Tafsir Surah An-Nur Ayat 42-43 berbicara mengenai dua hal. Pertama mengenai penegasan tentang kekuasaan Allah SWT. Kedua berbicara mengenai salah satu contoh bagaimana kekuasaan Allah itu berjalan degan semestinya.
Baca sebelumnya: Tafsir Surah An-Nur Ayat 41
Ayat 42
Ayat ini menegaskan bahwa Allah yang mempunyai langit dan bumi, Dialah yang mengatur dan berkuasa atas segala yang ada di antara keduanya. Kepada-Nyalah nanti semua makhluk ciptaan-Nya akan kembali. Oleh sebab itu, hendaklah manusia tunduk dan patuh kepada-Nya dan selalu bersyukur memuji-Nya atas segala nikmat dan karunia-Nya.
Hendaklah manusia memikirkan dan merenungkan kebesaran dan kekuasaan-Nya yang dapat dibuktikan dengan memperhatikan dan menganalisa ciptaan-Nya di langit dan di bumi.
Ayat 43
Pada ayat ini Allah mengarahkan pula perhatian Nabi saw dan manusia agar memperhatikan dan merenungkan bagaimana Dia menghalau awan dengan kekuasaan-Nya dari satu tempat ke tempat lain kemudian mengumpulkan awan-awan yang berarak itu pada suatu daerah, sehingga terjadilah tumpukan awan yang berat berwarna hitam, seakan-akan awan itu gunung-gunung besar yang berjalan di angkasa.
Dari awan ini turunlah hujan lebat di daerah itu dan kadang-kadang hujan itu bercampur dengan es.
Bagi yang berada di bumi ini jarang sekali melihat awan tebal yang berarak seperti gunung, tetapi bila kita berada dalam pesawat akan terlihat di bawah pesawat yang kita tumpangi awan-awan yang bergerak perlahan itu memang seperti gunung-gunung yang menjulang di sana sini dan bila awan itu menurunkan hujan nampak dengan jelas bagaimana air itu turun ke bumi.
Hujan yang lebat itu memberi rahmat dan keuntungan yang besar bagi manusia, karena sawah dan ladang yang sudah kering akibat musim kemarau, menjadi subur kembali dan berbagai macam tanaman tumbuh dengan subur sehingga manusia dapat memetik hasilnya dengan senang dan gembira.
Tetapi ada pula hujan yang lebat dan terus-menerus turun sehingga menyebabkan terjadinya banjir di mana-mana. Sawah ladang terendam bahkan kampung seluruhnya terendam, maka hujan lebat itu menjadi malapetaka bagi manusia dan bukan sebagai rahmat yang menguntungkan. Semua itu terjadi adalah menurut iradah dan kehendak-Nya.
Baca juga: Tafsir Surah al-An’am Ayat 68 : Bagaimana Menyikapi Orang Yang Melecehkan Al-Qur’an ?
Sampai sekarang belum ada satu ilmu pun yang dapat mengatur perputaran angin dan perjalanan awan sehingga bisa mencegah banjir dan malapetaka itu. Di mana-mana terjadi topan dan hujan lebat yang membahayakan tetapi para ahli ilmu pengetahuan tidak dapat mengatasinya.
Semua ini menunjukkan kekuasaan Allah, melimpahkan rahmat dan nikmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan menimpakan musibah dan malapetaka kepada siapa yang dikehendaki-Nya pula.
Menurut para ilmuwan sains dan teknologi, persyaratan bagaimana hujan dapat turun, dimulai dari adanya awan yang membawa uap air. Awan ini disebut dengan awan cumulus. Gumpalan-gumpalan awan cumulus yang semula letaknya terpencar-pencar, akan “dikumpulkan” oleh angin. Pada saat awan sudah menyatu, akan terjadi gerakan angin yang mengarah ke atas dan membawa kumpulan awan ini, yang sekarang disebut awan cumulus nimbus, ke atas.
Gerakan ke atas ini sampai dengan ketinggian (dan suhu) yang ideal, di mana uap air akan berubah menjadi kristal-kristal es. Pada saat kristal es turun ke bumi, dan suhu berubah menjadi lebih tinggi, mereka akan berubah menjadi butiran air hujan.
Di antara keanehan alam yang dapat dilihat manusia ialah terjadinya kilat yang sambung menyambung pada waktu langit mendung dan sebelum hujan turun. Meskipun ahli ilmu pengetahuan dapat menganalisa sebab musabab kejadian itu, tetapi mereka tidak dapat menguasai dan mengendalikannya. Bukankah ini suatu bukti bagi kekuasaan Allah di alam semesta ini?
Baca setelahnya: Tafsir Surah An-Nur Ayat 44-45
(Tafsir Kemenag)