Tafsir Surah As-Shaffat Ayat 137-142 diawali dengan sindiran Allah kepada kaum kafir Mekah yang tidak mau mengambil pelajaran atas peristiwa masa lalu yang sering mereka saksikan sendiri.
Tafsir Surah As-Shaffat Ayat 137-142 juga mengisahkan tentang keingkaran kaum Nabi Yunus yang tidak mau menerima ketauhidan Allah Swt., sikap kaumnya membuat Yunus marah dan mengancam kaumnya dengan azab Allah. Namun sikapnya dinilai keliru, dan ia bertaubat kepada Allah sambil memperbaiki sikapnya tersebut.
Baca Sebelumnya: Tafsir Surah As-Shaffat Ayat 130-136
Ayat 137-138
Pada ayat ini Allah swt mengarahkan sapaan-Nya kepada kaum kafir Mekah, bahwa mereka setiap saat lewat di negeri Sodom yang telah dihancurkan dan sebagiannya tinggal puing-puing itu, karena letaknya di jalur perdagangan antara Mekah dan Syria.
Jalur itu sering dilewati kafilah-kafilah dagang mereka. Mereka melewatinya pagi hari atau sore hari.
Dari puing-puing itu mereka dapat memperkirakan bagaimana kedahsyatan peristiwa itu.
Seharusnya mereka, dan siapa pun sesudah itu, mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut dan beriman sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikut:
وَاِنَّهَا لَبِسَبِيْلٍ مُّقِيْمٍ ٧٦ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّلْمُؤْمِنِيْنَۗ ٧٧
Dan sungguh, (negeri) itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia). Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang beriman. (al-Hijr/15: 76-77).
Tetapi mengapa mereka tidak juga mengambil pelajaran dari peristiwa itu dan mengapa mereka tidak juga mau beriman.
Ayat 139
Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa Nabi Yunus adalah seorang rasul Allah. Ia diutus ke negeri Niniveh (Nainawa), salah satu kota kerajaan Asyuria di pinggir sungai Tigris (daerah Mosul, Irak sekarang).
Ia berusaha menyadarkan kaumnya untuk tidak mempertuhankan berhala, dan mengajak mereka untuk mempercayai dan menyembah Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Allah swt, tetapi mereka menentangnya.
Baca Juga: Kisah Teladan Nabi di Bulan Muharram; Nabi Yunus Keluar dari Perut Ikan Paus
Ayat 140-142
Karena begitu kerasnya sikap kaum Nabi Yunus terhadap ajakan untuk memeluk agama tauhid, Nabi Yunus marah, lalu mengancam mereka bahwa tidak lama lagi mereka akan ditimpa bencana sebagai hukuman dari Allah. Ia kemudian meninggalkan mereka dan tidak lama kemudian ancaman itu memang terbukti, karena mereka telah melihat tanda-tanda azab itu dari jauh berupa awan tebal yang hitam.
Sebelum azab itu sampai, mereka keluar dari kampung mereka bersama istri-istri dan anak-anak mereka menuju padang pasir.
Di sana mereka bertobat dan berdoa agar Allah tidak menurunkan azab-Nya. Tobat mereka diterima oleh Allah dan doa mereka dikabulkan, sebagaimana dinyatakan dalam ayat lain:
فَلَوْلَا كَانَتْ قَرْيَةٌ اٰمَنَتْ فَنَفَعَهَآ اِيْمَانُهَآ اِلَّا قَوْمَ يُوْنُسَۗ لَمَّآ اٰمَنُوْا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنٰهُمْ اِلٰى حِيْنٍ
Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu. (Yunus/10: 98).
Sementara itu, Nabi Yunus dalam pelariannya menumpang pada sebuah kapal yang sarat muatan barang dan penumpang. Di tengah laut kapal diterpa gelombang besar, yang dipercayai mereka sebagai suatu tanda bahwa ada seorang budak pelarian di dalam kapal itu.
Orang itu harus diturunkan. Karena tidak ada yang mau terjun ke laut secara sukarela, diadakanlah undian dengan melemparkan anak-anak panah sebagaimana kebiasaan masyarakat waktu itu.
Siapa yang anak panahnya menancap berarti ia kalah dan harus terjun ke laut. Dalam undian itu yang menancap anak panahnya adalah anak panah Nabi Yunus.
Namun para penumpang tidak mau melemparkan beliau ke dalam laut secara paksa karena mereka hormat kepadanya. Diadakanlah undian sekali lagi, tetapi yang kalah tetap Nabi Yunus.
Diadakan sekali lagi, juga demikian. Akhirnya Nabi Yunus sendiri membuka bajunya, dan terjun ke laut.
Allah lalu memerintahkan seekor ikan amat besar menelan Nabi Yunus, tetapi tidak memakannya.
Dalam perut ikan besar itu tentu saja Nabi Yunus menderita. Ia merasa terpenjara. Ia merasa tersiksa karena telah meninggalkan kaumnya. Ia kemudian bertobat.
(Tafsir Kemenag)
Baca Setelahnya : Tafsir Surah As-Shaffat 143-149