya. Mereka telah diperingatkan ancaman dan bencana, tetapi mereka tidak menghiraukannya.

Ayat 31

Azab pada ayat ini adalah saihah. Sebagaimana sudah diterangkan dalam kosakata Surah Hud/11: 67, saihah adalah rajfah (gempa hebat) dan Saiqah (petir yang menyambar). Dengan demikian azab yang mereka terima adalah petir yang menggelegar disertai gempa yang dahsyat. Petir itu menghanguskan tubuh mereka sehingga mati terbakar dan kering bagaikan rerumputan yang mati kering karena kekeringan.

Ayat 32

Demikianlah penjelasan Al-Qur’an mengenai umat terdahulu. Penjelasan itu lugas, semoga siapapun mau mengambilnya menjadi pelajaran untuk beriman.

Ayat 33

Kisah itu dimulai untuk menghukum mereka. Allah menerangkan bahwa kaum Lut juga telah menganggap peringatan-peringatan Allah yang disampaikan-Nya melalui Nabi Lut, bohong. Peringatan-peringatan itu adalah agar mereka meninggalkan perbuatan-perbuatan kotor yang mereka lakukan yaitu hubungan kelamin sesama laki-laki.


Baca Juga: Tafsir Surat Al-A’raf Ayat 80-81: Benarkah Kaum Nabi Luth Homoseksual?


Ayat 34

Allah mengirimkan mereka angin puting beliung yang menerbangkan batu-batu lalu menghempaskan kepala mereka sehingga mereka binasa, yang selamat hanya keluarga Nabi Lut yaitu orang-orang yang beriman kepadanya. Karena diperintahkan Allah mereka lebih dahulu keluar dari negeri mereka pada dini hari sebelum fajar.

Ayat 35

Penyelamatan itu merupakan nikmat dari Allah kepada orang-orang yang beriman tersebut. Nikmat itu berupa keselamatan mereka dari azab tersebut. Demikianlah hukum Allah, bahwa Dia senantiasa memberikan nikmat kepada orang-orang yang bersyukur dan patuh menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dan menghukum orang yang membangkang.

Ayat 36

Hukuman terhadap mereka yang membangkang pantas dijatuhkan karena Allah melalui Nabi Lut telah memberi peringatan kepada mereka tetapi mereka tidak memperdulikannya, mereka terus melakukan perbuatan hubungan kelamin sesama laki-laki.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah al-Qamar Ayat 37-44


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...