Tafsir Surah An-Najm Ayat 32

Tafsir Surah An-Najm
Tafsir Surah An-Najm

Tafsir Surah An-Najm Ayat 32 membahas tentang bagaimana karakter seorang manusia yang baik di hadapan Allah. Selain itu, membahas juga tentang perintah untuk menjauhi bentuk dosa-dosa besar. Dalam Tafsir Surah An-Najm Ayat 32 juga membahas penegasan tentang betapa luasnya ampunan Allah terhadap orang-orang yang telah berbuat dosa sesuai dengan ketentuan yang ada.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah An-Najm Ayat 29-31


Ayat 32

Ayat ini menerangkan sifat-sifat orang yang baik itu, ialah mereka yang menjauhkan dirinya dari dosa-dosa besar seperti syirik, membunuh, berzina, dan lain-lain, meskipun mereka melakukan dosa-dosa kecil yang kemudian disadari sehingga mereka segera bertaubat sambil menyesali perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan, mereka juga mengimbanginya dengan melakukan banyak perbuatan yang baik karena perbuatan yang baik itu menghapuskan dosa-dosa kecil. Sebagaimana firman Allah:

اِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّاٰتِ

Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. (Hud/11: 114)

اِنْ تَجْتَنِبُوْا كَبَاۤىِٕرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُّدْخَلًا كَرِيْمًا   ٣١

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (an-Nisa’/4: 31);Dosa-dosa besar itu ada tujuh, Sayidina Ali “Karramallahu Wajhah” mengatakan bahwa sebagaimana tersebut dalam Sahih Bukhari dan Muslim:

ِاجْتَنِبُوا السَّبْعَ المُوْبِقَاتِ قَالُوْا ياَ رَسُوْلَ اللهِ وَمَا هُنَّ؟ الشِّرْكُ باِللهِ تَعَالىَ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتىِ حَرَّمَ اللهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ وَأَكْلُ مَالِ اليَتِيْمِ وَأَكْلُ الرِّبَا وَالتَّوَلِّيْ يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاِت الغَافِلاَتِ الْمُؤْ مِنَاتِ. (رواه البخاري ومسلم عن أبي هريرة)

Jauhilah tujuh dosa besar yang menghancurkan. Para sahabat bertanya, “Apakah hal itu? Nabi menjawab, mempersekutukan Allah, sihir, membunuh manusia yang diharamkan Allah kecuali dengan hak, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari perang yang sedang berkecamuk dan menuduh wanita-wanita muh¡anat, gafilat mu’minat. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abµ Hurairah) ;Ada pula yang menyatakan, “Dosa-dosa besar adalah dosa-dosa yang diancam oleh Allah dengan neraka atau dengan amarah-Nya atau dengan laknat, azab atau mewajibkan had atau hukuman tertentu di dunia seperti qisas, potong tangan, rajam dan lain-lain karena yang melakukannya tidak merasa khawatir dan tidak meyesal atas tindakannya itu, padahal tindakan-nya itu menyebabkan kerusakan besar, walaupun menurut pandangan manusia merupakan hal kecil.”


Baca Juga: Tafsir Surat Al-Hasyr Ayat 10: Intisari Doa Kasih Sayang dan Pengampunan


Selanjutnya, ayat 32 ini menegaskan bahwa Allah Mahaluas ampunan-Nya, dan Dia akan mengampuni dosa-dosa kecil jika menjauhi dosa besar dan Dia mengampuni dosa-dosa besar bila pelakunya bertobat, serta diiringi penyesalan atas perbuatannya, tapi tidak putus asa terhadap pengampunan Allah. Allah berfirman:

قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ  ٥٣

Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguh-nya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (az-Zumar/39: 53);Ayat selanjutnya menjelaskan bahwa Allah swt lebih mengetahui keadaan, perbuatan, dan ucapan manusia dikala Dia menjadikan manusia dari tanah dan dikala Dia membentuk rupanya dalam rahim ibunya, dari satu tahap ke tahap yang lainnya. Maka janganlah ada yang mengatakan dirinya suci. Allahlah yang paling mengetahui tentang orang yang bertak-wa. Bila kamu sadari yang demikian itu, maka janganlah kamu memuji di-rinya dengan suci dari dosa atau suci dari perbuatan maksiat atau banyak melakukan kebaikan, tetapi hendaklah manusia banyak bersyukur kepada Allah atas limpahan karunia dan ampunan-Nya. Allah Maha Mengetahui siapa yang bersih dari kejahatan dan siapa yang menjerumuskan dirinya dalam kejahatan dan melumurkan dirinya dengan dosa.

Sesungguhnya larangan menyucikan diri hanya berlaku bila yang mendorong seseorang untuk itu adalah riya’, takabur atau bangga. Selain dari sebab di atas, maka menyucikan diri tidak terlarang, bahkan dianjurkan. Dalam ayat lain Allah berfirman:

اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ يُزَكُّوْنَ اَنْفُسَهُمْ ۗ بَلِ اللّٰهُ يُزَكِّيْ مَنْ يَّشَاۤءُ وَلَا يُظْلَمُوْنَ فَتِيْلًا   ٤٩

Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya suci (orang Yahudi dan Nasrani)? Sebenarnya Allah menyucikan siapa yang Dia kehendaki dan mereka tidak dizalimi sedikit pun. (an-Nisa’/4: 49)

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah An-Najm Ayat 33-35