BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Ar-Rum ayat 11-16

Tafsir Surah Ar-Rum ayat 11-16

Tafsir Surah Ar-Rum ayat 11-16 mengulas tentang Allah yang menciptakan makhluk sejak dari permulaan, kemudian mematikannya lalu menghidupkan kembali. Kemudian Tafsir Surah Ar-Rum ayat 11-16 menerangkan tentang kehidupan setelah dibangkitkan kembali manusia yang telah mati dan bagi orang beriman serta bertakwa mereka akan berbahagia menanti hari itu.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Ar-Rum ayat 8-10


Ayat 11

Tafsir Surah Ar-Rum ayat 11-16 ini menerangkan bahwa Allah menciptakan makhluk sejak dari permulaan, kemudian mematikannya, dan lalu menghidupkannya kembali. Semua itu merupakan peristiwa-peristiwa yang tidak dapat dibantah kebenarannya.

Ayat ini mengemukakan suatu perumpamaan yang mudah ditangkap manusia, dan sekaligus dapat dijadikan bukti adanya hari kebangkitan nanti. Perumpamaannya ialah jika Allah dapat mewujudkan sesuatu dari tidak ada sama sekali menjadi ada, tentu mengulangi penciptaan itu kembali atau membangkitkannya lebih mudah bagi-Nya daripada menciptakan makhluk itu pada pertama kalinya.

Kehidupan di dunia ini dan hari kebangkitan adalah dua kejadian yang tidak dapat dipungkiri kebenarannya, keduanya saling berhubungan. Akhirnya kepada Allah, Tuhan semesta alam, manusia akan kembali.

Allah yang menciptakan kehidupan di dunia dan di akhirat, tujuannya untuk mendidik hamba-hamba-Nya bahwa Allah akan memberi ganjaran kepada mereka yang telah berbuat baik dengan ganjaran surga, dan yang berbuat jahat dengan ganjaran siksa.

Ayat 12-13

Kedua ayat ini merupakan ancaman bagi orang-orang musyrik yang mengingkari hari kebangkitan. Mereka tidak mau menerima kebenaran tentang adanya hari kebangkitan seperti tersebut di atas.

Dengan demikian, mereka disebut orang-orang berdosa. Walaupun merasa tenteram dengan kehidupan dunia, namun mereka pasti akan mendapatkan balasan di akhirat kelak. Di kala itu, mereka tidak akan mendapatkan alasan apa pun untuk membela nasib sehingga mereka terdiam dan putus asa.

Orang berdosa itu tidak akan mendapat syafaat yang akan melindungi dan menyelamatkan mereka dari azab Allah. Segala sesuatu yang mereka sembah selain Allah telah menyesatkan mereka, sebelum mereka benar-benar yakin bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu akan mendekatkan diri mereka kepada Allah, seperti diterangkan dalam firman-Nya:

وَيَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُوْلُوْنَ هٰٓؤُلَاۤءِ شُفَعَاۤؤُنَا عِنْدَ اللّٰهِ ۗقُلْ اَتُنَبِّـُٔوْنَ اللّٰهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِى السَّمٰوٰتِ وَلَا فِى الْاَرْضِۗ سُبْحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ

Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat men-datangkan bencana kepada mereka dan tidak (pula) memberi manfaat, dan mereka berkata, “Mereka itu adalah pemberi syafaat kami di hadapan Allah.” Katakanlah, “Apakah kamu akan memberitahu kepada Allah sesuatu yang tidak diketahui-Nya apa yang di langit dan tidak (pula) yang di bumi?” Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan itu. (Yunus/10: 18)

Orang-orang musyrik itu di akhirat mengingkari berhala-berhala yang mereka sembah di dunia, padahal dengan berhala-berhala itulah mereka mempersekutukan Tuhan semesta alam di dunia.

Ayat 14

Apabila di dunia ini ada kesetiaan antara kaum musyrik dengan berhala-berhala mereka, kesetiaan pengikut dengan pemimpinnya, dan kesetiaan antara mereka sendiri untuk berkumpul dan berserikat guna menyembah serta mempertahankan berhala-berhala itu, maka di akhirat kelak segala macam hubungan akan terputus semuanya. Yang disembah tidak akan memperhatikan kepada yang menyembah.

Begitu pula yang menyembah tidak akan melihat kepada kawannya atau berhala yang disembah. Pada waktu itu, masing-masing pribadi mengurus dirinya sendiri, seperti firman Allah:

لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَىِٕذٍ شَأْنٌ يُّغْنِيْهِۗ

Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya. (‘Abasa/80: 37)

Pada hari Kiamat kaum Muslimin dan orang-orang kafir terpisah. Mereka mempunyai urusan sendiri-sendiri seperti yang akan diterangkan pada ayat-ayat berikut ini.

Ayat 15

Orang-orang yang beriman dan beramal saleh tidak akan bersedih pada hari Kiamat. Perpisahan tidak akan merugikan mereka, sebab setiap orang muslim ditemani oleh amal saleh yang senantiasa menghibur dan menenteramkan jiwanya.

Orang-orang mukmin pada waktu itu akan dijamu di tempat yang paling mulia, yaitu surga. Di sana mereka dihibur dengan segala macam hiburan yang telah di sediakan Allah, seperti nyanyian merdu yang belum pernah didengar manusia.

Dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Darda’ disebutkan bahwa Rasulullah pernah menerangkan tentang kesenangan di dalam surga. Kemudian seorang Badui bertanya, “Hai Rasulullah, apakah dalam surga itu ada nyanyian?”

Rasulullah menjawab, “Betul hai Badui, sesungguhnya di surga itu ada sungai yang penuh dengan perawan. Mereka bernyanyi yang belum pernah didengar oleh para makhluk di dunia. Hal itu adalah sebaik-baik nikmat surga.”

Zamakhsyari juga meriwayatkan bahwa di dalam surga itu ada pohon-pohon kayu tempat lonceng-lonceng yang terbuat dari perak bergelantungan. Apabila penduduk surga ingin mendengarkan nyanyiannya, maka Allah mengutus angin dari bawah singgasana, lalu angin itu melewati pohon itu dan menggerakkan lonceng-lonceng sehingga terdengar suara merdu. Kalau suara itu didengar oleh penduduk dunia, tentu mereka akan mati karena kegembiraan.

Ayat 16

Golongan yang lain ialah golongan yang bersedih dan berduka cita. Mereka adalah orang-orang yang mengingkari Allah dan mendustakan bukti-bukti kebenaran ada-Nya. Mereka tidak percaya dengan hari kebangkitan, perhitungan, dan pembalasan. Oleh karena itu, mereka tidak mempersiapkan sesuatu untuk hari itu. Maka bagi mereka neraka Jahanam.

Pada hari itu, mereka ingin lari dari azab neraka, tetapi sayang mereka tak dapat menghindar dan melarikan diri. Setiap mereka hendak keluar, mereka didorong dan digiring masuk ke dalamnya dengan kekuatan yang luar biasa yang tidak dapat mereka lawan.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Ar-Rum ayat 17-18


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

surah al-Baqarah ayat 274 dan sedekah ala Ali bin Abi Talib

Surah Al-Baqarah Ayat 274 dan Sedekah Ala Ali bin Abi Thalib 

0
Ali bin Abi Talib merupakan sepupu Nabi Muhammad saw. sekaligus suami dari putrinya, Sayyidah Fatimah az-Zahra. Beliau sangat terkenal dengan kemurahan hati dan kedermawanannya...