BerandaTafsir TematikTafsir EkologiTafsir Surah Albaqarah Ayat 29: Bumi untuk Kesejahteraan Hidup Manusia

Tafsir Surah Albaqarah Ayat 29: Bumi untuk Kesejahteraan Hidup Manusia

Dewasa ini, kehidupan flora dan fauna di muka Bumi mengalami ketimpangan yang serius, sebab ulah superior manusia dalam mengeksplorasi sumber daya alam. Kerusakan, bencana, bahkan hilangnya nyawa beberapa spesies hewan adalah gambaran krisis ekologi. Bumi yang sejatinya memberi kesejahteraan, justru memberi ancaman nyata bagi kelangsungan hidup manusia sendiri dan makhluk hidup pada umumnya. Padahal, status penciptaan Bumi seisinya adalah untuk kenyamanan dan kesejahteraan hidup manusia.

Manfaat Bumi untuk manusia

Dari Bumi, manusia tidak hanya sekedar mengambil apa yang dibutuhkan, tetapi juga mengubahnya sesuai kebutuhan mereka. Hal tersebut adalah wajar saja, sebab eksistensi manusia sebagai salah satu penghuni Bumi, hanya akan berlangsung ketika interaksi metabolistik dengan alam berjalan dengan baik. Allah pun telah menyelesaikan nasib manusia dengan menghamparkan segala kebutuhannya di muka Bumi sebelum menghadapkan perhatian-Nya dalam menyusun tingkatan langit.

Semua penciptaan-Nya ditujukan hanya untuk kesejahteraan hidup manusia, sebagaimana ditegaskan Alquran dalam surah al-Baqarah ayat 29:

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di Bumi untukmu, kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Buya Hamka, melalui Tafsir al-Azhar, menggambarkan pangkal ayat ini dengan ulasan yang tegas, “Semua yang ada di muka Bumi bukan untuk orang lain, tetapi untuk kamu, untuk kamu saja, hai manusia!” Ketegasan yang semata-mata ditujukan kepada manusia ini menunjukkan besarnya Qudrat al-Khaliq, Rahman, dan Rahim Allah yang terkandung di dalamnya. Tidak hanya sampai di situ, Buya Hamka kemudian merinci bahwa apa-apa yang ada di Bumi dipersiapkan untuk manusia.

Baca juga: Kedudukan Manusia Sebagai Khalifah Allah Swt di Muka Bumi

Air yang mengalir, lautan yang terbentang, kayu yang tumbuh di hutan, batu di sungai, pasir di pantai, binatang ternak, ikan di laut, semua untuk manusia. Bahkan, ketika Bumi digali selapis dua lapis, semua kekayaan berupa minyak tanah, mangan, uranium, besi dan segala macam logam, hanya untuk kesejahteraan hidup manusia. Tidak hanya sebatas itu, Allah juga telah memberi alat untuk mengambil manfaat, memberi rahmat, nikmat dan karunia berupa akal, ilmu, dan pengalaman.

Sejalan dengan uraian di atas, Wahbah al-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir, menyatakan bahwa pangkal ayat ini menyinggung kodrat Ilahi, yang mempersiapkan Bumi demi kemanfaatannya untuk manusia, merealisasikan kelayakannya, serta memenuhi kebutuhan makhluk-Nya. Pemanfaatan Bumi tidak hanya bersifat materiil, yakni menarik guna dari benda-benda kasat mata untuk penghidupan, tetapi, dapat pula bersifat maknawi, yakni dengan memandang dan menarik pelajaran tentang hal-hal yang tidak dijangkau oleh tangan.

Pada akhirnya, dua bentuk manfaat Bumi akan mengantarkan pada pemenuhan kebutuhan badan dan jiwa. Dan, untuk sampai pada titik kesejahteraan, pemanfaatan dan pengolahan alam adalah dua hal yang seharusnya berjalan bersamaan. Sebab, sebagai khalifah di muka Bumi, manusia bertanggung jawab menjaga keseimbangan ekosistem alam dan pada saat bersamaan, juga harus bertindak ramah pada spesies lain. Sehingga, ketimpangan yang dihadapi alam dapat diminimalisir keberadaannya.

Baca juga: Tafsir Surat Ar-Rum Ayat 41: Menyoal Manusia dan Krisis Ekologis

Sebagaimana keterangan Buya Hamka, di antara lapisan Bumi terdapat zat yang mempunyai nilai guna untuk kehidupan manusia. Seperti senyawa batubara, sumber energi tak terbarukan yang berada di perut Bumi, yang menyimpan potensi besar untuk kesejahteraan hidup manusia, seperti penghasil energi listrik. Pemanfatan yang dilakukan dengan pertambangan akan menyisahkan banyak dampak negatif jika tidak dilakukan reklamasi pasca pengerukan emas hitam. Seperti fenomena yang terjadi hari ini di wilayah pertambangan, adalah satu cermin ketidakseimbangan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam.

Peran ganda manusia  

Jika dilihat dari kedudukannya, manusia tidak hanya sebagai konsumen yang perannya hanya mengambil manfaat, bahkan menguasai isi Bumi tanpa menjaga dan mengelolanya dengan baik. Sebagai khalifah di muka Bumi, tegas Sayyid Qutb, manusia memiliki kedudukan tertinggi di dalam kerajaan yang terhampar luas dengan peran utama dalam berinovasi dan mengembangkan segala yang disiapkan Allah.

Lebih lanjut, Sayyid Qutb dalam tafsir Fi Zilal al-Qur’an menguraikan bahwa manusia berperan aktif di pentas Bumi ini, menjadi pemeran utama dalam segala peristiwa dan pengembangannya. Ia pengelola Bumi dan pemilik alat yang kedudukannya tidak dapat diatur dan dikuasai oleh apapun dan siapapun. Tidak juga tunduk kepada segala perubahan dan perkembangan yang dilahirkan oleh alat, berkebalikan dengan anggapan Materialisme yang meremehkan peranan manusia dengan tunduk mengikuti alat, padahal manusia adalah sayyid (tuan, majikan) yang mulia.

Baca juga: Bagaimana Membaca Kandungan Sains dalam Ayat-Ayat Kisah?

Kedudukan yang mulia ini seharusnya tidak membuat manusia terlena, sehingga dapat mengantarkan pada kelalaian, melupakan hakikat penciptaan Bumi. Sebab, pemanfaatan yang tidak diimbangi dengan menjaga ekosistem alam dengan baik, tidak lagi memperoleh apa yang dikatakan Alquran. Kesejahteraan akan tergantikan dengan kesengsaraan yang sewaktu-waktu dapat menelan manusia sendiri. Wallahu a’alam.

Rika Leli Dewi Khusaila Rosalnia
Rika Leli Dewi Khusaila Rosalnia
Alumni Ilmu Alquran dan Tafsir, UIN Sunan Ampel Surabaya. Minat kajian bidang pemikiran-keagamaan
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian I)

0
Diksi warna pada frasa tinta warna tidak dimaksudkan untuk mencakup warna hitam. Hal tersebut karena kelaziman dari tinta yang digunakan untuk menulis-bahkan tidak hanya...