Tafsir Surah As-Shaffat Ayat 176-182 merupakan series terakhir dari tafsir kali ini, yang diawali dengan tantangan Allah kepada orang kafir yang mengingkari adanya azab atas mereka.
Disisi lain, Tafsir Surah As-Shaffat Ayat 176-182 juga berbicara tentang perintah Allah kepada Muhammad dan kaum yang beriman untuk senantiasa memuji-Nya, yaitu dari sifat-sifat yang kurang, sebagaimana yang dipersepsikan oleh kaum-kaum yang ingkar.
Baca Sebelumnya: Tafsir Surah As-Shaffat Ayat 170-175
Ayat 176-177
Setelah orang-orang kafir itu diancam kekalahan di dunia, supaya mereka beriman, mereka diancam dengan azab akhirat.
Karena keingkaran atau karena tidak percaya adanya azab akhirat itu, mereka menantang Nabi saw agar menyegerakan terjadinya azab akhirat itu waktu di dunia ini juga.
Untuk menjawab tantangan itu, Allah bertanya apakah betul-betul mereka menginginkan azab akhirat itu disegerakan.
Allah menyatakan bahwa bila azab akhirat itu disegerakan dan diturunkan ke halaman rumah mereka, maka malapetaka yang menimpa akan tak terkirakan.
Yaitu datangnya malapetaka itu pada pagi hari, yakni di saat orang-orang yang diancam itu masih ingin menambah tidurnya menjelang matahari terbit, sehingga mereka belum siap menghadapinya.
Hebatnya malapetaka pagi hari dapat diambil contohnya dari serangan Nabi saw terhadap Khaibar di waktu subuh yang mengakibatkan jatuhnya benteng itu:
عَنْ اَنَسٍ رَضِيَ الله ُعَنْهُ قَالَ: صَبَحَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْبَرَ فَلَمَّا خَرَجُوْا بِفُؤُسِهِمْ وَمَسَاحِيْهِمْ وَرَأَوْا الْجَيْشَ رَجَعُوْا وَهُمْ يَقُوْلُوْنَ: مُحَمَّدٌ وَاللهِ مُحَمَّدٌ وَالْخَمِيْسُ فَقَالَ النَّبِيُ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الله ُاَكْبَرُ خُرِبَتْ الخْيَبَر اِنَّا اِذَا نَزَلْنَا بِسَاحَةِ قَوْم فَسَاءَ صَبَاحُ المُنْذَ رِيْنَ. (رواه البخاري و مسلم)
Dari Anas r.a. bahwa ia berkata, “Rasulullah pada pagi hari berada di Khaibar. Ketika mereka (Yahudi penduduk Khaibar) keluar dengan kampak dan tombak mereka, dan melihat pasukan, mereka lari dan berteriak, “Muhammad, demi Allah, Muhammad, dan pasukannya!” Nabi berkata, “Allah Mahaagung, Khaibar hancur. Kita bila sampai di halaman mereka, itu adalah subuh yang jelek sekali bagi orang-orang yang diancam itu.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fath Ayat 1-3: Kunci Kemenangan Ada pada Perdamaian
Ayat 178-179
Menghadapi tantangan kaum kafir agar azab akhirat disegerakan bagi mereka, Allah memerintahkan Nabi untuk berpaling, yaitu menunjukkan sikap tidak suka pada sikap pembangkangan mereka, tidak menghiraukan ancaman mereka, dan melanjutkan dakwah kepada mereka dengan penuh tawakal kepada Allah, dan melihat perkembangan selanjutnya, yaitu menunggu.
Untuk itu diperlukan sikap sabar dan tawakal sebagaimana sikap yang lalu pada waktu menunggu kehancuran mereka di dunia. Dengan demikian azab akhirat itu pasti mereka terima.
Ayat 180-182
Selanjutnya Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw agar bertasbih mensucikan Allah dari segala sifat kekurangan dan kelemahan.
Allah Mahaperkasa, tidak lemah sebagaimana pandangan kaum kafir itu, yang membutuhkan anak, teman hidup, dan tidak mampu memenangkan mereka yang beriman atau menjatuhkan azab segera.
Karena Ia Mahasuci dari sifat kekurangan dan kelemahan itu, maka ia pasti akan menghukum yang kafir dan jahat dan membahagiakan yang beriman dan berbuat baik.
Kepada para rasul dan pengikut mereka, khususnya kepada Nabi Muhammad dan umat Islam, Allah memberikan selamat, yaitu memastikan bahwa mereka memperoleh kemenangan di dunia dan kebahagiaan nanti di akhirat, yaitu menjadi penghuni surga.
Dengan hancurnya mereka yang membangkang dan diazabnya mereka di dalam neraka, dan menangnya mereka yang beriman dan masuknya mereka menjadi penghuni surga, berarti Allah Mahaadil dan Mahakuasa.
Ia memberi ganjaran yang baik sesuai dengan kebaikannya dan membalas perbuatan yang jahat sesuai dengan kejahatannya. Dengan demikian terbuktilah bahwa Ia terpuji dan memang patut selalu dipuji.
(Tafsir Kemenag)