Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 15-19 berbicara mengenai dua hal. Pertama mengenai motivasi Allah SWT kepada Nabi Musa as agar tidak risau. Kedua berbicara mengenai kekagetan Fir’aun atas keberanian Nabi Musa as dan Nabi Harun as.
Baca sebelumnya: Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 10-14
Ayat 15-17
Pada ayat-ayat ini, Allah menegaskan kepada Musa a.s. bahwa semua yang dikhawatirkannya itu tidak akan terjadi. Dia tidak akan dapat dibunuh oleh Fir’aun karena Fir’aun tidak akan dapat berlaku sewenang-wenang terhadapnya.
Adapun permintaan Musa agar saudaranya, Harun, diangkat menjadi rasul telah dikabulkan oleh Allah. Dengan begitu, perintah untuk pergi berdakwah kepada Firaun dan kaumnya dibebankan kepada Musa dan Harun. Di dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa permintaan Musa itu dikabulkan yaitu:
قَالَ قَدْ اُوْتِيْتَ سُؤْلَكَ يٰمُوْسٰى
Dia (Allah) berfirman, “Sungguh, telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa! (Taha/20: 36)
Allah menceritakan kepergian Musa dan Harun menyeru Fir’aun dan kaumnya kepada agama tauhid dengan membawa mukjizat yang akan menguatkan seruannya yaitu tongkat Musa yang dapat menjadi ular, dan tangannya bila dimasukkan ke ketiaknya akan menjadi putih bercahaya.
Untuk menghilangkan segala was-was dan kekhawatiran dalam hati Musa dan Harun, Allah menegaskan bahwa Ia selalu akan mendengar dan memperhatikan apa yang akan terjadi di kala keduanya telah berhadapan dengan Fir’aun. Hal ini dengan jelas diterangkan pada ayat lain yaitu:
قَالَ لَا تَخَافَآ اِنَّنِيْ مَعَكُمَآ اَسْمَعُ وَاَرٰى;
Dia (Allah) berfirman, “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat. (Taha/20: 46)
Allah menyuruh Musa dan Harun agar mengatakan dengan tegas kepada Fir’aun bahwa mereka datang menghadap kepadanya untuk menyampaikan bahwa mereka berdua adalah rasul yang diutus Allah, Tuhan semesta alam, kepadanya dan kaumnya. Selain itu keduanya harus meminta kepada Fir’aun agar membebaskan Bani Israil yang telah diperbudak selama ini.
Keduanya ingin membawa mereka kembali ke tanah suci Baitul Makdis, tanah tumpah darah mereka, di mana nenek moyang mereka semenjak dahulu kala telah berdiam di sana. Hal ini bertujuan agar mereka dapat dengan bebas memeluk agama tauhid tanpa ada tekanan atau hambatan dari siapa pun.
Dalam Tafsir al-Maragi diterangkan bahwa menurut riwayat, Bani Israil yang tinggal di Mesir diperbudak oleh Fir’aun dan kaumnya dalam waktu yang lama, yaitu selama 400 tahun.
Fir’aun memang sangat berkuasa dan berbuat sewenang-wenang terhadap rakyatnya, terutama Bani Israil. Menurut al-Qurtubi, sebagaimana dikutip oleh al-Maragi, Musa dan Harun harus menunggu satu tahun untuk dapat menghadap Fir’aun.
Baca juga: Tafsir Surah Al-Qasas Ayat 14-15: Tragedi Pembunuhan Juru Masak Fir’aun
Ayat 18-19
Tatkala Musa dan Harun diperkenankan menghadap Fir’aun dan menegaskan kepadanya bahwa mereka berdua adalah rasul Allah Pencipta alam semesta dan meminta supaya Bani Israil dibebaskan dari perbudakan dan diizinkan meninggalkan Mesir, Fir’aun sangat terkejut dan merasa tercengang.
Ia menjadi heran mengapa keduanya begitu berani menentang kekuasaannya, sedangkan dia sendiri menganggap dirinya sebagai tuhan bagi rakyatnya, termasuk dalam hal ini Bani Israil. Kemudian Musa dan Harun juga menuntut pembebasan semua Bani Israil dari cengkeraman perbudakan.
Fir’aun heran mengapa Musa sampai berani mengemukakan dua hal yang amat tidak masuk akal itu? Fir’aun mengetahui benar bahwa Musa adalah anak asuhnya sendiri. Semenjak kecil, dia dididik dan dibesarkan dalam istananya.
Fir’aun mengetahui pula bahwa setelah dewasa, Musa pernah membunuh seorang rakyatnya yang dekat dengannya, yaitu tukang masaknya sendiri ketika ia berkelahi dengan salah seorang Bani Israil. Fir’aun juga heran mengapa Musa dengan riwayat hidup seperti itu, berani menentang kekuasaannya dan menuntut hal yang tidak masuk akal menurut pendapatnya.
Dengan nada yang keras dan rasa amarah yang tak tertahankan, Fir’aun menjawab, “Bukankah engkau telah kami asuh dan kami didik semenjak kecil? Kami selamatkan kamu dari pembunuhan di mana pada waktu itu kami memerintahkan agar setiap anak laki-laki Bani Israil harus dibunuh. Kami didik dan kami besarkan di istana kami, kami sayangi dan santuni seperti menyayangi dan menyantuni anak kami sendiri.
Akan tetapi, sekarang kamu meminta kepada kami dua hal yang tak mungkin terjadi yaitu agar aku turun dari singgasana ketuhananku serta mengakui bahwa kamu adalah rasul dari Tuhan yang tidak kami kenal.
Kemudian kamu meminta pula agar Bani Israil yang telah berabad-abad tinggal di negeri Mesir ini dibebaskan dan kamu bawa ke negeri yang kamu anggap tanah leluhurmu. Ini adalah suatu lelucon yang tidak lucu dan suatu kebodohan dan ketololan yang menunjukkan bahwa kamu berdua adalah manusia yang tak berbudi bahkan mungkin manusia yang telah gila.”
Baca setelahnya: Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 20–25
(Tafsir Kemenag)